Sejarah Perkembangan Teater Modern Indonesia

Rifatul Maula
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Konten dari Pengguna
5 Desember 2020 13:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rifatul Maula tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pertunjukan Padusi (Sumber: Pikiran Rakyat)
Dahulu, teater masih di anggap sebagai suatu yang khidmat dan serius, karena hanya dipertunjukan dalam kegiatan ritual keagamaan. Seiring berjalannya waktu fungsi teater mulai bergeser menjadi suatu hiburan. Achmad (1977: 949) berpendapat bahwa teater modern ialah teater yang dipelajari dari Barat, menurut segi susunan naskah, latihan, pementasan, pemikiran, dan cara menonton Untuk lebih memahami sejarah teater modern Indonesia, mari simak penjelasan berikut ini.
ADVERTISEMENT
Jakob Sumardjo dalam buku karya Riantiarno (2011:27) membagi teater modern Indonesia menjadi lima periode, yaitu masa perintisan, masa kebangkitan, masa perkembangan, masa mutakhir, dan masa kontemporer.
Masa Perintisan, berlangsung pada tahun 1885-125 yang diawali dengan hadirnya teater bangsawan, masyarakat kelas bawah gemar menonton panggung tiruan Opera yang bercerita tentang kehidupan raja-raja dengan pakaian gemerlapa yang pengucapan dialognya dinyanyikan sebagaimana umumnya sebuah opera. Pada tahun 1891 berdiri Teater Stamboel di Surabaya yang dipimpin oleh August Mahie, teater tesebut membawakan cerita yang bertema timur tengah.
Masa Kebangkitan, berlangsung pada tahun 1925-1941 yang diawali dengan hadirnya perkumpulan Dardanella yang didirikan oleh A. Pierdro. Pertunjukan tersebut menggunakan bahasa Melayu Rendah. Selanjutnya, hadir Miss Riboet Orion, yakni grup teater yang sukses pada zaman kolonial di Indonesia. Pada tahun 1926 Rustam Effendi menulis naskah menggunakan bahasa Indonesia berjudul Bebasari. Hal tersebut, merupakan awal tetaer modern Indonesia.
ADVERTISEMENT
Masa Perkembangan, berlangsung pada tahun 1942-1970. Pada tahun 1942, para pejajah Jepang memberlakukan sensor terhadap karya-karya naskah lakon Indonesia, pada masa tersebut lahir penulis naskah, seperti Usmar Ismail (Liburan Seniman), Abu Hanifah (Taufan di Atas Asia) dan lainnya. Kemudian, pasca kemerdekaan Indonesia Usmar Ismail, D. Djajakusuma dan Asrul Sani mendirikan ATNI (Akademi Teater Nasional Indonesia) yang berfunsgsi sebagai pendorong keaktifan grup-grup teater di Indonesia dan pendidik calon-calon seniman teater Indonesia. Pada periode tersebut banyak jumlah pengarang yang produktif dan berkualitas menghasilkan karya, seperti Achdiat Karta Miharja (Bentrokan dalam Asmara, Pakaian dan Kepalsuan), Aoh K Hadimaja (Lakbok, kapten Syap), Sitor Situmorang (Jalan Mutiara) dan lainnya.
Masa Teater Mutakhir, berlangsung pada tahun 1970-1980). Pada tahun tersebut terlahir teater-teater yang merupakan perintis dari ATNI, seperti Teater Populer yang dipimpin oleh Teguh Karya pada tahun 1968 dan Teater Lembaga yang dipimpin oleh D. Djajakusuma sebagai dosen ATNI, Pramana Padmodarmaya, dan Wahyu Sihombing sebagai mahasiswa angkatan Pertama ATNI.
ADVERTISEMENT
Masa Kontemporer, berlangsung pada tahun 1980 sampai sekarang. Pada periode pengarang-pengarang sudah yang tersebar di seluruh provinsi Indonesia. Hadir dewan kesenian, lembaga kesenian, dan studi kebudayaan yang turut serta mendukung lahirnya tokoh-tokoh teater Indonesia. Hal tersebut juga tidak lepas dari adanya Taman Ismail Marzuki yang ikut serta memberikan warna dan corak teater Indonesia dan sayembara- sayembara yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta yang telah terjamin kualitas pemenangnya.
Sumber:
Hasanuddin, 2015. Drama Karya dalam Dua Dimensi. Bandung: Percetakan Angkasa.
Riantiarno, 2011. Kitab Teater. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Achamad Syaeful Anwar, 2012. Perkembangan Teater Kontemporer Indonesia. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok.