Konten dari Pengguna

Lebih Baik Menjalani Pengobatan Ke Seorang Psikolog Atau Psikiater?

Rifa Nur Saadah
Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5 Desember 2021 22:03 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rifa Nur Saadah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar 1. Sumber: pixabay.com/ElisaRiva
zoom-in-whitePerbesar
Gambar 1. Sumber: pixabay.com/ElisaRiva
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wah, ternyata seorang psikolog dan psikiater merupakan dua pekerjaan dengan kemampuan ahli yang berbeda, loh! Sayangnya mereka sering dianggap sama oleh masyarakat umum. Kekeliruan dengan sedikit orang yang mengetahui kebenarannya ini, sungguh perlu adanya informasi yang valid sertamudahan diakses, agar tidak terjadinya sebuah kesalahan dalam pengobatan yang akan dijalani oleh kita sebagai calon pasien.
ADVERTISEMENT
Sebelum itu, kita harus tahu nih, bahwa pada dasarnya mereka menggeluti bidang yang hampir sama, tetapi tetap memiliki perbedaan, lho! Memang mereka berperan dalam hal apa, sih? Seorang psikolog dan psikiater dapat dikatakan menggeluti bidang yang sama yaitu memecahkan masalah mengenai kondisi mental seseorang, namun nyatanya memiliki beberapa perbedaan yang sangat mendasar. Yuk, kita ketahui lebih mendalam perbedaan-perbedaannya!

Perbedaan Latar Belakang Pendidikan antara Psikolog dan Psikiater

Psikolog sendiri ialah seseorang yang memeroleh gelar M.Psi., (Psikolog) setelah ia menempuh pendidikan strata satu dengan program studi psikologi lalu memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya pada strata dua dengan program studi psikologi profesi yang telah disesuaikan dengan fokus peminatannya. Sebelum menempuh pendidikan lanjutan pada program strata dua, para calon psikolog diberikan pilihan untuk bidang fokus lanjutan, contohnya seperti bidang psikologi klinis yang membahas pada penanganan atas permasalahan psikologis dan penyesuaian pengembangan dalam diri seseorang. Selain itu, menurut Wijono S. dalam bukunya yang berjudul Psikologi Industi & Organisasi (2010), ia menyebutkan terdapat pula psikologi industri dan organisasi yang berfokus pada peningkatan keefektifan karyawan dalam kinerja mereka, dan masih banyak lagi bidang fokus lanjutan yang dapat dipilih oleh seorang calon psikolog.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, psikiater ialah seseorang yang memeroleh gelar Sp.KJ (Spesialis Kejiwaan) setelah menempuh pendidikan strata satu dengan program studi pendidikan dokter atau kedokteran, lalu melanjutkan pendidikan strata dua dengan program studi profesi dokter yang berfokus pada cabang ilmu kesehatan jiwa dan perilaku seseorang.
Nah, bagaimana? Sudah mulai terlihat bukan, perbedaan kedua profesi ini dimulai dari pendidikan awal mereka. Simak lebih lanjut perbedaan lainnya, yuk!

Perbedaan Metode dalam Menangani Pasien antara Psikolog dan Psikiater

Gambar 2. Sumber: pixabay.com/Wokandapix
Setelah kita bahas dari kedua latar belakang pendidikan di atas, kedua profesi ini ternyata memiliki perannya masing-masing dalam menangani permasalahan yang ada pada kondisi kesehatan jiwa dan mental seseorang, lho! Dapat dipastikan adanya perbedaan pada penggunaan cara dan metode karena disesuaikan dengan pembelajaran awal yang telah mereka terima di bangku perkuliahan.
ADVERTISEMENT
Seorang psikolog dalam menangani pasiennya menggunakan berbagai metode terapi dan juga pendekatan, serta alat ukur psikologi yang memang telah menjadi hal yang ia pelajari selama menempuh pendidikan. Sedangkan, seorang psikiater dalam menangani pasiennya menggunakan metode mendalam, sesuai dengan prosedur bidang kedokteran melalui tes kesehatan yang memerlukan bermacam peralatan medis.
Kalau untuk kasus yang mereka tangani, ada perbedaannya juga tidak, ya? Simak juga contoh perbedaan kasus yang mereka tangani, yuk!

