Dukung Program Bebas TBC

Rifana Indira
ASN yang sedang bersekolah dan sebagai bagian Sesdilu 60
Konten dari Pengguna
25 Maret 2018 7:43 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rifana Indira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahukah anda bahwa tanggal 24 Maret kemarin adalah hari Tuberkulosis (TBC) sedunia. Berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, melaksanakan program sosialisasi peningkatan kesadaran masyarakat terhadap gejala penyakit ini, cara pencegahannya, dan juga pentingnya pengobatan penyakit ini hingga sembuh.
ADVERTISEMENT
Peringatan hari TBC ini diperkenalkan sejak tahun 1882, ketika ahli fisika dan mikrobiologi asal Jerman Robert Heinrich Hermann Koch mengumumkan penemuannya dan membuktikan bahwa penyebab penyakit tuberkulosis adalah TB Bacillus, bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penemuan itu akhirnya membuka jalan dilakukannya berbagai penelitian untuk menyembuhkan penyakit tuberkulosis, yang awalnya dianggap sebagai penyakit keturunan.
Mengapa Tuberkulosis Memiliki Hari Peringatan Khusus Sedunia?
Tuberkulosis adalah penyakit tua yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Tuberkulosis adalah satu dari 10 penyebab kematian di seluruh dunia. WHO mencatat bahwa pada tahun 2016, 10,4 juta orang menderita sakit TB dan 1,7 juta meninggal dunia karena penyakit ini.
Lebih dari 95 persen kematian karena TBC terjadi di negara-negara miskin dan berkembang. Namun demikian, selama periode tahun 2000 hingga 2016, 53 juta jiwa berhasil diselamatkan melalui diagnosa dan perawatan khusus TB.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, tercatat 274 kasus kematian per hari pada tahun 2016. Pada periode itu, kasus TBC mencapai 1 juta pengidap. Angka itu menjadikan Indonesia berada di peringkat kedua kasus TBC terbanyak di dunia setelah India. Kemudian, disusul oleh China, Filipina, Pakistan, Nigeria, dan Afrika Selatan.
Bagaimana mengenali gejalanya?
Gejala umum yang dapat terjadi di semua jenis TBC, antara lain demam yang hilang timbul, hilangnya nafsu makan, hingga penurunan berat badan. Pada orang dewasa, gambaran klinis klasik terkait dengan TB paru aktif dapat diketahui dari gejala batuk, berat badan/anoreksia, demam, keringat malam, batuk darah, nyeri dada dan rasa kelelahan.
Penyebaran bakteri Mycobacterium tuberculosis terjadi melalui percikan air seperti saat batuk dan bersin. Penularan TB dapat terjadi pada siapa saja, dari usia anak-anak hingga dewasa. Namun demikian sejumlah orang memiliki risiko penularan yang lebih tinggi, antara lain orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pengidap HIV/AIDS, diabetes, atau orang yang sedang menjalani kemoterapi; orang yang mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi; perokok; pecandu narkoba; ataupun orang-orang yang sering kontak dengan pengidap TB aktif, misalnya petugas medis atau keluarga pengidap.
ADVERTISEMENT
Menjaga Lingkungan dan Tubuh dari TBC
1. Perhatikan Ventilasi dan Paparan Sinar Matahari yang Sehat di Rumah
Penyebaran bakteri Mycobacterium tuberculosis terjadi melalui percikan air seperti saat batuk dan bersin. Untungnya, bakteri akan mati bila terkena sinar matahari. Untuk itu, perlu dipastikan rumah anda memiliki ventilasi udara yang baik dan memiliki akses sinar matahari yang cukup. Kuman akan berkembang biak di tempat yang lembap.
Dengan ventilasi rumah yang baik, bakteri akan mudah keluar dan juga akan mati jika terkena sinar matahari. Untuk itu biasakanlah membuka jendela setiap pagi untuk mengganti udara di dalam rumah, pikiran anda pun bisa ikut segar lho. Pertimbangkan pula memiliki hunian dengan konsep hijau yang tidak hanya akan menambah cantik rumah hunian anda, namun juga lebih sehat.
Ilustrasi rumah sehat dan bersih dengan ventilasi dan akses sinar matahari yang cukup. Foto Pexels
ADVERTISEMENT
2. Konsumsi Makanan Bergizi
Bakteri atau virus pada dasarnya akan mudah menyebar dan menulari orang-orang yang rentan atau dalam kondisi tubuh lemah. Untuk itu, konsumsi makanan yang bergizi sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh kita.
3. Olahraga yang Teratur
Kebugaran tubuh sangat penting untuk menunjang aktivitas kita sehari-hari. Dengan olahraga, tubuh semakin terjamin sehat dengan pembentukan antibodi yang kuat untuk menangkal radikal bebas termasuk bakteri TB. Ajaklah seluruh anggota untuk rutin berolahraga.
4. Vaksin dan Pengobatan
Salah satu hal penting adalah perlunya setiap orang menerima vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan.
Jika telah tertular penyakit ini, pasien harus periksa ke dokter atau puskesmas untuk memperoleh pengobatan yang tepat. Karena pengobatan TBC dilaksanakan dalam jangka panjang, seringkali terjadi penderita tidak sabar dan terputus, sehingga mereka tidak sadar bahwa penyakit ini masih bersarang dalam tubuhnya. Pasien batuk berdahak yang tak kunjung sembuh dalam kurun waktu lebih dari dua minggu, juga sangat disarankan memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan diagnosa dokter terhadap penularan bakteri TB.
Ilustrasi vaksin dan obat-obatan. Foto Pexels.
ADVERTISEMENT
Karena penyakit ini mudah menular melalui udara, maka ruang publik seperti terminal dan stasiun bisa menjadi tempat penularan apabila penderita dan masyarakat tidak saling menjaga dari hal yang bisa menularkan. Untuk itu, dalam rangka sosialisasi jelang Hari Tuberkulosis Sedunia 2018, sebagai contoh, pemerintah memberikan masker gratis kepada setiap penumpang yang turun dari kereta di stasiun Jakarta.
Penggunaan masker diyakini dapat meminimalkan persebaran dan infeksi virus atau bakteri yang bisa disebarkan melalui bersin atau batuk. Untuk itu, bagi masyarakat yang tidak mengenakan masker, disarankan untuk menutup mulut ketika batuk atau bersin.
Dukungan Kita terhadap Program Pemerintah
Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyatakan target untuk mengeliminasi penyebaran tuberkulosis pada tahun 2030 memasukkannya di dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Indonesia pun mendukung upaya ini.
ADVERTISEMENT
Mengingat dari sejuta penderita TB Indonesia, baru 35% yang berhasil disembuhkan, sedangkan lainnya belum dilaporkan atau bahkan masyarakat masih banyak yang menganggap penyakit ini sebagai penyakit keturunan, kutukan, dan memalukan, maka mereka tidak memeriksakan diri, membiarkan atau bahkan menyembunyikannya.
Untuk itu dalam mendukung upaya pemerintah antara lain melalui program Temui Obati Sampai Sembuh Tuberkulosis (TOSS TB), dan penyediaan obat gratis di seluruh puskesmas, klinik dan rumah sakit yang memiliki program tersebut, kita semua juga punya peran dalam mengeliminasi TBC. Selain melaksanakan tips-tips di atas untuk kepentingan kita sendiri, jangan cuek dengan lingkungan sekitar, apalagi jika mengetahui ada pengidap TB. Dorong penderita untuk memeriksakan diri dan melakukan pengobatan tak terputus hingga sembuh.
ADVERTISEMENT
Dengan peningkatan kesadaran dan upaya kita bersama dengan seluruh elemen pemerintah termasuk pemerintah daerah, maka target bebas TBC 2030 baru akan dapat terwujud.