Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Mengapa Dakwah Salaf Tidak Begitu Diterima di Indonesia?
17 Juli 2024 12:36 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Rifki Ergiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Berbicara mengenai dinamika umat Muslim di Indonesia tentu saja merupakan hal yang sangat kompleks, hal ini disebabkan oleh cara setiap individu Muslim di Indonesia berbeda-beda dalam memahami ajaran Islam yang sangat luas. Disamping itu, negara Indonesia adalah negara yang melindungi semua umat beragama, hal ini sebagaimana telah tertuang dalam Pasal 28E ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya” (mkri.id). Artinya, setiap umat beragama di Indonesia memiliki kebebasan untuk beragama sesuai dengan kepercayaan mereka masing-masing tanpa takut adanya intervensi dari pihak lain, karena negara telah menjamin di dalam undang-undang.
ADVERTISEMENT
Pengertian Manhaj Salaf
Dalam KBBI, Manhaj artinya cara, metode, sistem berfikir (kbbi.kemdikbud.go.id.), adapun dalam bahasa Arab, manhaj berasal dari kata kerja Nahaja yang artinya mengikuti, mengejar, bertindak, kemudian berubah menjadi kata منهج Manhaj yang artinya metode, cara, prosedur, jalan (almaany.com). Kemudian kata Salaf dalam KBBI berasal dari kata salaf, yang artinya sesuatu atau orang terdahulu (kbbi.kemdikbud.go.id), dan Bahasa Arabnya adalah Salafa yang artinya orang terdahulu, nenek moyang, pendahulu (almaany.com). Sedangkan Salaf pada konteks ini diartikan sebagai salafussholih, yaitu generasi-generasi terbaik yang telah dijamin oleh Rasulullah, yaitu para Sahabat, Tabiin, dan Taabiit tabiin. (salafy.or.id)
Dari pengertian diatas, bisa disimpulkan bahwa Manhaj Salaf adalah metode atau cara yang dianut dengan mengikuti pemahaman para salafussholih atau ulama-ulama salaf dalam memahami agama Islam dan ajaran pokoknya, yaitu Al-Qur’an dan Sunah Rasulullah (salafy.or.id). Orang yang mengikuti salafussholih meyakini bahwa kesepakatan yang disepakati tidak akan salah karena generasi salafussholih tidak pernah bersepakat dalam kesesatan(salafy.or.id).
ADVERTISEMENT
Dinamika Dakwah Manhaj Salaf di Indonesia
Pernah beberapa kali penulis mendengarkan kajian dari para pendakwah yang bermanhaj Salaf, seperti Ust. Khalid basalamah, Lc., M.A., Ust. Firanda Andirja, Lc., M.A., Almarhum Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Lc., dan sebagainya. Dari sekian kajian yang penulis dengar, penulis mendapatkan Kesimpulan bahwa Manhaj Salaf adalah ajaran Islam yang simpel dan sederhana, jika ada suatu perkara maka kembalikan kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Manhaj Salaf mengajarkan bahwa Islam itu simpel, tidak perlu ribet karena semuanya sudah ada di dalam Al-Qur’an dan Sunah.
Akan tetapi, apakah ajaran Manhaj Salaf bisa diterima dengan baik di Indonesia? Kita sama-sama mengetahui tentang keberagaman kultur beragama di Indonesia, khususnya agama Islam. Islam di Indonesia sangat beragam dan banyak tradisi dan kultur yang menjadi kebiasaan mayoritas masyarakat Muslim di Indonesia yang kebanyakan beraliran Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, seperti adanya tradisi Tahlilan, Maulid Nabi, acara Majlis Sholawat, dan lain sebagainya. Dalam pandangan Salaf, tradisi-tradisi tersebut adalah bid’ah karena tidak ada dalam Al-Qur’an, Sunah, maupun para Salafussholih, hal ini didasarkan pada Hadis Rasulullah yang berbunyi “Sesungguhnya yang paling benar dari perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad saw, dan seburuk-buruk perkara adalah yang menentangnya, dan setiap yang menentang adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan ada di neraka“ (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA.).
ADVERTISEMENT
Banyak pro dan kontra terhadap Manhaj Salaf di Indonesia, sebagian menganggap bahwa Manhaj Salaf adalah aliran yang ekstrim serta menyebarkan paham radikalisme dan ekstrimisme, bahkan menganggap mengganggu ketentraman dan meresahkan. Ada pula sebagian yang mendukung karena ini adalah salah satu bentuk dari kebebasan beragama sesuai dengan Undang-undang yang diatas telah disebutkan.
Akankah berhenti hanya sampai disitu? sayangnya banyak kasus-kasus pembubabaran kajian Manhaj Salaf yang terjadi di Indonesia. Seperti pembubaran kajian Ust. Firanda Andirja di Banda Aceh pada tanggal 19 Juni 2019, pembubaran pengajian Ust. Syafiq Riza Basalamah di masjid Assalam Purimas Surabaya oleh Ormas Banser, dan masih banyak yang lainnya. Hal ini tentu sangat memprihatinkan, ironisnya, kelompok yang mereka anggap sebagai kelompok yang intoleran justru mereka sendiri yang memperlihatkan sikap intoleran tersebut. Pembubaran-pembubaran tersebut pada umumnya dilatarbelakangi oleh kekhawatiran akan paham radikalisme dan ekstrimisme, serta mereka khawatir akan membahayakan umat Islam di Indonesia. Selain masalah-masalah diatas, masih ada lagi beberapa faktor yang membuat Dakwah Salaf kurang begitu diterima di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Faktor Internal
Berdasarkan beberapa kajian yang pernah penulis ikuti, memang tidak sepenuhnya merupakan kesalahpahaman dari pihak-pihak yang menentang Dakwah Salaf saja, akan tetapi ada beberapa faktor internal Salaf yang jika kita mendengarnya bisa menimbulkan stigma negatif apabila kita gagal paham, seperti kurangnya pemahaman terhadap konteks dan budaya lokal.
