Konten dari Pengguna

Hubungan Perfeksionisme dan Kecenderungan Anoreksia

Rifaa Khairunnisa
Mahasiswi Jurusan Sistem Informasi, Universitas Pembangunan Jaya.
26 Juni 2023 12:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rifaa Khairunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi perfeksionisme memicu gangguan makan. Sumber: iStock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perfeksionisme memicu gangguan makan. Sumber: iStock
Perfeksionisme dan kecenderungan anoreksia. Dua fenomena yang mungkin tidak menampakkan hubungan secara langsung, tetapi memiliki hubungan menarik di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Saat kita berbicara mengenai perfeksionisme, sering kali tidak disadari bahwa standar tidak realistis ditetapkan bagi diri sendiri sehingga memberikan konsekuensi serius bagi kesejahteraan psikologis. Perfeksionisme yang melampaui batas dapat menjadi pemicu utama timbulnya kecenderungan anoreksia.
Kecenderungan anoreksia nervosa didefinisikan sebagai salah persepsi terhadap citra diri yang terinternalisasi. Melalui konsepsi yang dikemukakan oleh Garner dan rekan-rekannya (1982), kecenderungan anoreksia nervosa juga dapat diartikan sebagai manifestasi dari kekhawatiran terhadap berat badan, bentuk tubuh, dan pola makan yang terkait dengan aspek emosional, termasuk sikap, perasaan, dan perilaku seputar makan serta gejala-gejala gangguan makan. Dampaknya adalah penderita cenderung mempertahankan rasa lapar dan enggan makan meskipun dalam kondisi merasa lapar.
Ilustrasi perfeksionisme memicu gangguan makan. Sumber: iStock

Karakteristik Kecenderungan Anoreksia

Kecenderungan anoreksia nervosa dapat dikonfirmasi melalui diagnosis terhadap penderita berdasarkan beberapa aspek yang memengaruhi, seperti karakteristik dari pelaku, sisi psikologi, serta gejala fisik yang mencerminkan karakteristik khas kecenderungan anoreksia nervosa.
ADVERTISEMENT
Nevid dan koleganya (2005) telah mengadaptasi karakterisik kecenderungan anoreksia nervosa dari DSM IV-TR (APA-2000), yang meliputi:
1. Persepsi tubuh yang terdistorsi
Individu dengan kecenderungan anoreksia nevorsa cenderung memandang bentuk atau bagian tubuhnya gemuk, meskipun orang lain memandangnya kurus.
Sedangkan, mereka memiliki berat badan sangat rendah atau misalnya 15% bawah batas kesehatan, tetapi terdapat fenomena dismorfia tubuh atau persepsi bahwa tubuh yang tidak sesuai dengan realitas oleh penderita.
2. Menolak mempertahan berat badan normal
Seseorang dengan kecenderungan anoreksia nervosa sering kali berusaha menampik atau enggan untuk tetap menjaga berat badan yang sudah sesuai dengan usia dan tinggi badan mereka. Mereka mungkin memiliki kepercayaan yang salah sehingga menjadikannya tidak puas dengan penampilan tubuh masing-masing.
ADVERTISEMENT
3. Merasa takut secara berlebihan apabila berat badan bertambah
Individu dengan kecenderungan anoreksia nervosa seringkali merasakan kecemasan yang sangat tinggi ketika berat badan mereka meningkat, bahkan hanya dalam jumlah kecil dan normal. Mereka mungkin merasa cemas, khawatir, dan tidak nyaman dengan perubahan ini, meskipun penilaian orang lain mengenai tubuh mereka menunjukkan bahwa mereka sebenarnya kurus atau memiliki berat badan yang rendah.

Apa Itu Perfeksionisme?

Menurut Nevid dan rekan-rekannya (2005), perfeksionisme dapat diartikan sebagai dorongan dalam setiap individu untuk mencapai kesempurnaan dengan memperhatikan kerapian dan keteraturan secara detail. Hal tersebut membuat individu perfeksionis dipenuhi dengan rasa bersalah apabila tidak mencapai standar tinggi yang mereka tetapkan.
ADVERTISEMENT

Lantas, Apa Hubungan Perfeksionisme dan Kecenderungan Anoreksia?

