Konten dari Pengguna

Menilik Risiko di Balik Perang Inovasi antara Facebook dan Tencent

Rifqo Agrin Humidzar
Auditor Pemerintah BPKP dan Mahasiswa Universitas Brawijaya. Tulisan hanya opini pribadi dan tidak mencerminkan institusi.
22 April 2025 18:03 WIB
·
waktu baca 11 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rifqo Agrin Humidzar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Persaingan antara CEO Tencent (Pony Ma) dan CEO Facebook (Mark Zuckerberg). Sumber: AP Photo/Kin Cheung dan AFP/ Andrew Caballero-Reynolds
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Persaingan antara CEO Tencent (Pony Ma) dan CEO Facebook (Mark Zuckerberg). Sumber: AP Photo/Kin Cheung dan AFP/ Andrew Caballero-Reynolds
ADVERTISEMENT
Facebook dan Tencent adalah dua raksasa teknologi dengan latar belakang yang berbeda. Facebook, didirikan pada 2004 oleh Mark Zuckerberg, menjadi platform media sosial terbesar dengan hampir dua miliar pengguna aktif pada 2016. Pendapatan Facebook bergantung pada iklan yang menargetkan pengguna berdasarkan data mereka. Sementara itu, Tencent, yang didirikan oleh Pony Ma pada 1998, berkembang dari aplikasi chatting menjadi raksasa teknologi di China dengan platform seperti WeChat dan QQ. Meskipun memiliki model bisnis berbeda, keduanya bersaing di sektor media sosial, e-commerce, dan teknologi baru, seperti Virtual Reality (VR).
ADVERTISEMENT
Persaingan keduanya sangat ketat, dengan Facebook mendominasi pasar global kecuali di China, sementara Tencent menguasai pasar China dan berusaha melebarkan sayap internasional. Kedua perusahaan menghadapi risiko besar terkait privasi, regulasi data, inovasi teknologi, serta tantangan reputasi dan geopolitik. Oleh karena itu, manajemen risiko yang efektif sangat penting untuk kelangsungan dan pertumbuhan jangka panjang mereka di industri teknologi yang kompetitif.

Risiko Strategis

Frigo dan Anderson (2010) dalam bukunya “Strategic Risk Management” menjelaskan bahwa manajemen risiko strategis merupakan suatu pendekatan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko serta ketidakpastian yang timbul dari faktor internal dan eksternal, yang dapat menghalangi organisasi dalam mencapai tujuan strategi dan sasaran jangka panjangnya, dengan fokus utama pada penciptaan serta perlindungan nilai bagi pemegang saham dan pihak-pihak terkait. Selain itu, menurut Boothroyd dan Thompson (2025) dalam bukunya “Fundamentals of Risk Management” mengatakan bahwa risiko strategis ini dapat mencakup periode tiga hingga lima tahun, bergantung pada tahapan siklus bisnis yang dijalani oleh organisasi.
ADVERTISEMENT
Facebook menghadapi berbagai faktor risiko yang dapat mempengaruhi proses bisnisnya, seperti ketergantungan yang tinggi pada pendapatan dari iklan. Ketergantungan Facebook pada pendapatan iklan menjadi sebuah risiko strategis karena beberapa alasan utama yang berpotensi mempengaruhi kestabilan dan keberlanjutan perusahaan dalam jangka panjang. Pendapatan iklan yang diperoleh Facebook sangat bergantung pada tren dan preferensi pengguna. Proses bisnis seperti itu sangat rentan terhadap perubahan perilaku pengguna ketika pengguna mulai mengurangi interaksi mereka dengan platform Facebook. Ketika muncul platform lain yang menawarkan hal baru dan inovasi yang menarik kepada pengguna, Facebook berisiko akan kehilangan audiens yang menjadi sumber utama pendapatan iklan.
Sebagai kompetitor bisnis Facebook, Tencent juga menghadapi risiko strategis yang berpotensi dapat menggangu keberlanjutan perusahaan. Tencent dihadapkan pada risiko diversifikasi pendapatan yang tidak merata. Tencent memperoleh pendapatan dari beberapa sumber seperti dari sektor game, e-commerce, dan media sosial. Ketergantungan yang tinggi pada sektor game dapat menjadi risiko strategis jika pasar mengalami penurunan atau perubahan tren yang tidak dapat diantisipasi.
ADVERTISEMENT

