Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Nemawashi Sebagai Budaya Pengambilan Keputusan Masyarakat Jepang
31 Oktober 2023 18:29 WIB
Tulisan dari Rifdah Fadhillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Manusia dalam menjalani kehidupan tidak lepas dari adanya interaksi sosial sehingga dalam kehidupan bermasyarakat pada hakikatnya terkadang terdapat permasalahan yang perlu diselesaikan. Apabila masalahnya adalah masalah kelompok maka masalah tersebut harus diselesaikan melalui diskusi atau musyawarah sehingga keputusan dapat terambil. Menurut Tawil dan Liliasari (2013:125), Pengambilan keputusan adalah suatu pemikiran di mana seorang individu mengevaluasi pilihan yang berbeda dan memutuskan satu pilihan diantara banyak pilihan. Hal tersebut juga didukung oleh Prastyawan dan Yuni (2020:1) bahwa manusia adalah makhluk pembuat keputusan (decision-making man), manusia mengambil keputusan yang dapat menentukan pilihan diantara beberapa pilihan. Oleh karena itu, setiap negara tentu mempunyai ciri khas budaya dalam mengambil sebuah keputusan. Salah satunya adalah negara Jepang.
ADVERTISEMENT
Pada negara Jepang, sistem pengambilan keputusan di sana dilakukan melalui musyawarah atau perundingan yang melibatkan seluruh anggota kelompok untuk mencapai kesepakatan. Sistem budaya pengambilan keputusan di Jepang disebut Nemawashi (根回し). Nemawashi terdiri dari dua kata “ne” (根) = akar (roots) dan “mawasu” (回す) = mengelilingi. Senada dengan Davies dan Osamu (2002:159) bahwa secara istilah, Nemawashi berarti “berkebun”, sedangkan secara harfiah berarti “menggali di sekitar akar pohon satu atau dua tahun sebelum memindahkannya”. Dengan kata lain, ini mengacu pada “serangkaian persiapan yang dilakukan sebelum melakukan transplantasi pohon”. Dari hal ini singkatnya tentang persiapan. Menanam pohon adalah tugas yang sulit. Hal sekecil apapun dapat menyebabkan kematian, dan jika tidak hati-hati, pohon dapat rusak. Itu sebabnya kami berusaha keras untuk melakukan persiapan terlebih dahulu. Nemawashi ini disebut pra-pertemuan di Eropa dan Amerika.
ADVERTISEMENT
Nemawashi sendiri diketahui telah menjadi tradisi negara Jepang selama beberapa ratus tahun. Selain dalam ranah bisnis, Nemawashi telah menjadi kegiatan penting secara berkelompok yang dilakukan oleh organisasi kecil, seperti rumah tangga, organisasi sekolah, kelompok masyarakat antar desa serta organisasi besar, seperti dunia usaha dan aktivis politik. Pengembangan model negara dan rakyat bJepang terus berlanjut hingga saat ini.
Menurut Sadono (2004:12), dalam kegiatan Nemawashi terdapat diskusi dan konsultasi yang dilakukan secara lisan dan informal antara anggota dewan pengurus (komunikasi horizontal) dan dengan atasannya (komunikasi vertikal) sebelum mengambil keputusan. Oleh karena itu, budaya Nemawashi ini digunakan terutama dalam negosiasi dan pertemuan bisnis. Misalnya, jika ingin menyampaikan proyek baru melalui rapat, meskipun tiba-tiba menjelaskan rencana saat itu juga, rencana tersebut belum tentu akan langsung terlaksana. Dari hal ini maka muncul permasalahan tentang bagaimana proses budaya Nemawashi dalam menghasilkan sebuah keputusan dan apa keuntungan serta kerugian ketika menerapkan budaya Nemawashi ini. Maka, penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses, keuntungan, dan kerugian pada budaya Nemawashi yang diterapkan oleh masyarakat Jepang sampai saat ini. Dengan demikian, eksistensi Nemawashi dapat diketahui secara luas oleh seluruh masyarakat di luar sana.
Proses Nemawashi
ADVERTISEMENT
Pada saat melakukan budaya Nemawashi, dalam praktiknya bahwa landasan utamanya adalah sebuah proposal, yang mana harus dipersiapkan secara matang terlebih dahulu agar proposal tersebut dapat mengakar, bertahan, dan berhasil. Salah satu jenis Nemawashi yang sangat formal adalah pra-pertemuan, yang dilakukan sebelum pertemuan terstruktur. Dalam pra-pertemuan, setiap isu yang direncanakan dibahas dalam pertemuan terstruktur yang mungkin terbukti kontroversial akan dibahas secara rinci sebelumnya.
