Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bangsa yang Berilmu, Bangsa yang Maju
2 Mei 2018 7:15 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Rifana Indira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Anda tentunya masih ingat dengan semboyan diatas ini kan? Semboyan yang seringkali kita dengar sejak masa anak-anak. Bermakna “dari depan, seorang pendidik harus memberikan teladan yang baik; dari tengah, seorang pendidik harus dapat menciptakan prakarsa atau ide; dan dari belakang, seorang pendidik harus bisa memberi dorongan dan arahan”, semboyan ini dicetuskan oleh Bapak Pendidikan Nasional kita. Ki Hadjar Dewantara.
ADVERTISEMENT
Semboyan ini erat kaitannya dengan Hari Pendidikan Nasional yang ditetapkan setiap tanggal 2 Mei, yang merupakan tanggal lahir Ki Hadjar Dewantara. Peringatan hari pendidikan nasional ditujukan agar generasi mendatang selalu mengingat bahwa perjuangan untuk memajukan dunia pendidikan Indonesia tidak diraih dengan mudah.
Ilustrasi suasana perpustakaan. Foto: Pexels.
Lantas bagaimanakah perkembangan kondisi pendidikan Indonesia saat ini?
Hasil studi The World’s Most Literate Nations (WMLN) yang dipublikasikan oleh Central Connecticut State University pada tahun 2016 menunjukkan negara-negara Skandinavia yaitu Finlandia, Islandia, Denmark, Swedia dan Norwegia menempati posisi literasi teratas dunia. Negara-negara ini terkenal dengan budaya membaca masyarakatnya yang kuat. Sedangkan Indonesia masih berada pada tingkat literasi rendah dengan peringkat ke-60 dari 61 negara yang diteliti.
ADVERTISEMENT
Organisation for Economic Cooperation Development (OECD) melaksanakan studi tiga-tahunan yaitu Programme for International Student Assessment (PISA) yang mengukur performa khusus pelajar berusia 15-16 tahun di berbagai negara khususnya di bidang matematika, pengetahuan sains dan membaca.
Hasil studi terakhir yang dipublikasikan pada Desember 2016, Indonesia berada di urutan cukup memprihatinkan. Korea Selatan berada pada posisi pertama untuk ketiga bidang. Sedangkan Indonesia berada pada posisi ke-65 untuk matematika, posisi ke-64 untuk pengetahuan sains, dan posisi ke-66 untuk kategori membaca, yang masih tertinggal dari Singapura, Malaysia dan Thailand.
Dalam hal penggunaan internet, berdasarkan survei oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2017, sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan internet untuk keperluan komunikasi dan hiburan seperti menonton video dan melihat foto, sedangkan pemanfaatan untuk mencari ilmu dan membaca artikel masih cenderung lebih rendah.
ADVERTISEMENT
Jadi kita bisa lihat bahwa Indonesia masih memiliki PR besar dalam peningkatan pendidikan nasional, baik dalam hal tingkat literasi, minat baca, maupun minat terhadap bidang akademik.
Untuk itu pemerintah telah memprioritaskan sektor pendidikan dalam pembangunan nasional, terus berupaya menyediakan infrastruktur pendidikan, modernisasi perpustakaan, mendirikan taman bacaan, menetapkan Program Literasi Nasional, dan berbagai upaya lainnya untuk meningkatkan minat baca masyarakat dan memajukan pendidikan nasional.
Bersama Memajukan Pendidikan Bangsa
Menilik kebelakang pada zaman peperangan, saking sedemikian pentingnya peran buku dalam pengetahuan dan sebagai sumber informasi, buku bahkan menjadi salah satu sasaran perusakan dalam peperangan. Perpustakaan termasuk dalam target bangunan yang dihancurkan oleh musuh (libricide).
Saat invasi Kekaisaran Mongolia pada tahun 1258 di Baghdad yang ketika itu memiliki tingkat literasi tinggi dan sebagai pusat intelektual, perpustakaan dan ribuan koleksi buku dan manuskrip berharganya dihancurkan dan dibuang di sungai sehingga mengakibatkan Sungai Tigris berubah warna menjadi hitam karena tinta. Peristiwa lainnya terjadi pada masa Perang Dunia ke-2, dimana ribuan perpustakaan di berbagai negara dihancurkan. Demikian pula, ratusan ribu publikasi akademis dan koleksi buku-buku berharga hilang atau dihancurkan. Bahkan kelompok pemberontak ISIS juga melakukan aksi libricide untuk mencegah penyebaran ideologi yang mereka anggap tidak sesuai dengan paham radikal mereka.
ADVERTISEMENT
Jika kita biarkan minat baca bangsa rendah, kita akan membiarkan bangsa kita hancur perlahan. Jika kita berhenti belajar, maka lupakanlah kebangkitan.
Pendidikan memiliki arti penting bagi kemajuan dan kejayaan suatu bangsa. Pendidikan yang baik dan berkualitas menjadi investasi terbaik yang mempengaruhi kualitas Sumber Daya Manusia. Kejayaan suatu bangsa tidak dilihat hanya dari kekayaaan sumber alamnya saja, tetapi bagaimana Sumber Daya Manusia-nya dapat mengelolanya dengan baik.
Untuk itu, selain upaya pemerintah, diperlukan pula peran dan dukungan kita semua, baik anak didik, para pengajar, orang tua dan masyarakat umum untuk keberhasilan upaya pemerintah dalam memajukan kecerdasan bangsa.
Pemerintah perlu menyelesaikan masalah ketimpangan fasilitas pendidikan di seluruh pelosok negeri, untuk kemerataan hak akses masyarakat atas pendidikan, serta dalam upaya penerapan sistem dan program pendidikan terbaik untuk kualitas kecerdasan dan karakter bangsa.
Indonesia perlu tumbuhkan budaya baca sejak dini yang dimulai dari lingkungan keluarga. Foto: Pixabay.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, dalam keluarga, orang tua berperan sangat penting untuk menjadi role model dalam pembangunan karakter anak dan menumbuhkan kebiasaan membaca anak sejak dini karena anak-anak memiliki kebiasaan mengikuti apa yang dilakukan oleh orang tuanya.
Pengajar juga sangat perlu untuk terus meningkatkan kapasitasnya guna memberikan pendidikan yang berkualitas bagi anak didiknya. Dan, bagi pelajar, sangat penting untuk menumbuhkan minat, memiliki semangat belajar dan melakukan upaya yang terbaik untuk kemajuan dirinya.
Jadi, mari kita semua majukan kecerdasan bangsa untuk Indonesia jaya!