Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
15 Ramadhan 1446 HSabtu, 15 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Slacktivism dalam Aktivisme Digital Campaign #SocialIssue di Media Sosial
15 Juni 2021 21:41 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Rifki Nugraha Purnama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Oleh : Rifki Nugraha Purnama
Media sosial tidak hanya menyajikan berita, informasi ataupun postingan para penggunanya saja. Lebih dari itu, kini media sosial menjadi media untuk menyampaikan opini, aspirasi dan kritik terhadap suatu isu maupun masalah yang dirasa tidak sejalan dengan harapan, tidak manusiawi, serta merugikan banyak pihak.
ADVERTISEMENT
Kritikan dan aspirasi tersebut banyak dilayangkan oleh para pengguna media sosial melalui berbagai platform loh, seperti twitter, instagram dan facebook yang ditujukan kepada pihak tertentu misalnya pemerintah, perusahaan, suatu organisasi maupun skala negara.
Jika dalam dunia nyata aksi tersebut biasa dilakukan melalui gerakan demonstrasi, mimbar bebas maupun diskusi langsung dengan pihak terkait, dalam media sosial aksi tersebut dilakukan melalui postingan teks, gambar atau video disertai caption yang menjelaskan gambar/video tersebut.
Dan tak jarang caption yang ditulis menyentuh hati jika berkenaan dengan isu atau masalah yang memprihatinkan ditambah lagi respons dari para pengguna media sosial lainnya melalui komentar sebagai bentuk dukungan, kecaman, maupun keprihatinan terhadap suatu isu sosial.
Penggunaan media sosial sebagai media penyampaian berbagai isu sosial dirasa sangat efektif, mengingat jangkauan media sosial yang luas diyakini mampu mendapatkan banyak perhatian dan dukungan dari berbagai pihak dan para pengguna media sosial lainnya dalam waktu yang singkat.
ADVERTISEMENT
Data yang diperoleh dari Hootsuite (We are Social): Indonesian Digital Report 2020 menunjukkan jumlah pengguna media sosial aktif di Indonesia sebesar 160 juta pengguna dengan rata-rata waktu penggunaan media sosial per-hari selama 3 jam 26 menit.
Kini, beragam isu sosial pun banyak disuarakan melalui campaign di media sosial disertai hashtag (#) tanda dukungan seperti #BelaPalestina, #SavePalestina, #dirumahaja, #gagalkanomnibuslaw, #JegalSampaiGagal, #Blacklivesmatter dan masih banyak campaign lainnya di media sosial.
Adanya Campaign atau gerakan sosial di media sosial dimaknai sebagai sebuah perjuangan dari sekelompok pengguna media sosial untuk memperjuangkan kepentingan, aspirasi, kedamaian, bahkan menuntut adanya perubahan yang lebih baik. Namun, hal tersebut tak selalu indah dalam pandangan kacamata dunia nyata.
ADVERTISEMENT
Dalam kenyataannya, berbagai komentar dukungan, kecaman bahkan keprihatinan yang diutarakan terkait isu sosial dalam campaign di media sosial tak selalu benar-benar menunjukkan rasa kepedulian, dukungan maupun simpati nya di dunia nyata.
Hal ini disebut Slacktivism, istilah slacktivism muncul pertama kali pada tahun 1995 oleh Fred Clarck dalam seminar yang diadakan Dwight Ozard.Mengutip definisi slacktivism dari Oxford Dictionary, slacktivism merupakan suatu gerakan mendukung isu sosial-politik hanya di dunia maya dengan usaha dan risiko yang kecil.
Dalam artian mereka hanya melakukan suatu usaha dukungan hanya sebatas di media sosial dan tidak berbuat demikian di dunia nyata. Pelaku slacktivism disebut slactivist, para slactivist hanya ikut berkomentar, membagikan (share) ataupun membuat konten yang berisi dukungan, kecaman bahkan ungkapan keprihatinan mereka di media sosial saja namun tidak diiringi aksinya di dunia nyata.
ADVERTISEMENT
Lalu, apakah semua orang yang hanya membagikan postingan isu sosial di media sosial disebut slacktivist ? Bagaimana dengan ungkapan “Zaman sekarang kita bisa memberi dukungan tidak harus secara langsung dan bisa melalui teknologi”dan “Apakah slacktivism itu suatu tindakan yang salah dan buruk?”
Slacktivism ini merupakan suatu kegiatan aktivisme online, di mana seseorang ( slacktivist ) mendukung suatu isu tertentu namun tidak menghasilkan dampak sosial yang nyata. M
ungkin dari kita selain pernah ikut share postingan suatu isu, juga pernah ikut menandatangani petisi online, atau me-retweet tweet akun campaign yang menyampaikan isu sosial tertentu ketika melihat postingan di media sosial namun tidak ada tindakan kelanjutannya di dunia nyata.