Islam di Indonesia adalah Islam yang unik, banyak cara yang dilakukan masyarakat untuk mengimplementasikan ajaran Islam, seperti Tahlilan, Marhabanan, Selametan, dan lain sebagainya. Nah, manhaj Salafy agaknya salah paham tentang esensi ritual-ritual tersebut, dalam ritual-ritual tersebut sebenarnya berisi dzikir-dzikir yang merupakan ajaran Islam yang baik bahkan merupakan perintah langsung dari Allah swt “Dan ingatlah aku, niscaya aku pun mengingatmu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah mengingkari (nikmat)-Ku” (QS. Al-Baqarah:152).
ADVERTISEMENT
Kemudian faktor selanjutnya adalah penggunaan bahasa yang kaku. Sejauh pengalaman penulis dalam mengikuti kajian, memang dalam kajian-kajian salaf, umumnya itu menggunakan bahasa yang kaku dan membosankan. Dakwah itu sebaiknya ditujukan untuk menggandeng semua golongan dan kalangan, Dakwah Salaf cenderung menggunakan bahasa yang kaku dan menghakimi, seperti ini haram, itu haram, mana dalilnya?, ini bid’ah, itu tidak diajarkan di zaman Rasulullah, dan banyak lagi yang lainnya. Tentu ini bisa membuat beberapa kalangan berstigma negatif tentang dakwah Salaf dengan menganggap dakwah Salaf itu kolot dan tidak dinamis.
Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor internal yang telah disebutkan, ada juga beberapa faktor eksternal yang menyebabkan kurang diterimanya dakwah Manhaj Salafy di Indonesia, seperti stigma negatif yang melekat pada Manhaj Salaf. Banyak masyarakat Muslim di Indonesia khususnya dari kalangan mayoritas yang menstigma manhaj Salafy dengan nada negatif, manhaj Salafy seakan-akan melekat dengan kelompok ekstrimis Islam seperti Taliban, ISIS, dan kelompok ekstrimis lainnya. Selain itu, masyarakat menganggap manhaj Salaf adalah aliran yang kolot, bercelana cingkrang, wanita yang bercadar dan terkekang, anti demokrasi dan lain-lain, hal ini membuktikan bahwa masyarakat mayoritas juga terkadang suka menghakimi sesuatu secara hitam putih tanpa adanya klarifikasi dan mencari tahu secara mendalam, terlalu mudah menjustifikasi sesuatu hanya berdasarkan katanya, rumornya, desas-desus yang beredar, dan kabar burung yang belum tentu bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada juga faktor dari luar umat Islam, yaitu kelompok-kelompok yang ingin memecah-belah persatuan umat Islam di Indonesia. Karena mereka tahu bahwa jika umat Muslim masih bersatu dan kokoh, maka akan sulit menghancurkannya. Oleh karena itu, upaya dalam memecah-belah persatuan umat Islam dilancarkan, salah satunya yaitu dengan membuat umat Islam saling menjatuhkan satu sama lain.
Bagaimana Cara Menyikapinya?
Lalu, bagaimana cara menyikapi konflik-konflik dan perbedaan pendapat yang terjadi? banyak dari masyarakat kita, terutama yang awam itu hanya ikut-ikutan saja dalam peristiwa ini, mereka umumnya tidak tahu atau hanya mendengar desas-desus sekilas tentang apa ajaran Manhaj Salaf itu? Jika kita bertanya kepada seseorang, bagaimana pendapat mereka tentang ajaran Manhaj Salaf? kebanyakan mereka akan menjawab bahwa Manhaj Salaf adalah aliran yang suka mengkafirkan golongan-golongan lain atau aliran yang menganggap golongan-golongan yang diluarnya adalah golongan yang sesat. Akan tetapi pada kenyataannya tidak semuanya itu benar dan juga tidak sepenuhnya salah, memang ada beberapa pendakwah salaf ekstrem yang menganggap Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah adalah kelompok sesat, tapi tidak seberapa. Toh, terkadang beberapa oknum dari golongan NU dan Muhammadiyah juga ada yang menganggap muslim minoritas di Indonesia lainnya juga kafir. Jadi yang paling penting disini adalah edukasi masyarakat, masyarakat perlu dipahamkan tentang pentingnya toleransi dan saling pengertian antar umat beragama. Masyarakat harus bisa memaklumi bahwa Indonesia adalah negara yang menerima semua perbedaan, termasuk kebebasan beragama.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Dinamika pergerakan Dakwah Salaf di Indonesia adalah sesuatu yang kompleks, penulis sendiri merasa kagum dengan keteguhan para pendakwah Salaf di Indonesia yang kadangkala sering dianggap negatif, tetapi mereka tetap menjalankan dakwah Salaf dengan tetap berpegang teguh terhadap prinsip Salaf yang mengembalikan semuanya kepada Al-Qur’an, Sunah, dan Salafussholih.
Islam di Indonesia adalah Islam yang unik dengan keberagamannya dalam mengimplementasikan ajaran Allah dan Rasul-Nya yang mulia. Oleh sebab itu, biarlah keunikan itu tetap ada di negeri kita tercinta. Karena selama kita menyembah tuhan yang sama, memiliki rukun Islam dan rukun Iman yang sama, untuk apa diperdebatkan? Marilah kita menjadi umat yang selalu bersatu agar negeri ini dijaga oleh Allah, Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur. Wallahu a’lam bis Showaab.
ADVERTISEMENT