Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
MENGAJAR ANAK-ANAK UNTUK MENYELESAIKAN KONFLIK
22 Juli 2017 23:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Tulisan dari Riki Wirahmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada sesi ini penulis ingin meresume bab 15 buku Educating for Character, Thomas Lickona tentang Mengajar Anak-anak untuk menyelesaikan konflik.
ADVERTISEMENT
Mengajarkan anak dalam menyelesaikan konflik yang terjadi menjadi hal penting yang harus dilakukan di sekolah. Menjadi suatu hal yang sangat fatal ketika sekolah membiarakan anak-anak memiliki paradigma yang keliru dalam menyelesaikan konflik, sebut saja saat anak-anak merespon konflik hanya dengan kekerasan. Dari sisi nilai pendidikan, hal tersebut merupakan kesalahan yang serius. Orang yang merespon situasi konflik dengan kekerasan dapat membahayakan diri sendiri dan orang. Mereka memiliki kekurangan dalam membangun hubungan baik termasuk pernikahan dan pengasuhan anak. Misalnya, ketika kemampuan resolusi konflik sudah krusial maka kealfaan mereka dalam memimpin menggiring pada kekerasan verbal dan fisikal. Sebagai warga negara, seseorang yang tidak berkontribusi kepada negara dan dunia mencari alternative kontribusinya dengan jalan kekerasan. Bahkan, mereka seringkali menjadi pelaku kekerasan di lingkungan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kehidupan moral di kelas penuh dengan kesempatan untuk mengajar anak-anak menangani konflik secara konstruktif. Suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh seorang guru di kelasnya menyatakan tentang situasi yang menyebabkan konflik di kelas mereka diantaranya adalah ketika kamu tidak setuju dengan apa yang orang lain katakan, dua orang ingin menggunakan benda yang sama di waktu yang sama, dua orang berdebat tentang apa yang dilakukan dan seseorang datang kemudian mengambil alih pembicaraan, seseorang melempar sesuatu, dll.
Rapat kelas yang mengambangkan pengajuan solusi dari suatu masalah merupakan salah satu cara untuk membantu murid belajar menerima konflik. Akan tetapi, rapat kelas tidak dapat menyelesaikan semua masalah, karena beberapa alasan, yaitu konflik harus diterima ketika konflik terjadi, dan guru tidak dapat mengadakan rapat kelas setiap ada konflik, pada saat sebuah konflik “memanas” murid-murid sering kali mengingat dan membawa serta masalah mereka, beberapa siswa masih kekanak-kanakan akan meminta perlindungan ekstra pada hubungan interpersonal yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah, berikut sebuah pendekatan yang memadai untuk pengajaran resolusi konflik termasuk lima elemen berikut:
ADVERTISEMENT
1. Kurikulum terencana yang telah siswa pikirkan tulis dan bicarakan dalam berbagai konflik
2. Pelatihan kemampuan terstruktur yang membimbing siswa menghindari konflik dan kemampuan resolusi konflik
3. Menggunakan rapat kelas untuk konflik yang terjadi diantara angota kelas dan untuk menetapkan norma penyelesaian konflik yang baik dan tanpa kekerasan
4. Turut campur tangan ketika dibutuhkan untuk membantu siswa menerapkan kemampuan intra personal pada saat konflik baru terjadi
5. Membuat rasa tanggung jabab siswa bertambah untuk menyelesaikan konflik mereka dengan bantuan orang dewasa
Dengan melakukan lima hal diatas diharapkan siswa dapat belajar bagaimana sebaiknya respon yang timbul saat terjadi konflik di kelasnya atau bahkan dalam kehidupannya.