Ilustrasi perfeksionisme memicu gangguan makan. Sumber: istock
Penelitian Stairs dan rekan-rekannya (2012) mengungkapkan bahwa ada sembilan dimensi atau indikator yang terkait dengan perfeksionisme.
Namun, tiga di antaranya sangat relevan dalam konteks hubungan antara perfeksionisme dan anoreksia, yaitu standar tinggi, persepsi tekanan dari orang lain, serta reaktivitas terhadap kesalahan.
1. Standar yang tidak realistis
Salah satu dimensi dari perfeksionisme itu sendiri adalah memiliki standar tinggi yang melibatkan kritik dan evaluasi negatif terhadap diri sendiri. Apabila direlasikan dengan kecenderungan anoreksia, hal ini dapat berhubungan dengan kebutuhan kuat untuk mencapai standar tidak realistis dalam hal penampilan tubuh dan berat badan.
Diperkuat dengan pernyataan Gamer dan Garfinkel (1982), bahwa keinginan untuk mencapai standar tinggi memiliki efek atau saling berkaitan pada tanda-tanda karakteristik seseorang dengan kecenderungan anoreksia nervosa atau body image for thinness.
ADVERTISEMENT
Body image for thinnes adalah pandangan yang dimiliki seseorang akan pentingnya memiliki tubuh kurus dengan melalui berbagai proses yang harus ditempuh, seperti menahan lapar walaupun sadar bahwa dirinya harus mengonsumsi makanan. Hal tersebut menunjukkan adanya pengaturan ketat dan keinginan untuk tampil sempurna, yang mana merupakan salah satu indikator perfeksionisme.
2. Reaktivitas terhadap kesalahan
Selain itu, dimensi perfeksionisme lainnya, yaitu reaktivitas terhadap kesalahan memberikan efek bagi seseorang untuk melakukan diet, perhatian lebih terhadap makanan yang akan dikonsumsi, mengonsumsi makanan secara perlahan, serta terciptanya pemikiran pentingnya citra tubuh sehingga mereka melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan berat badannya.
Hal tersebut diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Joja dan rekan-rekannya (2015), yang menyimpulkan bahwa ketika seseorang terlalu memusatkan perhatian pada bentuk tubuh mereka, dapat menyebabkan munculnya gangguan makan seperti kecenderungan anoreksia nervosa.
ADVERTISEMENT
3. Tekanan dari orang lain
Tidak hanya itu, persepsi tekanan dari orang lain juga dapat memengaruhi individu yang memiliki sikap perfeksionisme. Mereka merasa diperintah atau didorong oleh harapan orang lain untuk mencapai tingkat kesempurnaan tertentu dalam hal penampilan fisik dan berat badan.
Ketidakmampuan memenuhi harapan ini dapat memicu perasaan gagal, permasalahan interpersonal, dan meningkatkan risiko mengembangkan anoreksia.
Melalui penelitian dan temuan tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara perfeksionisme dan kecenderungan anoreksia.
Individu perfeksionis cenderung lebih rentan terhadap perkembangan gangguan makan, anoreksia nervosa. Oleh karena itu, pemahaman akan hubungan ini sangat penting dalam mengenali tanda-tanda dan faktor risiko anoreksia nervosa.

Adakah Cara Mengatasi Perfeksionisme dalam Konteks Anoreksia?

Ilustrasi seseorang menjaga penampilannya. Sumber: iStock
Dalam mengatasi perfeksionisme yang terkait dengan anoreksia, penting bagi kita untuk mengambil tindakan sekarang. Pertama-tama, kita perlu mengingat bahwa tidak ada yang sempurna dan setiap individu memiliki keunikan dan kelebihan yang tak ternilai harganya. Dengan menerima diri sendiri sepenuhnya, kita dapat membebaskan diri dari tekanan standar yang tidak realistis.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, mari kita hadapi kenyataan bahwa hidup ini tentang keseimbangan. Mengorbankan kesehatan fisik dan mental demi mencapai "kesempurnaan" hanya akan merugikan kita dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, mari kita ambil tindakan untuk melawan perfeksionisme yang merusak dan membebaskan diri dari tekanan yang tidak sehat, serta prioritaskan waktu untuk istirahat, relaksasi, dan kegiatan yang memberikan kebahagiaan dan kepuasan.
Dengan menerapkan hal-hal tersebut, kita dapat meraih keseimbangan, kebahagiaan, dan kesehatan mental yang sebenarnya. Ingatlah, kamu berhak untuk mencintai dan menerima diri sendiri tanpa batasan standar yang tidak realistis.