Risiko Teknologi dan Inovasi

Facebook dan Tencent merupakan perusahaan besar yang sama-sama bergerak dalam industri teknologi dan platform media sosial. Oleh karena itu, mereka menghadapi berbagai risiko dalam hal pengembangan dan penerapan teknologi baru, seperti Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), chatbot, dan Artificial Intelligence (AI).
Facebook dengan ambisinya untuk menghubungkan seluruh dunia telah berfokus pada pengembangan VR melalui akuisisi Oculus pada tahun 2014. Pada pengembangannya, Facebook dihadapkan pada risiko pasar VR yang masih terbatas. Meskipun Oculus menjanjikan pengalaman baru, teknologi tersebut belum mendapatkan penerimaan yang luas dari konsumen, terutama karena keterbatasan biaya, konten, dan kenyamanan penggunaan. Risiko kegagalan dalam mengembangkan teknologi VR dapat menghilangkan potensi pendapatan dan menggagalkan upaya Facebook untuk memperluas ekosistemnya ke sektor hiburan dan realitas virtual (VR).
ADVERTISEMENT
Tencent, dengan dominasi pasar China, menghadapi tantangan serupa dalam hal pengembangan teknologi baru. Saat ini, mereka sedang gencar mengembangkan teknologi extended reality (XR). XR merupakan teknologi imersif yang mencakup seluruh spektrum realitas. Teknologi ini dibantu oleh teknologi virtual reality (VR) dan augmented reality (AR). Seperti halnya Facebook, Tencent dihadapkan pada risiko adopsi pasar dan biaya pengembangan yang tinggi, yang dapat menghambat pertumbuhan teknologi jika pengguna tidak tertarik dengan perangkat keras atau teknologi yang ditawarkan.
Risiko kegagalan inovasi menjadi masalah bagi kedua perusahaan, terutama jika mereka terlalu fokus pada teknologi yang belum matang atau gagal memenuhi ekspektasi pengguna. Kegagalan dalam inovasi ini bisa menyebabkan perusahaan kehilangan posisi kompetitif mereka dan mengurangi pendapatan dari sektor yang baru mereka bangun.
ADVERTISEMENT
Risiko cannibalization juga sangat penting untuk diperhatikan. risiko tersebut muncul jika teknologi VR mengurangi ketergantungan pengguna pada platform media sosial tradisional Facebook. Dengan kata lain, dunia virtual dapat menggantikan beberapa fungsi yang sebelumnya dilakukan melalui media sosial konvensional, seperti beriklan atau berbelanja di platform Facebook. Tencent juga menghadapi risiko yang sama dari produk baru. WeChat yang menggabungkan berbagai layanan seperti chat, pembayaran, dan e-commerce, berpotensi mengurangi pendapatan dari aplikasi terpisah yang lebih spesifik.

Risiko Privasi dan Regulasi

Facebook dihadapkan pada risiko privasi dan regulasi yang sangat tinggi karena model bisnis utama perusahaan bergantung pada pengumpulan data pengguna untuk preferensi iklan. Potensi terjadinya risiko tersebut meningkat setelah kasus Cambridge Analytica pada tahun 2014 yang berdampak pada pelanggaran privasi pengguna. Regulasi seperti GDPR di Eropa dan kebijakan privasi yang ketat di AS semakin menuntut transparansi yang lebih besar dalam pengelolaan data pribadi.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Tencent juga menghadapi risiko yang serupa, terutama terkait dengan aplikasi WeChat dan QQ yang mengumpulkan data pribadi penggunanya untuk berbagai layanan seperti pembayaran digital dan komunikasi. Meskipun di China, regulasi privasi lebih longgar, Tencent mulai menghadapi tekanan global terkait dengan keamanan dan pengelolaan data pribadi, terutama ketika beroperasi di luar China. Misalnya, di beberapa negara seperti India dan Thailand, kekhawatiran tentang privasi dan keamanan data yang dikumpulkan oleh WeChat memicu protes dan bahkan ancaman pembatasan terhadap layanan Tencent.
Ilustrasi Facebook. Sumber: Pexels by Tobias Dziuba