Contoh Perbedaan Kasus yang ditangani antara Psikolog dan Psikiater

Sebenarnya kasus-kasus yang mereka tangani bisa dikatakan hampir serupa, tetapi tetap ada perbedaanya, dong! Nah, salah satu contoh kasus yang dapat ditangani oleh seorang psikolog sendiri, yaitu sebuah terapi bermain yang dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mencapai beberapa hal, seperti mengembangkan konsep diri ke arah positif, memikul tanggung jawab pribadi, menjadi lebih terarah dan menerima diri sendiri, serta menciptakan sumber evaluasi yang sifatnya internal (Landreth, 2012).
ADVERTISEMENT
Wah, seorang psikolog keren banget, ya? Tapi ternyata seorang psikiater juga tidak kalah keren, loh! Menurut Syamsulhadi (2012), seorang psikiater dapat menangani penyakit mental yang pengobatannya memerlukan perkembangan lebih lanjut dari seorang psikiatri klinik dengan subspesialisasi dalam psikiatri yang dapat menginkorporasikan pelayanan klinis bagi pasien. Salah satu contoh kasus yang sering dijumpai pada pasien rujukan psikiatri adalah child abuse, peristiwa ini sering ditemui dengan risiko tinggi pada anak yang lahir dari seorang ibu pengonsumsi narkoba pada saat masa kehamilannya.

Ayo, Menentukan Pilihan Sesuai Kebutuhan Diri!

Kita sudah mengetahui perbedaan-perbedaan mendasar yang bisa dijadikan tolak ukur dalam memilih penanganan dari para ahli dibidangnya, nih! Dari paparan yang sudah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa psikolog dan psikiater memiliki ranah pengobatannya masing-masing. Jadi, jika kita merasa membutuhkan konseling yang berfokus pada terapis dan metode psikologi mendalam maka kita disarankan untuk mendatangi seorang psikolog yang sebelumnya telah dicek keabsahan izin prakteknya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kita juga dapat memilih untuk pergi ke seorang psikiater jika memerlukan penanganan kejiwaan dalam cakupan tes medis yang hanya dapat dilakukan oleh seorang dokter spesialis kejiwaan, mulai dari pengonsumsian suatu obat-obatan serta tes kesehatan yang memerlukan peralatan medis.
Ayo, tanamkan di diri masing-masing untuk percaya bahwa memahami sedari dini jika kita memerlukan penanganan oleh para ahli dibidangnya dan memberanikan diri untuk memeriksakan keadaan jiwa dan mental ke seorang psikolog maupun psikiater termasuk sebagai pengambilan keputusan yang sangat tepat. Perlu diingat, bahwa kesehatan mental bukanlah hal yang dapat disepelekan, karena kondisi batin berperan penting terhadap keberhasilan setiap individu dalam menjalani kehidupannya.

DAFTAR PUSTAKA

Blumenfield, M., & Tiamson, M. L. (2003). Consultation-liaison Psychiatry: A
ADVERTISEMENT
Jaudes, P. K., Ekwo, E., & Van Voorhis, J. (1995). Association of drug abuse and child abuse. Child abuse & neglect, 19(9), 1065-1075.
Landreth, G. L. (2012). Play therapy: The art of the relationship. Routledge.
Practical Guide (Vol. 3). Lippincott Williams & Wilkins.
Utomo, B. S. (2012). Keefektifan terapi relaksasi untuk menurunkan skordepresi dan meningkatkan kualitas hidup lansiadi RW 27 Guwosari Jebres Surakarta (Doctoral dissertation, UNS (Sebelas Maret University)).
Wijono, S. (2010). Psikologi industri & organisasi. Kencana.