Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah Perjuangan Hadi: Jauh dari Rumah, Kerja Antar Air Bersih demi Rupiah
29 September 2023 11:08 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Rifki Al Wafi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Musim kemarau yang melanda beberapa daerah di Cirebon berdampak pada banyak sektor. Pertanian, kebakaran dan permasalahan sulitnya mendapatkan air bersih.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini juga berdampak pada siklus perekonomian di masyarakat terutama antara penjual dan pembeli bahan pokok beras. Harga yang melambung tinggi akibat stok menipis, membuat masyarakat sangat mengandalkan pasar murah yang diselenggarakan pemerintah.
Tak jauh beda dengan naiknya harga bahan pokok, kondisi kemarau juga berdampak terhadap surutnya sumber air di beberapa titik yang ada di Cirebon.
Di balik permasalahan yang timbul atas musim kemarau itu, ternyata menjadi ladang kesempatan mendapatkan rupiah bagi Hadi.
Hadi, seorang lelaki paruh baya asal Kuningan, sudah lama menetap di Cirebon sebagai pengantar pesanan air bersih. Setiap harinya, sejak pukul delapan pagi hingga pukul lima sore, ia mengantarkan pesanan air bersih menggunakan gerobak yang berisikan 14 jeriken kapasitas 30 liter.
ADVERTISEMENT
Dalam sehari, apalagi di musim kemarau seperti ini, pesanan air menjadi meningkat, tiga hingga empat kali antar air bisa ia lakukan. Rata-rata jarak tempuh untuk sekali pesanan akan menghabiskan waktu sekitar setengah hingga satu jam lamanya.
Selain karena jarak yang cukup jauh dari tempat ia mengisi air bersih, juga ia mengantarkan dengan berjalan kaki.
Tak ada raut wajah murung dari Hadi, justru, ia tampak begitu bersemangat dengan pekerjaan yang ia lakukan sehari-hari tersebut.
Keuntungan yang ia dapatkan dari mengantarkan pesanan air bersih tersebut kisaran Rp 30.000 per satu gerobaknya. Itu pun masih harus dipangkas untuk setor kepada pemilik air tempat ia mengisi ulang.
“Tergantung mas, kadang ada nego, tapi ada sekitar tiga puluh ribu, terus dipotong, paling dapet dua puluh ribu satu gerobak,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Pekerjaan yang Hadi lakukan ini hampir menginjak dua dekade, atau dua puluh tahun. Ia jarang pulang ke rumah, namun ia terus berusaha untuk mencukupi keluarganya agar tetap bisa menikmati makanan dan sekolah untuk anak-anaknya.
Selama jauh dari tanah kelahirannya, ia tidak tinggal di indekos atau di sebuah kontrakan, melainkan tidur hanya beralaskan kayu yang menyatu dengan tempat pengisian air bersih dan tempat pembuatan lemari dan dipan milik majikannya.
Baginya, pekerjaan mengantarkan air bersih untuk warga yang memesan adalah sebuah pekerjaan mulia dan yang terpenting adalah halal.