Tebasan Garis Pembatas

Rifaldo Sinaga
Mahasiswa IT Telkom Purwokerto
Konten dari Pengguna
2 Desember 2021 17:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rifaldo Sinaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/illustrations/jam-manajemen-waktu-waktu-3222267/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/illustrations/jam-manajemen-waktu-waktu-3222267/
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tekad seseorang untuk menggunakan dan memanfaatkan waktu akan sia-sia bila tidak berani memotong si garis pembatas. Bagian terpenting dalam kehidupan kita adalah waktu. Garis Pembatas itu meyakinkan kita akan apa yang mungkin kita dapat dan apa yang mungkin kita lakukan. Waktu adalah kehidupan. Namun kehidupan hanyalah sebagian kecil dari waktu, sebab waktu itu tidak terbatas jumlahnya. Sehingga kita yang harus memotong garis pembatas itu. Jangan sampai kita membuang-buang waktu dengan hal-hal yang tidak berguna dalam penunjang harapan hidup kita di dunia ini. Maka, waktu harus kita pandang sebagai salah satu inti dari kehidupan keseharian kita bukan sekadar angka yang menunjukkan batas-batas kegiatan sehari-hari. Kita harus lebih efektif dan efisien dalam menggunakan waktu bukan hanya dijalani begitu saja tanpa ada yang didapat. Bila kita berani memotong garis pembatas, mungkin saja setiap detik kita akan menghasilkan emas dan berlian. Namun Itu bukan yang terpenting, melainkan “Bagaimana kita harus menghiasi waktu tersebut?”
ADVERTISEMENT

Garis Pembatas adalah pedang

Waktu itu bagaikan pedang, jika kita tidak dapat memotongnya, dia yang akan memotong kita. Tebasan di sini memang tidak menimbulkan percikan darah langsung namun berkala. Awalnya kita tidak menyadari adanya luka itu namun setelah sekian lama luka itu akan menyatu dan mengeksploitasi seluruh kegiatan yang kita lakukan. Perlahan kita akan merasakan sakit dan pedih setelah sekian lama tidak berani melawan tebasan waktu. Rasa tersebut akan kita temukan ketika kita mulai beranjak dewasa. Masa di mana kita mulai penuh dengan segala kegiatan sekolah dan pekerjaan. Masa di mana kita mulai merasakan kekurangan waktu secara perlahan.
Saat ini, bila kita survei dari sekian ribu orang sukses di negeri ini tentang penggunaan waktu mereka, maka mereka akan mengatakan, “Pergunakan waktu sebaik mungkin, jangan sia-siakan masa mudamu, dan jangan lupa akan Tuhan dan keluarga serta sahabatmu”. Hal ini merujuk pada manajemen waktu kita secara pribadi. Bila kita ingin sukses maka kita harus berani menghabiskan hidup di dalam bidang yang kita tekuni, sehingga setiap waktu memang bermanfaat dalam hidup kita. Namun, perlu diketahui lebih lanjut bahwa setiap detik kita tidak harus dilalui dengan bekerja, namun dapat kita isi dengan kegiatan lainnya seperti: rekreasi untuk menjaga kesehatan mental dan pikiran kita, beribadah untuk menjaga ketenangan batin kita, ataupun berkumpul dengan teman dan keluarga untuk menjaga keharmonisan relasi. Selain itu, hal lain yang termasuk dalam ungkapan tersebut adalah keberanian dan ketekunan. Ketika kita berani berbuat dan tekun maka secara tidak sadar kita sudah melakukan manajemen waktu dengan baik. Manajemen waktu bukan sekadar membuat jadwal dari suatu kegiatan melainkan merujuk ke pendewasaan pola pikir agar lebih matang menjalani hidup.
ADVERTISEMENT

Ketepat-gunaan Waktu

Ketika waktu tidak mencukupi kegiatan kita, kita akan mulai menyalahkan waktu tersebut, “Mengapa waktu berlalu begitu cepat?”. Ketika waktu mulai berlebihan, kita juga akan menyalahkan waktu tersebut, “Mengapa waktunya sangat lama?”. Kelebihan dan kekurangan waktu menandakan kesalahan kita dalam manajemen waktu. Ketepat-gunaan waktu akan tampak apabila kita mau berbuat lebih. Kedisiplinan adalah kuncinya. Disiplin berarti taat, setia, berani, dan rajin dalam melaksanakan aturan-aturan dan prinsip hidup. Disiplin tidak hanya berarti melakukan kegiatan tepat pada waktunya. Sebab garis pembatas antara kesuksesan dan kegagalan adalah ketika kita mulai mengatakan, “Saya tidak memiliki waktu”. Perkataan itu menyatakan secara langsung bahwa kita kurang dalam manajemen waktu.
Waktu itu tidak mengatur kita, namun kita yang harus mengatur waktu agar efektif dan efisien. Waktu itu hanya berupa pedang yang dapat menebas setiap sisi kehidupan kita, namun kita mampu menjadi pedang dan tameng untuk menahan tebasan dan memotong garis pembatas. Itu semua terdapat dalam diri kita, yakni hasrat untuk mengubah atau hasrat ingin diubah. Kemampuan kita akan dilatih oleh kejamnya garis pembatas. Dengan menahan rasa sakit dan mulai melawannya dengan karya dan usaha, kita akan menghiasi kehidupan dengan kegembiraan dan kesuksesan. Oleh sebab itu kedewasaan pola pikir untuk manajemen waktu sangat kita perlukan bukan hanya sekadar disiplin dalam melakukan kegiatan. Sehingga kita mampu mengatur waktu dengan efektif dan efisien.
ADVERTISEMENT