Konten dari Pengguna

Paradoks Media Sosial dan Digital Detox: Dikontrol atau Mengontrol?

Ridwan Aji Pamungkas
Mahasiswa Universitas Airlangga
21 Desember 2024 15:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ridwan Aji Pamungkas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dibuat oleh AI menggunakan Ilustrator.AI
zoom-in-whitePerbesar
Dibuat oleh AI menggunakan Ilustrator.AI
ADVERTISEMENT
Pada Januari 2024, tercatat lebih dari 5,04 miliar pengguna media sosial di seluruh dunia, yang setara dengan sekitar 62,3% dari populasi global. Menurut laporan dari GoodStats, angka ini mengalami peningkatan 75 juta pengguna dalam kuartal terakhir. Di Indonesia, data dari DataReportal menunjukkan bahwa ada 167 juta pengguna media sosial, yang mencakup sekitar 60,4% dari total populasi negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Penggunaan media sosial membawa kontradiksi. Di satu sisi, ia memungkinkan kita membangun hubungan, memperluas jaringan, dan menciptakan komunitas. Namun, di sisi lain, pemakaian berlebihan dapat menimbulkan perasaan kesepian, kecemasan, dan bahkan mempengaruhi kualitas kesehatan mental.
Digital detox adalah langkah sadar untuk mengurangi atau menghentikan sementara penggunaan perangkat digital, termasuk media sosial. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan mental, mengurangi stres, dan kembali menghubungkan diri dengan pengalaman dunia nyata secara lebih dalam.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Sebuah studi dari Universitas Widya Husada Semarang (2022) mengungkapkan hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan media sosial dan kecemasan serta stres, khususnya di kalangan remaja. Penggunaan yang tidak terkendali dapat menyebabkan gangguan keseimbangan emosional dan memengaruhi kualitas hidup.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang dilakukan oleh Mayo Clinic menunjukkan bahwa penggunaan media sosial lebih dari tiga jam sehari dapat meningkatkan risiko gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan, dan perasaan rendah diri. Beberapa faktor yang menyebabkannya antara lain perbandingan sosial, paparan citra ideal di media sosial, dan fenomena cyberbullying.
Faktor Penyebab Dampak Negatif Media Sosial
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah dampak buruk dari media sosial, penting bagi setiap individu untuk menetapkan batasan yang jelas dalam penggunaan perangkat digital. Salah satu cara adalah dengan membatasi waktu layar, misalnya dengan menggunakan fitur pengingat di perangkat untuk mengelola durasi penggunaan. Menetapkan waktu bebas teknologi, seperti saat makan atau sebelum tidur, juga dapat membantu mengurangi ketergantungan pada media sosial.
Dibuat oleh AI menggunakan Ilustrator.AI
Kesadaran dalam menggunakan media sosial sangat penting. Evaluasi alasan di balik interaksi kita di dunia digital dan pastikan untuk menggunakan media sosial untuk tujuan yang bermakna, seperti berkomunikasi dengan keluarga atau teman, bukan hanya untuk menggulir layar tanpa tujuan. Menghabiskan waktu untuk hobi, olahraga, atau berinteraksi secara langsung dengan orang terdekat juga bisa membantu mengurangi ketergantungan pada media sosial.
Dibuat dengan AI menggunakan Ilustrator.AI
Program Digital Detox
ADVERTISEMENT
Mengikuti program digital detox, yaitu secara sadar mengurangi atau menghentikan sementara penggunaan perangkat digital, memberikan jeda dari tekanan dunia digital. Jeda ini memungkinkan kita untuk refleksi dan memulihkan keseimbangan mental. Penelitian menunjukkan bahwa program detox dapat mengurangi stres, memperbaiki kualitas tidur, dan meningkatkan produktivitas.
Pendekatan Terapeutik
Pendekatan seperti terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioral Therapy) juga bisa sangat efektif bagi individu yang mengalami kecanduan media sosial atau dampaknya terhadap kesehatan mental. Terapi ini membantu individu menggantikan pola pikir negatif dengan cara yang lebih sehat dalam menghadapi media sosial.
Hubungan antara individu dan media sosial sangatlah kompleks, melibatkan kontrol serta penyerahan. Meskipun media sosial memberi banyak peluang untuk berinteraksi dan mengekspresikan diri, ia juga membawa risiko serius terhadap kesehatan mental. Untuk mengatasi masalah ini, praktik digital detox dan pendekatan sadar dalam menggunakan teknologi menjadi kunci untuk mengambil kendali atas dunia digital kita. Tujuan kita bukanlah untuk menghilangkan teknologi sepenuhnya, melainkan untuk menciptakan keseimbangan agar kesejahteraan mental dan emosional tetap terjaga.
ADVERTISEMENT