Konten dari Pengguna

Perempuan pada Masa Restorasi Meiji

Rifqoti Ulya Dewi
Mahasiswa Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang
16 April 2022 13:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rifqoti Ulya Dewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Fukuzawa, Tokoh Pendidikan dan Pejuang Hak Perempuan Jepang (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Fukuzawa, Tokoh Pendidikan dan Pejuang Hak Perempuan Jepang (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Restorasi Meiji yang terjadi pada tahun 1868 termasuk peristiwa bersejarah. Restorasi Meiji menjadi fase baru bagi masyarakat Jepang. Hal tersebut terjadi karena sebelumnya pada abad ke-19 Jepang berada dalam kendali pemerintahan feodal Tokugawa. Masa itu menjadi masa dimana Jepang mengalami penderitaan dan keterpurukan akibat pemberlakuan kebijakan politik isolasi.
ADVERTISEMENT
Kebijakan Politik Isolasi
Pemberlakuan kebijakan politik isolasi pada masa Keshogunan Tokugawa disebut dengan sakoku. Kebijakan politik isolasi tersebut mengarah pada penderitaan yang dialami oleh masyarakat Jepang. Ketika kebijakan politik isolasi tersebut diberlakukan justru membuat masyarakat Jepang kala itu tidak dapat mengakses dunia luar sepenuhnya.
Pada waktu itu, Keshogunan Tokugawa meminta masyarakat Jepang agar menutup diri terhadap segala pengaruh asing yang berasal dari luar. Masyarakat Jepang terpaksa harus mematuhi kebijakan politik isolasi tersebut meskipun bertentangan dengan keinginan mereka.
Masyarakat Jepang dilarang berhubungan dengan dunia luar, negara-negara barat khususnya. Hal itu didasari atas anggapan dari Keshogunan Tokugawa, yang mana jika masyarakat Jepang secara bebas mengakses dunia luar akan membawa pada kerusakan. Masa itu, Shogun Tokugawa terus memelihara ketakutan yang semacam itu.
ADVERTISEMENT
Dampak Kebijakan Politik Isolasi
Memang miris, melihat kondisi Jepang yang sungguh berbanding terbalik dengan kondisi sekarang. Namun, hal itu tidak dapat terbantahkan karena memang begitu kondisi masyarakat Jepang pada masa pemerintahan feodal Tokugawa. Kawasan Jepang kala itu menjadi terisolir atau tertutup dari dunia luar.
Sejak pemberlakuan kebijakan politik isolasi atau yang dikenal dengan sakoku, kehidupan masyarakat Jepang terus diliputi oleh berbagai penderitaan. Sebagai contoh, kemiskinan yang mendatangkan pada kelaparan yang dialami oleh masyarakat. Masyarakat Jepang merasa menderita dan hal ini yang mendorong masyarakat Jepang beranggapan bahwa kondisi yang semacam ini tidak dapat terus dibiarkan.
Restorasi Meiji
Masyarakat Jepang memandang perlu terjadinya suatu perubahan pada mereka. Akhirnya, dari keinginan masyarakat Jepang untuk terjadinya perubahan tersebut dapat membuat tingkat kepercayaan masyarakat Jepang kepada Keshogunan Tokugawa mulai berkurang atau menurun.
ADVERTISEMENT
Keshogunan Tokugawa pada akhirnya jatuh disebabkan oleh datangnya Commodore Matthew Perry, pimpinan angkatan laut Amerika yang mampu membuat Jepang terpaksa membuka batas-batas kawasannya. Jatuhnya Keshogunan Tokugawa menandai berakhirnya pemerintahan feodal Tokugawa di Jepang.
Pada tahun 1868 terjadi Restorasi Meiji yang mana Keshogunan Tokugawa menyerahkan kekuasaan Jepang pada kaisar Jepang masa itu, yakni Kaisar Meiji. Kaisar Meiji tersebut bernama Kaisar Mutsuhito. Kaisar Meiji merupakan pelopor terjadinya peristiwa Restorasi Meiji.
Ilustrasi Kaisar Meiji (Foto: Shutterstock)
Restorasi Meiji ini menjadi masa transisi dari era tradisional menuju era modern. Kaisar Meiji saat memerintah Jepang banyak melakukan perombakan, yakni perubahan di bidang sosial politik. Perubahan tersebut dilakukan demi mengejar ketertinggalan dari negara-negara barat yang sudah jauh lebih maju dari Jepang kala itu.