Sebelum diskusi atau pertemuan formal berlangsung, individu atau kelompok akan melakukan percakapan informal dengan pihak-pihak terkait. Hal ini dapat mencakup berbagai informasi, mengumpulkan pendapat, dan memecahkan masalah. Pertemuan ini sering kali dilakukan dalam suasana tenang dan santai, seperti saat makan bersama atau di acara sosial. Persiapan ini mencakup pembicaraan dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan proposal baru, mendapatkan reaksi, dan masukan dari mereka.
ADVERTISEMENT
Setelah pertemuan formal tersebut, dilanjut dengan mengumpulkan wawasan atau ide untuk mengatasi permasalahan yang terjadi sehingga dapat mendekati pengambil keputusan bersama. Hal ini dapat dilakukan dengan diskusi kelompok kecil. Selain itu, mencari masukan dan memahami perspektif mereka, orang yang bertanggung jawab atas Nemawashi yang dapat membangun kepercayaan dan hubungan baik sehingga meningkatkan peluang untuk mendapatkan hasil yang baik. Dengan mendapatkan dukungan dari pemangku kepentingan utama, keputusan dapat diambil dengan lebih efisien dan keberhasilannya lebih tinggi.
Konsentrasi kunci dari pertemuan Nemawashi adalah menjelaskan proposal atau ide yang dipromosikan, dan menilai reaksi audiens terhadap penolakan atau kelulusan. Penting untuk memperhatikan reaksi mereka, seperti ada yang memberikan saran khusus untuk memperbaikinya, ada yang acuh tak acuh terhadap sarannya, atau mengisyaratkan bahwa saran tersebut dapat diterima. Proses pengambilan keputusan melalui Nemawashi ini bersifat difus, rekursif, nonlinier, dan multi-langkah (Sagi, 2015). Oleh karena itu, adapun beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam proses praktik informal, antara lain yaitu: memperjelas tujuan perubahan, seperti alasan mengapa terjadi perubahan dalam proposal serta apa yang akan diubah, mengidentifikasi siapa saja orang-orang yang terlibat, menyaring orang-orang yang memiliki pengaruh besar di antara pihak-pihak terkait, menganalisis kepentingan dan kekhawatiran pemangku kepentingan utama. yang berpengaruh, dan memikirkan tentang tindakan perbaikan terencana.
Kelebihan dari Budaya Nemawashi Jepang
ADVERTISEMENT
1. Memungkinkan proses pengambilan keputusan lebih lancar dan meminimalkan potensi konflik.
Hal ini dikarenakan dalam proses Nemawashi dilakukan pertemuan atau musyawarah sehingga terdapat diskusi-diskusi yang memunculkan solusi untuk memecahkan permasalahan yang ada. Dari pertemuan tersebut, semua pihak terlibat dapat dengan mudah memberikan saran atau ide yang dapat menghasilkan keputusan akhir. Dengan demikian, terjadi proses pengambilan keputusan dengan cepat yang mana telah mendapat persetujuan diantara semua pihak yang terlibat.
2. Dapat memperoleh dukungan dan pemahaman dari pemangku kepentingan utama
Hal tersebut terjadi karena adanya keterlibatan dalam diskusi informal dan membangun hubungan sebelum pertemuan formal. Para profesional Jepang telah bertemu dengan pihak-pihak terkait ketika melakukan diskusi yang mana menyebabkan banyak masukan baru dari pihak tersebut. Hasil diskusi yang dapat memecahkan permasalahan dengan baik akan mendapat dorongan dari pemangku kepentingan utama sehingga terjadi pengambilan keputusan akhir.
ADVERTISEMENT
3. Mendorong lingkungan kerja yang harmonis
Melalui budaya Nemawashi ini, akan terjalin hubungan yang baik antar pihak-pihak yang berkontribusi dalam memecahkan permasalahan. Selain itu, dapat membangun konsensus dalam meningkatkan peluang untuk mendapatkan hasil yang baik. Dari adanya pertemuan ini, membuat hubungan kerja saling terjaga sehingga meminimalisir kesalahpahaman yang dapat memicu konflik.
