Konten dari Pengguna

Mahasiswa Undip Edukasi Ibu Rumah Tangga di Batang tentang Bahaya Mikroplastik

Rifqi MA
Mahasiswa Oseanografi FPIK Universitas Diponegoro
12 Februari 2025 17:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rifqi MA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Batang, 27 Januari 2025 – Puluhan ibu rumah tangga di Desa Tegalsari, Kabupaten Batang, antusias menyimak paparan tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro (Undip) tentang ancaman mikroplastik. Dalam program bertajuk “Bijak Kelola Plastik, Cegah Mikroplastik Merajalela”, sebanyak 30 lebih peserta diajak memahami dampak sampah plastik yang tak kasatmata namun berpotensi merusak lingkungan dan kesehatan.
ADVERTISEMENT
Melalui leaflet berwarna dan diskusi interaktif, mahasiswa KKN Undip memaparkan bagaimana sampah plastik yang terurai menjadi partikel mikroskopis (mikroplastik) bisa mencemari tanah, air, bahkan masuk ke rantai makanan. “Contohnya, ikan yang terpapar mikroplastik di laut bisa sampai ke piring kita. Partikel ini berbahaya karena mengandung zat karsinogen,” jelas Rifqi MA, Koordinator Program KKN Undip, saat memandu sesi tanya jawab.
Tak hanya teori, para ibu juga aktif berbagi pengalaman. Siti Aminah, salah satu peserta, mengaku terkejut mengetahui bahwa kantong plastik sekali pakai yang kerap dibuang sembarangan bisa terpecah menjadi mikroplastik dan kembali ke tubuh manusia melalui rantai makanan. “Selama ini kami pikir sampah plastik cuma masalah banjir. Ternyata dampaknya lebih mengerikan,” ujarnya.
Mahasiswa KKN TIM I 2025 Universitas Diponegoro, Rifqi MA, bersama ibu-ibu rumah tangga. (Dokumentasi tim PDD KKN Tegalsari).
Program ini tidak hanya menyoroti masalah, tetapi juga menawarkan solusi praktis. Peserta diajak mengganti kantong plastik dengan tas belanja guna ulang, menggunakan wadah kaca untuk menyimpan makanan, dan memilah sampah organik dan non-organik. “Kami juga mengajak warga memanfaatkan sampah organik untuk kompos, sehingga beban TPA yang overload bisa berkurang,” tambah Rifqi.
ADVERTISEMENT
Antusiasme peserta terlihat dari respons positif selama sesi. Beberapa ibu langsung mempraktikkan tips mengganti pembungkus makanan dengan daun pisang, seperti yang pernah dilakukan nenek moyang mereka. “Dulu nenek saya pakai daun untuk bungkus tempe. Kenapa sekarang harus pakai plastik?” celetuk Darmiyati, peserta lainnya.
Agar program tidak berhenti setelah KKN usai, mahasiswa membagikan kontak media sosial tim untuk konsultasi lanjutan. “Mereka bisa bertanya seputar pengelolaan sampah atau bahkan melaporkan progres pengurangan plastik di rumah,” ujar Rifqi. Langkah ini diharapkan menjaga konsistensi partisipasi warga.
Keberhasilan program ini menjadi angin segar dalam upaya mengatasi krisis plastik di tingkat akar rumput. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup, Indonesia menghasilkan 12 juta ton sampah plastik per tahun, dengan hanya 9% yang didaur ulang. Edukasi berbasis komunitas seperti ini dinilai krusial untuk menekan angka tersebut.
ADVERTISEMENT
“Semoga Desa Tegalsari bisa menjadi contoh bagi daerah lain. Perubahan kecil di rumah tangga, jika dilakukan bersama, akan berdampak besar,” pungkas Rifqi. Dengan semangat kolaborasi, harapan untuk lingkungan bersih dan sehat pun semakin nyata.
Laporan: Tim I KKN Undip Desa Tegalsari