Risiko Reputasi dan Etika

Kasus Cambridge Analytica di mana data pribadi jutaan pengguna Facebook digunakan tanpa izin untuk kepentingan politik, adalah contoh utama dampak risiko yang merusak citra perusahaan. Akibatnya, perusahaan harus membayar denda besar dan menghadapi tuntutan hukum, serta mengalami pengurangan keterlibatan pengguna dan pendapatan iklan di beberapa wilayah. Selain itu, Facebook juga menghadapi kritik terkait dengan penyebaran berita palsu, konten ekstrem, dan pengaruh politik yang dapat memperburuk citra dan reputasinya. Banyak para hacker menggunakan infrastruktur Facebook untuk mengumpulkan dan mengekspos informasi pribadi pengguna, dengan cara membuat mereka mengklik tautan berbahaya, iklan, dan dengan membuat profil palsu. Menurut Nagaratna dan Suma (2017), terdapat beberapa jenis penyalahgunaan Facebook yang sering ditemukan, antara lain serangan akun, serangan sybil, serangan socware, kloning identitas, serangan creepers, cyberbullying, clickjacking.
ADVERTISEMENT
Tencent juga dihadapkan pada risiko yang serupa terutama berkaitan dengan etika. Sebagai perusahaan yang sangat dominan di China, Tencent beroperasi di bawah pengawasan ketat pemerintah setempat yang mengharuskan perusahaan dapat menyaring konten yang dianggap tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah. Misalnya, Tencent harus mematuhi peraturan yang membatasi jenis informasi yang dapat diakses oleh penggunanya melalui platform miliknya. Hal tersebut menimbulkan masalah etika terkait dengan kebebasan berpendapat dan berbicara.
Ilustrasi Konflik Geopolitik Amerika dan China. Sumber: Pexels by Markus Wrinkler

Risiko Geopolitik dan Regulasi Global

Facebook menghadapi hambatan besar untuk memasuki pasar China. Pemerintah China bahkan masih melarang Facebook untuk bisa diakses di China. Salah satu hambatan besar yang dihadapi Facebook adalah adanya kebijakan sensor yang ketat yang diterapkan oleh pemerintah China. Hal itu memaksa perusahaan dari luar China untuk menyesuaikan konten yang mereka tampilkan agar sesuai dengan norma dan kebijakan dasar di China. Untuk bisa beroperasi di China, Facebook harus mematuhi regulasi yang membatasi kebebasan berbicara dan konten yang dapat diakses oleh penggunanya. Hal ini sangat sulit diterapkan karena model bisnis Facebook berfokus pada konten dan interaksi sosial bebas.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Tencent menghadapi risiko dalam upaya eksplorasinya ke pasar Barat. Ekspansi internasional Tencent seringkali dibatasi oleh regulasi seperti GDPR di Eropa. Dengan platform yang dimiliki seperti WeChat, Tencent harus mematuhi kebijkan ketat di Eropa dan AS terkait pengumpulan data pribadi dan keamanan data. Selain itu, terdapat risiko keamanan nasional terkait hubungan Tencent dengan pemerintah China. Ada anggapan bahwa data yang dikumpulkan Tencent digunakan oleh pemerintah China untuk upaya spionase. Hal itu menyebabkan negara-negara seperti India dan AS melakukan pembatasan terhadap aplikasi Tencent seperti WeChat yang berpotensi merusak upaya ekspansi perusahaan.
Ketegangan politik antara AS dan China juga memberikan dampak signifikan terhadap strategi ekspansi dan kemitraan global Facebook dan Tencent. Bagi Facebook, ketegangan politik dapat memperburuk kesempatan untuk mengakses pasar dan kemitraan strategis dengan perusahaan di China. Hal tersebut dapat membatasi potensi ekspansi Facebook di pasar yang sangat besar. Sedangkan bagi Tencent, kebijakan tarif yang dikenakan oleh pemerintah AS terhadap barang-barang China dan langkah pembatasan perusahaan-perusahaan teknologi China dapat mempengaruhi kemitraan Tencent dengan perusahaan besar seperti Epic Games, Riot Games, Supercell, dan lainnya, serta dapat menimbulkan risiko terhadap ekspansi internasional.
ADVERTISEMENT

Strategi Penanganan Risiko

Penanganan risiko merupakan kegiatan untuk menyusun suatu aksi tertentu dan mengimplementasikannya dalam rangka untuk merespons risiko yang ada dalam suatu perusahaan. Kurniawan (2023) dalam bukunya “ Manajemen Risiko Organisasi” menjelaskan bahwa tujuan penanganan risiko adalah untuk menurunkan derajat kerawanan suatu risiko yang secara teknis dilakukan dengan jalan menurunkan level suatu risiko.
Dikutip dari buku “Manajemen Risiko Berbasis SNI ISO 31000” oleh Badan Standardisasi Nasional (2018), terdapat beberapa bentuk aktivitas sebagai upaya penanganan risiko, yaitu:
1. Menerima risiko
2. Menghindari risiko
3. Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko
4. Menurunkan dampak risiko
5. Mentransfer atau mengalihkan risiko
Dalam beberapa kasus, Facebook dapat memilih untuk menerima risiko yang tidak dapat dihindari atau jika biaya mitigasi risiko terlalu tinggi dibandingkan dengan dampaknya. Misalnya, jika terjadi ketidakpastian mengenai regulasi privasi yang berkembang di negara tertentu, Facebook mungkin memilih untuk menerima risiko ini sambil terus beroperasi dengan pemahaman bahwa mereka harus mematuhi aturan yang ada, meskipun mungkin ada pembatasan di beberapa pasar. Selain itu, Tencent juga dapat memilih untuk menerima risiko yang terkait dengan ekspansi internasional, terutama di pasar Barat. Meskipun ada potensi risiko regulasi seperti GDPR di Eropa atau ancaman dari kebijakan pemerintah AS yang membatasi perusahaan-perusahaan teknologi China, Tencent mungkin memutuskan untuk menerima risiko ini dengan terus menjalankan operasional mereka dan beradaptasi dengan regulasi yang ada.
ADVERTISEMENT
Untuk menghindari risiko yang lebih besar terkait dengan ketegangan politik atau masalah sensor, Facebook bisa memilih untuk tidak melibatkan dirinya dalam pasar yang terlalu sulit atau membatasi operasionalnya di pasar tersebut. Di sisi lain, Tencent bisa memilih untuk tidak meluncurkan layanan WeChat di negara yang memiliki kekhawatiran tinggi terhadap kontrol pemerintah China atas data dan platform digital. Dengan cara ini, Tencent dapat menghindari risiko yang berhubungan dengan keamanan data dan pengawasan yang dapat merusak citra perusahaan.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko, Facebook dapat mengadopsi teknologi keamanan yang lebih canggih dan memperbarui proses verifikasi data pengguna untuk meminimalisir kebocoran data. Selain itu, memperbarui algoritma untuk mengurangi penyebaran berita palsu juga dapat mengurangi dampak sosial yang merugikan. Sedangkan, Tencent dapat memperkuat kebijakan dan kontrol privasi data, khususnya pada aplikasi seperti WeChat dan QQ, untuk memenuhi standar internasional seperti GDPR. Selain itu, mereka bisa berinovasi untuk mempercepat adopsi teknologi XR (extended reality), dengan melakukan riset pasar yang lebih mendalam dan mengembangkan produk yang lebih sesuai dengan preferensi pengguna global.
ADVERTISEMENT
Setelah terungkapnya skandal Cambridge Analytica pada 2018, Facebook mengambil beberapa langkah untuk memitigasi risiko reputasi yang timbul akibat pelanggaran data pribadi penggunanya. Menurut Ali Matter dan Hossni (2022), langkah pertama yang diambil adalah pengakuan publik dari CEO Mark Zuckerberg yang mengakui kesalahan perusahaan dalam melindungi data pengguna dan menegaskan komitmen untuk memperbaiki kebijakan privasi. Facebook kemudian melakukan perubahan besar dalam pengaturan privasi dengan membatasi akses data oleh aplikasi pihak ketiga dan memberikan pengguna kontrol yang lebih besar terhadap data pribadi mereka. Selain itu, Facebook memperkenalkan program insentif baru untuk melaporkan penyalahgunaan data melalui fitur seperti "bug bounty" dan "data abuse bounty".
