Konten dari Pengguna

Kedai Kopi yang Miliki Misi Edukasi Masyarakat Melalui Gincu Learning

Rifki Al Wafi
Freelance Content Writer and Journalist
28 Januari 2024 16:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rifki Al Wafi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tampak depan Gincu Learning yang tersedia di kedai kopi Gincu, sarana edukasi pengunjung yang ingin budidaya mangga sendiri. Sumber: Dok/Rifki Al Wafi
zoom-in-whitePerbesar
Tampak depan Gincu Learning yang tersedia di kedai kopi Gincu, sarana edukasi pengunjung yang ingin budidaya mangga sendiri. Sumber: Dok/Rifki Al Wafi
ADVERTISEMENT
Hilirisasi produk mangga menjadi alasan kuat Hendrik Nurwanto (38) mengubah sebuah kebun mangga menjadi kedai kopi serba guna yang eye cathcing.
ADVERTISEMENT
Berkat gagasannya itu, mangga yang biasa ia hasilkan kini tidak hanya dinikmati dalam bentuk buah segar semata, melainkan bisa dinikmati produk turunannya, seperti kopi gedong gincu.
Kopi gedong gincu atau kopi gincu merupakan menu khas yang terdapat pada kedai kopi yang dikelola oleh Hendrik.
Meski pada awal merintis sempat alami kendala seperti kuragnya dukungan dan motivasi, ia terus mengeksekusi gagasan hilirisasinya itu.
Hendrik yang juga ketua kelompok tani buah suka mulya desa Sedong Lor, menjadi salah satu petani mangga yang memiliki hamparan lahan seluas 12 hektar lebih dan terfokus di satu area.
Bersama kawan-kawannya, baik dari kelompok tani, maupun komunitas kopi, musik hingga komunitas kreatif merintis kedai yang saat ini masih eksis.
ADVERTISEMENT
Sebelum menjadi pengusaha seperti saat ini, ia sebelumnya sudah sering melakukan ekspor mangga ke berbagai negara. Namun kemudian pandemi covid-19 melanda, kegiatannya itu pun terhenti.
Ia mengaku bersyukur, kala pandemi melanda, tetap melakukan inovasi dan mulai merintis usaha di bidang kedai kopi, dan tetap mempertahankan lahan kebun mangga yang dimiliki.
Dalam menjalankan usahanya tersebut, Hendrik memegang teguh motto ingin menjadi manusia yang bermanfaat untuk manusia lainnya.
“Alhamdulillah, dengan motto itu, sampai sekarang kopi gincu bisa mengakomodir masyarakat sini yang tidak bisa menyelesaikan pendidikannya, atau tidak sekolah tinggi pun, bisa bekerja di sini,” katanya.
Berjalan sekitar empat tahun, kedainya kini memiliki karyawan tetap berjumlah 20 hingga 25 orang. Pada waktu tertentu, bahkan membuka pula kesempatan untuk freelancer bagi siapa saja, khususnya warga sekitar yang ingin bekerja paruh waktu.
ADVERTISEMENT
Ia juga menyebut, sejak masih menjadi petani mangga pada tahun 2018, ia sudah mengurangi kada penggunaan pupuk kimia.
Diceritakan pula, ia selalu mendapatkan pelatihan dan pembinaan dari Kementerian Pertanian Kabupaten Cirebon perihal budidaya, register lahan, uji emisi residu dalam mengelola kebun mangga.
“Alhamdulillah, sampai saat ini kita selalu uji berkala agar sesuai standar, agar aman pangan. Bahkan, kita juga sudah bersertifikat prima 3, yaitu aman dari residu, aman dari pencemaran limbah tak baik,” tambahnya.
Kini, menu yang tersedia di kedai kopinya ini semakin variatif dengan fasilitas yang semakin lengkap. Bahkan, Hendrik pun secara cuma-cuma membagikan ilmu budidaya mangga di kedainya ini.
Ia menjelaskan, bahwa hal tersebut merupakan upaya agar konservasi alam tetap terjaga. Bukan hanya bisa mengkonsumsi, namun bisa pula melakukan budidaya mangga.
ADVERTISEMENT
“Kita juga punya misi ingin menyebarluaskan informasi, mengajak khalayak ramai agar berbudaya mangga. Makanya di sini kita tempatkan gincu learning, orang bebas mengakses secara gratis, ada empat step tinggal dibaca saja proses penanaman hingga perawatan,” jelasnya.