Viktor E Frankl: Memaknai Tragedi

Rifky Ilham Pratama
Mahasiswa Magister Psikologi Profesi Industri dan Organisasi
Konten dari Pengguna
21 Juli 2021 18:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rifky Ilham Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar oleh Anemone123 dariPixabay
zoom-in-whitePerbesar
Gambar oleh Anemone123 dariPixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sepanjang kehidupan manusia selalu dihadapkan pada masalah. Masalah yang dihadapi tentu saja sering kali menyulitkan dan membatasi proses aktualisasi dan capaian yang diinginkan. Manusia perlu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan berusaha menghilangkan segala keterbatasan dan kesulitan yang menimpanya.
ADVERTISEMENT
Sudah dua tahun manusia menghadapi masalah pandemi covid-19. Pandemi menghasilkan keterbatasan dan kesulitan bagi manusia. Beberapa negara ada yang sudah mampu mengatasi problematika pandemi ini, sedangkan beberapa negara lainnya masih sibuk mencari cara yang tepat untuk dapat mengatasinya, salah satunya negara kita tercinta, Indonesia.
Ada banyak kesulitan yang dihadapi manusia akibat pandemi. Sebagian pekerja ada yang kehilangan pekerjaannya, sebagian pelajar telah kehilangan kesempatan belajarnya, bahkan sebagian keluarga telah kehilangan anggota keluarganya. Ada sebagian manusia yang sudah kehilangan sumber penghasilan tetapnya, ada sebagian lagi yang harus bersedia mengubur mimpinya dan beralih membangun mimpi yang baru, ada sebagian lagi yang harus bersedia untuk tidak dapat bertemu lagi dengan orang yang sangat mereka cintai.
ADVERTISEMENT
Viktor Frankl dalam bukunya yang berjudul “Man’s Search For Meaning” menjelaskan bahwa manusia tidak dapat menghindari penderitaan dan tragedi, tapi manusia mampu untuk memilih cara mengatasinya, menemukan makna dalam sebuah penderitaan dan melangkah maju dengan tujuan yang baru. Buku inilah yang kemudian menemani hari-hari saya selama menjalani PPKM darurat dan ada beberapa pelajaran menarik yang bisa dirangkum untuk menghasilkan kehidupan yang bermakna ditengah keterbatasan dan kesulitan.
Sekilas Tentang Viktor Frankl
Viktor Frankl Merupakan seorang psikiater yang pernah berada dalam kamp konsentrasi Nazi pada tahun sekitar 1942 dan 1945. Ia mencatat beberapa pengalaman pribadinya selama menjadi tawanan Nazi. Orang tua, saudara laki-lakinya, dan istrinya yang tengah hamil pada akhirnya tewas dalam kamp. Dalam keganasan kamp konsentrasi itu, Frankl belajar menemukan makna hidup, kemudian melahirkan sebuah teori dalam psikoterapi yang disebut dengan Logoterapi. Secara singkat, logoterapi menjelaskan bahwa perjuangan menemukan makna hidup merupakan motivator utama pada setiap orang.
ADVERTISEMENT
Keterbatasan dan Kesulitan Tidak Pernah Hilang
Pada dasarnya manusia mahkluk yang penuh keterbatasan. Oleh karena itu, Frankl mengatakan bahwa keterbatasan dan kesulitan akan selalu ada dalam kehidupan manusia. “penderitaan adalah keniscayaan yang harus dihadapi oleh manusia. tanpa itu semua, kehidupan manusia tidaklah sempurna”. Penderitaan adalah tugas, maka kita tidak akan mengabaikan tugas tersebut. segala sesuatu yang diluar kendali seorang manusia, akan sangat mudah merampas segala milik manusia, kecuali satu hal yaitu kebebasan. Kebebasan dalam memilih cara menanggapi sesuatu. Kita tidak dapat mengendalikan apa yang terjadi dalam hidup, tetapi kita selalu bisa mengendalikan apa yang kita rasakan dan lakukan terhadap apa yang terjadi. “Manusia bisa melestarikan sisa-sisa kebebasan spiritual dan kebebasan berfikir mereka meskipun sedang berada pada kondisi fisik dan mental yang tertekan”.
ADVERTISEMENT
Cinta dan Keberanian Menghadapi Situasi Sulit
Menurut Frankl, kepedulian terhadap orang lain dan keberanian menghadapi situasi sulit merupakan sumber dari pemaknaan atas tragedi. Menurut Frankl, manusia yang menyadari tanggung jawabnya terhadap manusia lain yang menunggu kasih sayang tidak akan pernah bisa mengabaikan kehidupannya. Dalam buku tentang pengalamannya di kamp konsentrasi dimana ia dipaksa bekerja tanpa upah dan perlakuan yang manusiawi, Frankl berkata “saya sadar, kalau saya kembali bekerja, dalam waktu cepat saya akan mati. Namun, kalau memang saya harus mati, setidaknya kematian saya mempunyai arti”.
Penderitaan, kesulitan dan tantangan tidak bisa dihindari. Hal itu telah menjadi tugas eksistensial bagi manusia. menurut Frankl, kehidupan manusia bukan tentang menghindari kesedihan dan mencari kesenangan, tetapi menemukan makna dalam hidupnya. Manusia harus siap menghadapi penderitaan, kesulitan dan tantangan. Namun, harus dibekali oleh satu syarat yaitu, bahwa ia yakin setiap penderitaan memiliki makna.
ADVERTISEMENT