Sebagai bagian dari upaya untuk mencegah kejadian serupa, Facebook melakukan audit terhadap aplikasi yang terhubung dengan platform mereka dan membatasi akses aplikasi pihak ketiga yang berpotensi menyalahgunakan data pengguna. Perusahaan juga memperkenalkan fitur baru yang memungkinkan pengguna untuk lebih mudah mengelola izin aplikasi yang terhubung dengan akun mereka. Selain langkah-langkah teknis, Facebook berfokus pada meningkatkan transparansi dengan pengguna, memperjelas kebijakan privasi, dan memastikan komunikasi yang lebih terbuka untuk memulihkan kepercayaan pengguna yang telah terganggu. Langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu Facebook mengatasi kerusakan reputasi dan mencegah masalah serupa di masa depan.
ADVERTISEMENT
Untuk Tencent, mereka dapat menurunkan dampak dari risiko yang dihadapi dengan mencari alternatif pasar atau bernegosiasi dengan regulator untuk memperbaiki hubungan. Tencent juga bisa merespons dengan melakukan perubahan dalam kebijakan privasi atau struktur operasional mereka untuk memenuhi regulasi baru. Dalam hal ini, pengelolaan komunikasi yang transparan dengan publik dan pemangku kepentingan adalah kunci untuk memitigasi dampak reputasi yang dapat timbul.
Untuk risiko tertentu, seperti risiko hukum akibat kebijakan privasi atau pelanggaran data, bisa ditransfer melalui asuransi atau dengan menggandeng pihak ketiga untuk menangani bagian tertentu dari operasional perusahaan. Misalnya, Facebook dapat bekerja sama dengan penyedia layanan keamanan eksternal untuk mengelola risiko terkait dengan pelanggaran data atau mengalihkan risiko finansial melalui program asuransi yang melindungi perusahaan dari potensi denda besar akibat pelanggaran kebijakan privasi. Sedangkan, Risiko finansial dan hukum yang dihadapi Tencent yang timbul akibat ketegangan geopolitik atau kebijakan pembatasan bisa dialihkan melalui kemitraan atau kolaborasi dengan perusahaan lain. Misalnya, Tencent dapat menggunakan perjanjian lisensi atau kerjasama dengan perusahaan lokal di pasar internasional untuk meminimalkan risiko regulasi dan pengawasan pemerintah.
ADVERTISEMENT

Referensi

Ali Matter, M. S.-I., & Hossni, M. M. (2022). Reputation Risk and Reputation Risk Management: Case Study Applied on Facebook and HSBC. Alexandria: Arab Academy for Science, Technology, and Maritime Transport.
Boothroyd, K., & Thompson, C. (2025). Fundamentals of Risk Management. London: Kogan Page Limited.
Frigo, M. L., & Anderson, R. J. (2010). Strategic Risk Management. Chicago: IL: Strategy and Execution.
Kurniawan, D. (2023). Manajemen Risiko Organisasi. Tangerang Selatan: Politeknik Keuangan Negara STAN.
Nagaratna, H., & Suma, V. (2017). Risk Analysis in Facebook Based On User Anomalous Behaviors. International Conference on Intelligent Computing and Control Systems (pp. 967-971). Madurai: IEEE.
Vorst, C. R., Priyarsono, D. S., & Budiman, A. (2018). Manajemen Risiko Berbasis SNI ISO 31000. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
ADVERTISEMENT