4. Mendorong kolaborasi, membangun hubungan, dan memastikan proses pengambilan keputusan yang lebih lancar
Dengan adanya pertemuan baik secara formal maupun informal dalam praktek Nemawashi, tentu dapat mengeksplor relasi yang dapat menciptakan sebuah kolaborasi baru. Dari sini, akan terjalin hubungan antar berbagai macam pihak. Pada saat melakukan diskusi atau pertemuan yang akan dibahas bersama untuk mencapai mufakat bersama, melalui pemikiran seluruh pihak di dalamnya maka akan lebih cepat dan lancar dalam mengambil keputusan.
ADVERTISEMENT
Kekurangan dari Budaya Nemawashi Jepang
1. Dapat menunda pengambilan keputusan dan memperlambat kemajuan proyek atau inisiatif secara keseluruhan
Hal ini dikarenakan memakan waktu dan mungkin memerlukan usaha yang signifikan. Apalagi ada gagasan atau ide yang pro dan kontra maka akan membutuhkan waktu lebih lama untuk menemukan titik terangnya. Proses pengumpulan wawasan, mengatasi permasalahan, dan mencari masukan dari pengambil keputusan utama dapat memakan banyak waktu dan sumber daya.
2. Dapat menghambat kreativitas dan menghambat kemampuan mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru
Hal ini dikarenakan budaya Nemawashi yang didorong oleh konsensus mungkin lebih mengutamakan keselarasan dan kesesuaian dibandingkan inovasi dan individualitas. Dengan mencari kesepakatan dan pemahaman dari para pemangku kepentingan utama. Selain itu, terdapat risiko menekan yang mana beragam perspektif dan ide-ide alternatif.
ADVERTISEMENT
3. Proses budaya ini lambat
Budaya memerlukan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun agar sebuah ide dapat melewati proses Nemawashi dan diimplementasikan. Sebelumnya, hal ini tidak terlalu menjadi masalah. Namun, dalam lingkungan global yang berubah dengan cepat saat ini, dunia usaha semakin tertekan untuk mengambil keputusan lebih cepat berguna untuk mempertahankan posisi kompetitif mereka. Walaupun beberapa perusahaan Jepang baru-baru ini melakukan upaya untuk menyederhanakan pengembangan produk dan proses pengambilan keputusan, masih terlalu dini untuk mengetahui apakah upaya ini akan berhasil.
4. Dapat menghambat ide-ide inovatif
Proses Nemawashi dapat menyebabkan ide-ide bagus menjadi layu dan mati. Artinya, dengan proses budaya yang memakan waktu tentu akan membuat ide-ide hanya tertampung pada kegiatan brainstorming dan tidak dapat direalisasikan. Proses berbasis keharmonisan yang memerlukan persetujuan banyak pihak membuat ide-ide inovatif rentan ditolak oleh siapa pun yang tidak setuju dengan usulan tersebut. Di mana individu atau kelompok mungkin merasa malu untuk menyampaikan ide-ide baru karena takut gagal atau kehilangan muka.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan budaya di atas, yang diterapkan oleh masyarakat Jepang dalam mengambil keputusan ini terdapat proses yang panjang dalam menentukan kesepakatan dan konsensus untuk membuat keputusan akhir. Oleh karena itu, budaya Nemawashi ini terdapat kelebihan dan kekurangan di dalam prosesnya. Dengan demikian, hasil dari penggunaan Nemawashi secara efektif adalah ketika proposal selesai, permasalahan atau akar permasalahan telah teridentifikasi dengan jelas melalui pertemuan tatap muka dan pra-pertemuan dengan menggunakan teknik ini.
Daftar Pustaka
Davies, Roger., & Osamu, I. (2002). The Japanese Mind: Understanding Contemporary Japanese Culture. Tuttle Publishing.
Prastyawan, Agus., & Lestari, Yuni. (2020). Pengambilan keputusan. Unesa University Press.
Sadono, Setiawan Iwan. (2004). Konsensus Nemawashi Dan Ringi: Budaya Manajemen Jepang Membangun Produktivitas Kerja. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
ADVERTISEMENT
Sagi, D. S. (2015). 'Nemawashi' a Technique to Gain Consensus in Japanese Management Systems: An Overview. International Journal of Arts, Humanities and Management Studies, 1(4).
Tawil, Muhammad., & Liliasari, L. (2013). Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam pembelajaran IPA. Makassar: Universitas Negeri Makassar.