Pendidikan Ekologi ala Sanggar Anak Alam

Rifatul Anwiyah
Guru seni Kaligrafi dan Pegiat Rumah Baca Komunitas
Konten dari Pengguna
10 November 2021 9:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rifatul Anwiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar: Bangunan depan Sanggar Anak Alam, Yogyakarta
zoom-in-whitePerbesar
Gambar: Bangunan depan Sanggar Anak Alam, Yogyakarta
ADVERTISEMENT
Kewajiban manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi adalah memelihara, mempertahankan, dan membangun secara berkelanjutan sendi sendi kehidupan dan faktor faktor pendukungnya. Mengurus tentang lingkungan hidup, sejatinya, adalah mengurus perkara yang berkaitan dengan agama. Manusia dan jutaan makhluk hidup lainnya telah dikarunia Tuhan sebuah planet bumi yang sempurna. Dari bumi inilah kehidupan menjadi mungkin dan proses tumbuh kembang menjadi berkelanjutan. Kesadaran teologis manusia adalah bahwa suatu hari, menurut keyakinan agama, manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas cara memperlakukan alam dan menjaga keseimbangannya.
ADVERTISEMENT
Agama-agama banyak mengajarkan pentingnya menjaga alam sebagai manifestasi keimanan dan kesadaran ini bukan hanya semata-mata untuk kebaikan manusia akan tetapi untuk kebaikan kehidupan jangka panjang. Di komunitas pendidikan seperti di SALAM memiliki kekuatan multikultural dan dapat mengelaborasi ragam nilai-nilai agam menyangkut lingkungan hidup. Sebagai contoh, nilai akan urgensinya kesadaran manusia bahwa bumi adalah ibu, alam yang kaya raya ini akan menjadi petaka jika salah mengurusnya.
Masalah lingkungan hidup merupakan issue global yang menjadi keprihatinan bersama (common concern), karena menentukan kelestarian hidup manusia dengan planet tempat hidup, beserta semua pendukung sistem kehidupannya. Krisis ekologi global itu misalnya terkait pemanasan bumi (global warming) berikut perubahan iklim (climate change) pada saat ini telah menjadi ancaman yang nyata terhadap kelestarian sistem kehidupan dan semesta. Pada akhir-akhir ini telah dikembangkan suatu pendekatan baru, yaitu pendekatan spiritualitas (faith-based approach) terhadap masalah lingkungan hidup ini, telah dipromosikan untuk melengkapi “science and technology approach“ atau pendekatan teknokratis rasional.
ADVERTISEMENT
Utamanya, Islam mengajarkan untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan sesama manusia dan dengan Tuhan. Islam mendorong terjalinnya hubungan baik dengan siapa pun, termasuk kelurga dan tetangga. Hubungan antar-manusia itu diharapkan bisa melindungi manusia dari penindasan dan eksploitasi oleh sesama, dan juga mengurangi dampak materialisme. Akhirnya, manusia lebih merasa perlu untuk mencipta atau membeli sesuatu agar menjadi berarti atau dianggap bernilai. Islam membawa kita menuju keadaan seimbang (al-mizan) sehingga meyakini peran penjaga sebagai tugas penting yang harus dijalankan secara hati hati. Manusia dengan spiritualitas yang kuat akan memandang kesempatan hidup di dunia sebagai kesempatan untuk menciptakan dunia agar lebih baik.
Bumi dan isinya adalah amanat yang mestinya dirawat dengan sebaik-baiknya. Hari ini semakin sering terjadi bencana yang lebih disebabkan oleh ulah keserakahan manusia (man-made disaster) akibat buruknya moral-spiritualnya. Banjir di Kalimantan belum lama ini ada yang menyalahkan hujan dan tidak memandang eksploitasi sumber daya alam berupa deforestasi sebagai penyebab. Manusia semakin berhasrat untuk menumpuk sumber kesejahteraan tanpa memandang keseimbangan alam sebagai moral dan etika lingkungan yang sangat utama.
ADVERTISEMENT
Indonesia terdiri atas laut, daratan, dan pulau-pulau di mana semuanya itu memiliki potensi alam yang sangat banyak, sehingga perlu adanya pelestarian sumber daya alam yang ada di Indonesia, tapi pada kenyataannya banyak sekali sumber daya alam tidak lestari akibat kesalahan kebijakan dalam tata kelola lingkungan. Kesadaran akan persoalan ini adalah bagian nalar kritis yang dapat dipahami melalui penanaman nilai dan ideologi serta karakteristik peserta didik dalam subtansi pendidikan di sekolah atau komunitas. Melalui pendidikan yang penuh dedikasi, pemahaman akan berbagai penyimpangan manusia terhadap hakikat alam sebagai bentuk kejahatan dapat diterima secara baik dan menjadikan bahan untuk melakukan tindakan yang bernilai positif.
Di dalam berbagai bacaan dan diskusi di Sanggar Anak Alam (SALAM) Yogyakarta, misalnya, dikenalkan bahwa terdapat penebangan hutan secara ilegal yang membuat hutan gundul, banjir, dan bencana lainnya, adanya salah kelola terhadap sumber daya alam, dan beragam aktivitas eksploitasi yang membuat alam semakin tidak seimbang ekosistemnya.
ADVERTISEMENT

Pendidikan Lingkungan

Untuk memperlihatkan proses pendidikan karakter dari praktik ekologi ini dapat ditunjukkan dari siklus pembelajaran berkelanjutan yang diperlihatkan oleh lima proses yaitu pendidikan penyadaran, pembiasaan, praktik, keteladanan, dan refleksi. Kelima proses ini sebagai siklus yang terus menerus diupayakan sebagai komitmen bersama peserta belajar di Sanggar Anak Alam (SALAM).
Pendidikan kesadaran adalah awal dari proses penanaman karakter ramah lingkungan yang juga dipengaruhi oleh interaksi antar stakeholder belajar seperti penyelenggara, fasilitator, orang tua, dan masyarakat. Pengetahuan dapat ditumbuhkan oleh beragam sumber yang tersedia. Untuk fase pembiasaan dilakukan dengan kesepakatan mengelola area sekolah misalnya dengan tidak membawa sampah plastik dan kegiatan outdoor lainnya yang juga akan berhubungan dengan aktivitas praktik baik dalam riset maupun dalam kegiatan keseharian.
ADVERTISEMENT
Keteladanan sendiri menjadi sangat krusial, karena ini akan mengaransi karakter kepedulian itu tetap bertahan sebagai habitus di lingkar pusat pembelajaran. Sementara dalam fase refleksi yang biasanya diadakan di akhir tahun pelajaran dapat berguna untuk memperkuat praktik ekologi dan memperkuat karakter kepedulian terhadap lingkungan hidup sebagai anugerah Tuhan yang mustinya dijaga dan dilestarikan.