Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Peta Latar Belakang Pendidikan (S1) dari Pemimpin di Negara-negara Eropa
28 November 2017 13:23 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
Tulisan dari Ridwansyah Yusuf Achmad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menilik pada peta yang sore ini bertebaran di dunia maya, yang menunjukkan bahwa mayoritas pemimpin negara-negara di Eropa berasal dari latar belakang Ilmu Sosial, seperti Ilmu Hukum (Mayoritas), Ilmu Politik, Ilmu Filsafat, Geografi dan Ekonomi. Hanya sebagian kecil yang berasal dari Ilmu Teknik.
ADVERTISEMENT
Eropa memiliki pengalaman panjang tentang studi sosial, utamanya Hukum dan Studi Wilayah (Area). Diskursus mengenai hukum berkembang pesat sejak peradaban Yunani yang menghasilkan konsep pemerintahan dan tata kelola negara yang lahir dari pemikir besar seperti Aristoteles.
Kemudian bangsa Romawi melanjutkan kedigdayaan ini, salah satu pemikir dan orator ulung pada masa emasnya adalah Senator Marcus Tullius Cicero; seorang pakar hukum, pengacara, dan negarawan yang memiliki kontribusi dalam membentuk Hukum dan tata negara Romawi yang kemudian menjadi rujukan untuk negara-negara lain di era modern.
Eropa juga dikenal dengan keandalannya dalam Area Studies (Studi Area); wajar beberapa Sekolah terkenal lahir di Eropa, salah satunya, SOAS (School of Oriental and African Studies) di Universitas London dan Institute of Area Studies di Universitas Leiden. Dalam perkembangannya studi area juga beradaptasi dengan keperluan untuk senantiasa menjaga ritme Eropa negara maju dan Asia-Afrika-Amerika Latin merupakan negara belum maju dan berkembang, Eropa mendirikan diskursus baru yang dikenal dengan Development Studies, salah dua pusat pemikirannya terletak di Institute of Development Studies di Universitas Sussex dan Institute of Social Studies di Erasmus University Rotterdam.
ADVERTISEMENT
Apabila kamu mengetahui nama 'Snouck hurgronje', ia merupakan seorang Orientalis yang ulung, masuk ke Indonesia dengan bekal pandai berbahasa Indonesia dan Arab, kemudian menghafal Qur'an untuk bisa meyakinkan diri bahwa dia bisa dipercaya. Hingga akhirnya ia masuk dalam lingkaran keluarga Kerajaan Samudera Pasai. Keberadaan Snouck memberikan kesempatan kepadanya untuk semakin memahami kultur, tabiat, pola pikir, dan gulat relasi kuasa yang ada di Indonesia; dari situlah ia mengirimkan hasil analisanya kepada Kerajaan Belanda dan VOC untuk kemudian dapat melanggengkan keberadaaannya di Indonesia. Snouck yang kemudian diketahui seorang pengkhianat (bagi bangsa Indonesia) melarikan diri kembali ke Belanda. Kini, makan dan rumah Snouck masih bisa dilihat di Kota Leiden; bisa jadi, ia dianggap pahlawan oleh Belanda karena berhasil mengukir pemikiran yang luar biasa tentang Indonesia.
ADVERTISEMENT
Cerita lainnya adalah seorang perempuan alumnus Universitas Oxford, Gertrude Bell, seorang pengelana, penulis, dan orientalis Inggris yang 'berkeliling' Timur Tengah hampir sepanjang usia nya pasca meninggalkan Oxford. Gertrude dengan kekuatan diplomatik karena merupakan bagian dari Keluarga Kerajaan mendapatkan kesempatan bertemu semua pemimpin Timur Tengah saat itu, bahkan sebelum negara-negara arab menjadi seperti ini. Dalam catatan perjalanannya yang di film kan dengan tajuk 'Queen of Desert', Gertrude dikisahkan memainkan peran dalam menyatukan dan memecah pemimpin Arab sesuai dengan kepentingan Inggris saat itu. Di akhir film bahkan di kisahkan Gertrude mengatakan Pangeran Faisal dan Pangeran Abdullah akan menjadi Raja Irak dan Raja Jordan; yang kemudian perkataan itu terjadi setelahnya.
Kembali ke peta ini, ilmu sosial merupakan ilmu yang dapat memetakan manusia, mengatur manusia, dan merencanakan arah manusia. Karena sejatinya para sapiens ini adalah makhluk sosial yang perlu ditata dan direkayasa perilakunya; untuk mencapai sebuah tujuan yang di inginkan. Apabila kita telah memahami perilaku dan peta relasi antar manusia pada suatu area, maka kita akan bisa memberikan peta jalan bagaimana masa depan dari area tersebut. Itulah yang menjadi kekuatan Eropa hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Wajar, apabila catatan sejarah Indonesia cukup banyak dan lengkap tersimpan di Museum di Belanda. dan catatan sejarah negara asia-afrika-amerika latin juga tersimpan rapih oleh pusat pusat studi dan pemikiran di Eropa. Bagi mereka, kuasai geografi dan demografi; maka kamu bisa mengatur (hukum) dan menata roda kehidupan (ekonomi) dengan baik.
Sudahkah kita mengenal bangsa kita sendiri?
Ikuti Ridwansyah Yusuf di : www.facebook.com/dt.ridwansyahyusuf