Ibu Adalah Pilar Kesehatan Keluarga

Ridwan Prayogi
Statistisi Ahli Pertama BPS Provinsi Maluku Utara
Konten dari Pengguna
19 Agustus 2021 14:04 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ridwan Prayogi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pixabay
zoom-in-whitePerbesar
pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Hanya ibu yang tidak boleh sakit”. Ungkapan tersebut sebagai ekspresi betapa seorang ibu memegang peranan yang sangat penting dalam keluarga. Bagaikan seorang manajer, ibu mengatur dan mengurus banyak hal. Bukan manajer biasa, karena menjadi ibu rumah tangga seolah siap bekerja 24 jam tanpa digaji, tanpa cuti, dan waktu istirahat yang sedikit sekali.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, jangan pernah meremehkan peran ibu di rumah, apalagi sampai menganggap bahwa menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan mudah.
Ibu selalu memegang peranan penting dalam setiap sendi kehidupan. Tak terkecuali dalam hal kesehatan di dalam rumah. Di keluarga, ibu adalah orang yang cenderung memiliki perhatian lebih soal kesehatan. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh para ibu, seperti menerapkan pola hidup sehat, menyiapkan makanan sehat dan segar, memasak masakan bergizi, menjaga kebersihan pakaian dan rumah, serta masih banyak hal lain yang ibu lakukan sebagai wujud cinta dan kasih sayangnya agar seluruh anggota keluarga sehat. Betapa pentingnya keberadaan ibu yang sehat.
Sebagai gambaran, ibu yang sehat akan siap mengandung janin yang dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dalam kandungan ibu, kemudian janin tersebut akan lahir sebagai bayi sehat dengan berat badan memadai. Selanjutnya, seorang ibu yang sehat akan memberikan ASI kepada bayinya sesuai anjuran badan kesehatan dunia, yaitu memberikan hanya ASI saja sampai usia bayi 6 bulan, dan tetap memberikan ASI sampai bayi berusia 24 bulan. Tahapan selanjutnya yakni ketika ibu di usia tua akan tetap sehat, tidak terganggu oleh berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi, diabetes melitus, osteoporosis, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Namun dikarenakan banyaknya tanggung jawab dan kegiatan seorang ibu untuk menjaga kesehatan keluarga, terkadang justru membuatnya lupa akan kesehatan dirinya sendiri. Jika demikian, dapat kita bayangkan apa jadinya ketika seorang ibu sakit, aktivitas keluarga seperti terhenti, seluruh anggota keluarga menjadi kesulitan dalam memenuhi keperluannya. Ibu yang sehat menjadi syarat mewujudkan keluarga sehat.

