Konten dari Pengguna

Bagaimana Otak Merekam dan Melupakan?

Rihadatul Aisy Daviani
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
4 Desember 2024 14:40 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rihadatul Aisy Daviani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Memori merupakan salah satu fungsi kognitif penting yang berpengaruh di kehidupan kita. Yang tentunya membantu manusia dalam menyimpan dan mengingat informasi ataupun hal-hal penting lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kajian biopsikologi, memori bukan hanya sekadar kemampuan mengingat, tapi juga adanya proses yang melibatkan interaksi antar bagian otak berupa amygdala, lobus frontal, prefrontal cortex, hippocampus, cerebellum, dan cerebral cortex, yang bekerja sama untuk mengkode, menyimpan, dan mengambil kembali suatu informasi. Namun, meskipun memori itu sangat penting, kita sering melupakan informasi atau kejadian yang pernah didapatkan dan dialami. Artikel ini akan membahas bagaimana otak memproses memori dan mengapa ada fenomena ‘lupa’, dengan mencari tahu mekanisme biologis di balik proses tersebut.
Ilustrasi. Sumber: https://www.pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. Sumber: https://www.pexels.com
Formasi Memori : Pengkodean, Penyimpanan, Pengambilan Kembali
ADVERTISEMENT
Proses dasar memori dibagi menajdi tiga tahap, yaitu pengkodean, penyimpanan, dan pengambilan kembali. Ketiga tahap ini bekerja sama untuk menyimpan dan mengingat informasi. Tahap pertama pada proses memori adalah encoding atau pengkodean. Tahap ini menggunakan hippocampus sebagai tempatnya mengubah informasi menjadi bentuk yang dapat disimpan dalam memori. Bagaimana hippocampus ini mengkodekan ingatan? Pertama, diperlukannya atensi. Manusia perlu menaruh atensi yang selektif pada hal-hal tertentu dan mengabaikan hal lain karena sumber daya otak manusia itu terbatas. Pada tahap ini, perhatian dan fokus sangat penting. Karena jika kurangnya perhatian kita pada suatu hal, cenderung lebih mudah untuk melupakan suatu informasi tersebut. Kedua, tingkat pemrosesan. Dalam pengkodean, ada beberapa tahap untuk memproses informasi, yaitu dangkal (fitur fisik), menengah (dikenali), dan dalam (dimaknai). Ketiga, elaborasi. Ini merupakan tahap pemrosesan di mana kita memberikan makna atau sesuatu yang khas pada informasi yang diterima. Setelah hippocampus mengkodekan ingatan tersebut, maka akan masuk ke tahap selanjutnya, yaitu storing.
ADVERTISEMENT
Tahap kedua pada proses memori adalah storing atau penyimpanan. Proses yang terjadi pada tahap ini adalah mempertahankan informasi yang sudah dikodekan dalam memori dengan melakukan distribusi di seluruh wilayah kortikal pada otak. Informasi tersebut disimpan di otak dalam short-term memory atau long-term memory. Short-term memory (memori kerja) adalah penyimpanan sementara informasi sebelum diteruskan ke long-term memory. Memori kerja ini terlibat dalam pembuatan logika dan pengambilan keputusan. Sedangkan, long-term memory adalah jenis ingatan untuk menyimpan jumlah informasi yang sangat besar dalam jangka waktu yang lama.
Setelah melewati tahap encoding dan tahap storing, otak kita melakukan proses retrieving, yaitu ketika informasi yang disimpan dalam ingatan dipanggil kembali. Pada tahap ini, terjadi recall dan recognition. Recall adalah saat seseorang harus mengambil kembali informasi yang telah didapatkan, sedangkan recognition adalah ketika seseorang harus mengidentifikasi atau mengenali informasi- informasi yang sudah dipelajari sebelumnya. Namun, informasi pada sistem ini juga dapat terlupakan walaupun long-term memory lebih stabil daripada short- term memory. Inilah fenomena yang disebut dengan “lupa”.
ADVERTISEMENT
Fenomena “Lupa”
Lupa adalah kegagalan saat mengambil kembali informasi yang telah terjadi yang disebabkan oleh lemahnya objek informasi untuk diingat kembali saat informasi tersebut dibutuhkan. Berikut beberapa penyebab terjadinya lupa, yaitu hilangnya informasi dalam memori yang tidak digunakan, satu informasi dalam memori mengganggu proses mengingat informasi lainnya, informasi yang terlebih dahulu dipelajari mengganggu pengingatan informasi baru, dan kesulitan mengingat informasi yang dipelajari sebelumnya karena materi baru yang berbeda.
Selain itu, lupa juga terjadi karena kegagalan dalam formasi proses memori. Pertama, kegagalan saat encoding. Pada saat kita menerima sebuah informasi baru, namun informasi tersebut tidak masuk ke long-term memory. Hal ini bisa terjadi jika saat menerima informasi tersebut kita berada dalam kondisi yang kurang fokus, sehingga informasi tidak dapat diproses dengan baik oleh hippocampus dan tidak tersimpan dengan baik di memori. Kedua, kegagalan retrieving. Penyebab kegagalan pada proses retrieving adalah ketika permasalahan saat informasi diproses di penyimpanan. Selain itu, adanya kemerosotan dan kefanaan (decay theory), adalah ketika jejak ingatan semakin memudar dan akhirnya menghilang seiring berjalannya waktu. Kemudian, terdapat fenomena di ujung lidah (Tip of the Tongue), yaitu ketika individu yakin mengetahui sesuatu, tetapi tidak bisa menariknya dari ingatan.
ADVERTISEMENT
Strategi Mengoptimalkan Memori
Ada beberapa cara yang dapat membantu kita untuk mengatasi fenomena lupa dan mengoptimalkan memori, yang pertama adalah dengan menggunakan bantuan memori. Salah satu istilah yang cukup terkenal adalah strategi mnemonic. Ada beberapa metode dalam strategi mnemonic, pertama yaitu metode loci. Cara kerja metode loci adalah bagaimana kita mengimajinasikan benda yang akan diingat dengan meletakannya pada lokasi yang familiar. Metode loci sangat berguna untuk mengingat urutan atau detail yang banyak seperti daftar belanjaan. Kedua, metode kata kunci, yaitu dengan membuat kata apapun yang kemudian digunakan sebagai kunci untuk menghubungan ke kata atau informasi lain. Selain mnemonic, menggunakan alat bantu seperti kalender juga sangat membantu dalam mengingat.
ADVERTISEMENT
Selain itu, diperlukannya latihan kognitif dan membiasakan hidup sehat. Melatih otak dengan bermain teka-teki atau belajar hal baru dapat memperkuatkinerja otak. Selain itu, pola makan yang sehat, tidur yang cukup, dan olahraga teratur juga berkontribusi pada kesehatan otak yang baik.
Referensi
Bhinnety, M. (2008). Struktur dan proses memori. Buletin Psikologi, 16(2).
Hasan, M. (2021). Pengorganisasian Pemrosesan Informasi Dalam Ingatan Manusia.
Sandi, A., & Neviyarni, N. (2021). Ingatan II: Pengorganisasian, Lupa dan ModelModel Ingatan. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(1), 115-123