ADVERTISEMENT
Pada zaman Meiji, industrialisasi didorong untuk berkembang. Hal ini semacam menjadi orientasi utama Jepang pada masa itu supaya bisa menuju negara yang modern. Industrialisasi Jepang yang didorong untuk terus berkembang pada waktu pemerintahan Meiji pada akhirnya, dapat membuat Jepang unggul dalam aspek industri tekstilnya.
Hal-hal yang demikian membuktikan bahwa ketika pemerintahan Meiji, Jepang itu jauh lebih berkembang. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan kondisi Jepang ketika di bawah kekuasaan Keshogunan Tokugawa yang justru menjadikan Jepang terisolir.
Pada masa Keshogunan Tokugawa masyarakat Jepang dibagi menjadi empat kelas, yaitu:
1. Kelas samurai.
2. Kelas petani.
3. Kelas nelayan.
4. Kelas pedagang.
Namun, setelah berakhirnya kekuasaan Tokugawa dan kekuasaan Jepang pada masa itu beralih ke Meiji penghapusan terhadap sistem kelas tersebut dilakukan olehnya. Selain itu, Meiji juga menghapus praktik budaya yang menurut Meiji sudah tidak lagi sesuai.
ADVERTISEMENT
Pada masa Kaisar Meiji yang memerintah Jepang, terdapat seorang tokoh pendidikan Jepang yang bernama Fukuzawa. Beliau mengadvokasi kepada pemerintah Jepang supaya perempuan dapat mengenyam pendidikan sehingga kesempatan pendidikan bagi perempuan Jepang dapat terbuka.
Akhirnya, pemerintah Jepang pada masa itu mulai membuka kesempatan pendidikan, baik bagi laki-laki maupun perempuan itu mendapatkan hak yang sama. Tetapi, kesempatan pendidikan yang diberikan tersebut tidak berdampak signifikan bagi perempuan Jepang, khususnya yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Orientasi utama Jepang kala itu ada pada majunya bidang industri sehingga kesempatan pendidikan yang diberikan oleh pemerintah Jepang kala itu, khususnya bagi perempuan belum optimal terwujud. Dapat dikatakan bahwa perempuan banyak melibatkan diri pada bidang industrialisasi Jepang.
Peranan Perempuan dalam Industrialisasi Jepang
ADVERTISEMENT
Industrialisasi Jepang yang tidak hentinya dilakukan pada masa pemerintahan Meiji berdampak pada kemunculan tenaga kerja perempuan di bidang industri. Para perempuan banyak yang memasuki pasaran tenaga kerja dan terpaksa harus meninggalkan rumah karena faktor ekonomi.
Banyak perempuan yang bekerja di bidang industri Jepang, misalnya di pabrik-pabrik hingga tahun 1930. Tenaga kerja perempuan tersebut sebagian besar berasal dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Sayangnya, tenaga kerja perempuan di bidang industri Jepang tersebut mendapatkan upah yang kecil.
Era Meiji memang menciptakan perubahan besar bagi Jepang terutama di bidang industri. Harus diakui bahwa peranan perempuan pada masa itu sangat penting karena industrialisasi Jepang tidak akan sukses tanpa keterlibatan perempuan yang menjadi bagian integral di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Restorasi Meiji membawa perempuan Jepang juga pada ketidaknyamanan. Hal itu terjadi atas dasar walaupun kesempatan pendidikan bagi perempuan Jepang telah dibuka, namun perempuan Jepang terus berada dalam posisi yang tidak bebas. Walaupun para perempuan sudah menjadi tenaga kerja di bidang industri Jepang, mereka masih tidak bisa lepas dari kesulitan juga.
Tidak jarang ditemukan kasus tenaga kerja perempuan yang melakukan aksi bunuh diri karena tidak tahan terhadap sikap pemilik pabrik yang semena-mena. Selain itu, tidak jarang juga ditemukan kasus tenaga kerja yang mengalami kelelahan akibat durasi kerja yang panjang. Banyak tenaga kerja perempuan yang menderita penyakit TBC (Tuberculosis).
Maka, keberadaan perempuan masa Restorasi Meiji tidak hanya membawa kemajuan di bidang industrialisasi Jepang. Kenyataannya, apabila dipandang dari segi gelapnya perempuan itu banyak mengalami berbagai kesulitan, yaitu adanya kasus bunuh diri, kelelahan akibat durasi kerja yang panjang, dan penyakit TBC (Tuberculosis) yang mewabah.
ADVERTISEMENT