Pada dasarnya orang yang melakukan hal tersebut bisa dikatakan slacktivist, karena slacktivism = activism with low effort, low commitment, and low engagement. Pernyataan tersebut didukung oleh suatu artikel berjudul “The Brave New World of Slacktivism” karya Evgeny Morozov yang menyatakan bahwa slacktivism memberikan ilusi yang membuat seseorang berpikir bahwa mereka (slacktivist) merasa telah berbuat banyak hanya dengan mengikuti petisi online, share postingan isu, atau mengutarakan dukungan atau kecaman terhadap suatu isu sosial di media sosial.
ADVERTISEMENT
Memberikan dukungan memang bisa saja dilakukan secara tidak langsung dan bisa melalui media baru seperti media sosial saja. Namun, tidak bisa dipungkiri ketika ramai orang menyatakan pembelaan atau mendukung suatu isu sosial di media sosial namun ternyata minim aksi di lapangan ( dunia nyata ).
Hal ini terekam dalam kejadian pada tahun 2012 ketika akun Invisible Children mengunggah video berdurasi 30 menit yang berisikan cerita pengalaman Jason Russel seorang sutradara sekaligus co-founder dari Invisible Children yang sedang berkunjung ke Uganda.
Jason menemukan puluhan ribu anak kecil yang tengah berlindung dari kekejaman seorang Ketua Tentara Perlawanan Tuhan, Joseph Kony yang kerap menculik anak di bawah umur dan menjadikannya sebagai pasukan Tentara Perlawanan Tuhan. Atas hal itulah, Jason berinisiatif untuk membentuk suatu gerakan sosial yang bertujuan agar Kony ditahan.
ADVERTISEMENT
Video yang diunggah Invisible Children terkait cerita pengalaman Jason Russel atas kekejaman yang dilihatnya terhadap anak di bawah umur yang dilakukan oleh Joseph Kony menyadarkan semua orang akan adanya eksploitasi anak di bawah umur. Video berdurasi 30 menit tersebut berhasil mengambil perhatian 100 juta penonton dalam waktu 5 hari disertai donasi mencapai 30 juta dolar. Pada saat itu Gerakan Kony 2012 ramai di media sosial dengan harapan agar Kony segera diadili.
Begitu tingginya kepedulian dan dukungan yang dilayangkan di media sosial, Invisible Children berencana mengadakan aksi protes langsung di beberapa wilayah untuk mendesak Pemerintah Uganda agar segera menangkap Kony. Namun ternyata dari 50 ribu orang yang mendaftar untuk melakukan aksi protes di Kota Toronto, hanya 50 orang saja yang datang menyuarakan tuntutannya. Memberikan dukungan memang bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. Namun, jangan sampai perjuangan kita hanya sebatas perjuangan di media sosial dan tidak ada dampaknya secara nyata ( slacktivism ).
ADVERTISEMENT
Sebenarnya slacktivism merupakan hal yang salah karena hanya menunjukkan dukungan dan kepedulian sebatas semu belaka di media sosial tanpa disertai aksi nyata yang berdampak langsung terhadap perubahan.
Namun, slacktivism pun memiliki sisi positif yang bisa kita ambil yaitu membuat banyak orang menjadi tahu akan adanya suatu isu sosial di masyarakat yang mungkin belum diketahui sebelumnya dan mendorong semua pihak untuk ikut berpartisipasi dengan memberikan dukungan dan bantuannya secara langsung seperti bantuan bagi korban bencana alam, korban bencana perang maupun mendorong masyarakat ikut serta menyuarakan aspirasi, tuntutan maupun kritik secara langsung di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
https://fisip.ui.ac.id/fenomena-slacktivism-dan-filter-bubble-sebagai-dampak-clicking-monkey-di-media-sosial/ Diakses hari Minggu, 06 Juni 2021 pukul 10.43 WIB.
McCaffrety, D. (2011). Activism vs Slacktivism Communication of the ACM. 54, 17-19. DOI : 10.1145/2043174.2043182
ADVERTISEMENT
Rogers, E. M., and Storey J. D. 1987. Communication Campaign, Handbook of Communication Science. New Burry Park: Sage.
Kristofferson, K,. White, K, & Peloza, J. ( 2013 ). The Nature of Slacktivism : How the Social Observability of an Initial Act of Token Support Affects Subsequent Prosocial Action. Journal of Consumer Research Vol. 40, 1149 – 1166