Potret Kesehatan Ibu

Ibu yang sehat baik jasmani maupun rohani akan melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas yang akan membangun masa depan bangsa. Karena pentingnya peran ibu dalam membentuk masa depan bangsa sehingga menjadikan kesehatan ibu perlu untuk senantiasa dipantau oleh semua pihak, termasuk pemerintah. Perhatian pemerintah mengenai kesehatan ibu dan anak tertuang di dalam RPJMN, dan bahkan menjadi perhatian dunia melalui target dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).
ADVERTISEMENT
Kita dapat mengetahui dan memantau kondisi kesehatan ibu melalui data yang telah dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Informasi seputar kesehatan ibu di Indonesia berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh BPS. Ibu yang dimaksud oleh BPS didefinisikan sebagai wanita usia subur (WUS) usia 15-49 tahun dan berstatus kawin ataupun pernah kawin (cerai mati atau cerai hidup).
Data Susenas Maret 2016-2018 menunjukkan derajat kesehatan ibu di perkotaan lebih baik dibanding di perdesaan. Disagregasi menurut wilayah memperlihatkan bahwa ibu di Indonesia Bagian Timur mempunyai keluhan kesehatan terendah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Adapun provinsi dengan persentase ibu yang mempunyai keluhan kesehatan tertinggi adalah Nusa Tenggara Barat (39,72 persen), Gorontalo (37,42 persen), dan Nusa Tenggara Timur (37,31 persen).
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi keluhan kesehatan yang dialami, para ibu melakukan upaya kesehatan berupa mengobati sendiri, berobat jalan, maupun rawat inap. Upaya yang dipilih biasanya bergantung bagaimana tingkat keparahan keluhan kesehatan yang dialami ibu.
Pada tahun 2018, persentase ibu yang mempunyai keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir dan mengobati sendiri sebesar 73,86 persen. Persentase tersebut relatif sama baik di daerah perkotaan maupun perdesaan, hanya memiliki perbedaan kurang dari 1 (satu) persen lebih tinggi di perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan (74,01 persen berbanding 73,72 persen).
Berbeda dengan perilaku mengobati sendiri yang lebih tinggi di perdesaan, pada tahun 2018 perilaku berobat jalan lebih tinggi di perkotaan jika dibandingkan dengan di perdesaan, yakni 45,74 persen berbanding 44,68 persen. Ibu yang mempunyai keluhan kesehatan dan berobat jalan dalam sebulan terakhir sebagian besar mendatangi praktik dokter/bidan, puskesmas/pustu, dan klinik/praktik dokter bersama. Ketiga fasilitas tersebut merupakan tempat berobat jalan yang paling banyak dipilih oleh ibu di perkotaan dan di perdesaan.
ADVERTISEMENT
Meskipun ada banyak pilihan fasilitas kesehatan untuk berobat jalan, ternyata ada sebagian ibu yang mempunyai keluhan kesehatan namun tidak berobat jalan. Tentu saja dengan berbagai alasan, alasan tertinggi ibu yang mempunyai keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir namun tidak berobat jalan adalah karena mengobati sendiri keluhan kesehatannya (67,35 persen), merasa tidak perlu (28,93 persen), tidak punya biaya berobat (1,38 persen), dan karena alasan lainnya (1,29 persen).
Terkadang untuk beberapa jenis penyakit atau kondisi tertentu mengharuskan ibu yang sakit untuk berobat dengan cara rawat inap. Persentase ibu yang pernah rawat inap dalam setahun terakhir relatif lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan ini terjadi baik di perkotaan maupun di perdesaan. Sama seperti tahun sebelumnya, pada tahun 2018 persentase rawat inap lebih tinggi di perkotaan jika dibandingkan dengan di perdesaan (8,28 berbanding dengan 6,70 persen). Tiga provinsi dengan persentase tertinggi ibu yang pernah rawat inap dalam setahun terakhir adalah Kalimantan Utara (11,39 persen), Sulawesi Selatan (11,32 persen), dan Aceh (11,08 persen). Tempat rawat inap yang paling banyak dipilih adalah rumah sakit pemerintah (36,76 persen), rumah sakit swasta (36,06 persen), dan puskesmas/pustu (14,39 persen).
Ilustrasi anak dan ibu. Foto: Shutter Stock

Upaya Meningkatkan Kesehatan Ibu

Melihat kondisi kesehatan ibu yang beragam pada setiap tahun dan setiap tempat, tentu saja pemerintah tidak tinggal diam. Banyak hal yang telah, sedang, dan akan dilakukan sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan kesehatan ibu, dengan program jaminan kesehatan, misalnya.
ADVERTISEMENT
Kepemilikan jaminan kesehatan bagi seorang ibu selain dapat dimanfaatkan untuk memberikan jaminan terhadap kebutuhan pelayanan pengobatan penyakit, juga menjamin kebutuhan pemeriksaan kehamilan dan persalinan. Dengan penggunaan jaminan kesehatan, khususnya jaminan kesehatan nasional berupa BPJS Kesehatan, seorang ibu dapat memperoleh pemeriksaan kehamilan (antenatal care) dan pemeriksaan pasca-persalinan (postnatal care) secara gratis masing-masing maksimal empat kali di fasilitas tingkat pertama BPJS, dan juga memperoleh keringanan biaya persalinan, pemeriksaan bayi baru lahir, dan pelayanan KB (BPJS Kesehatan, 2017).
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu adalah melalui penolong persalinan. Karena pentingnya masalah ini, dunia internasional menempatkan indikator persalinan dalam kesepakatan TPB dengan pertimbangan untuk menekan angka kematian ibu dan bayi. Melakukan persalinan di fasilitas kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan akan mampu mengurangi risiko kematian ibu. Karena jika ibu melakukan persalinan dengan fasilitas dan tenaga kesehatan yang layak, ibu akan memperoleh standar perawatan persalinan dengan peralatan yang memadai. Untuk menyikapi angka kesakitan dan kematian ibu yang tinggi akibat kehamilan, salah satu solusinya adalah dengan peningkatan dan perluasan pelayanan Keluarga Berencana (KB).
ADVERTISEMENT
Hak sehat untuk seorang ibu adalah mutlak. Hak ibu bukan sekadar kasih sayang yang sifatnya retorika, namun kasih sayang sesungguhnya. Ibu berhak untuk mendapat informasi yang benar tentang kesehatan, paham tentang arti gaya hidup sehat, melaksanakan gaya hidup sehat serta meneruskan gaya hidup sehat ke seluruh anggota keluarga. Karena ibu adalah pilar kesehatan keluarga.