Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
PELENGKAP PEMBELAJARAN
2 Agustus 2017 7:36 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Riki Wirahmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, tentu seorang guru harus piawai dalam mengatur dan menata hal-hal yang mendukung pembelajaran. Pelengkap pembelajaran menjadi tools yang tak kalah penting dalam pembelajaran. Pengaturan ruang kelas, membentuk kelompok, dan evaluasi adalah tiga contoh pelengkap pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Pengaturan Ruang, Riset Eversten (2006) mengusulkan pengaturan ruangan yang baik yaitu terbebas dari hambatan pergerakan. Pastikan siswa dapat melihat guru dan teman-temannya tanpa hambatan. Setidaknya ada dua Tipe Ruang Kelas, yaitu Ruang kelas yang berorientasi pada guru dan kelas yang berfokus pada siswa. Ruang kelas yang berorientasi pada guru merupakan pendekatan dengan focus guru dalam mengajar, diamana guru menjadi master dari pengetahuan yang dipelajari dan membaginya kepada seluruh murid pada sejumlah materi dalam periode waktu tertentu, terikat pada mazhab esensialisme dalam filsafat diamana mempelajari isi materi menjadi kepedulian utama. Pendekatan berfokus guru megikuti sebuah perspektif parenialisme, percaya bahwa pendidikan berjasa memberi informasi kepada murid-murid tentang pengetahuan yang akan tinggal selama hayat (Oliva, 2005). Sedangkan Kelas berfokus pada siswa merupakan pendekatan mengajar yang sejalan dengan mahzab filsafat pragmatism dan progresivisme. Dalam pendidikan, Perspektif filosofi ini melihat peran utama sekolah dan guru sebagai pembuat kesempatan belajar yang memungkinkan murid-murid mengkonstruksi pengetahuan yang relavan dengan suatu penugasan tertentu atau situasi lewat minat diri dan dialog dengan sesamanya. Pemikiran dari sebuah gaya mengajar konstruktivis terkait erat dengan progresivisme, menekankan pembelajaran berkelanjutan dan berbasis kegiatan.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, membentuk kelompok. Guru dituntut cerdas dan mampu mengembangkan siswanya dalam berbagai kesempatan bahkan hanya dalam membentuk kelompok belajar pun guru wajib melakukan strategi-strategi menarik. Pembentukan kelompok haruslah heterogen. Caranya, bisa Berdasarkan kelompok angka, Berdasarkan nama kota dalam pulau, Berdasarkan jenis hewan, Berdasarkan kelipatan dari angka, dan lan sebagainya.
Pelengkap pembelajaran selanjutnya adalah evaluasi. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 27 : “evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan nasional” dan pasal 28 : “Evalusi belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan”. Evaluasi menjadi bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Evaluasi dalam proses pembelajaran tidak lepas dengan yang namanya penilaian. Penilaian didasarkan pada informasi atau kumpulan informasi yang diperoleh guru tentang capaian siswa secara perorangan. Ada dua cara dalam melakukan proses penilaian, Nilai berbasis norma dan nilai berbasis kriteria. Nilai berbasis norma adalah evalusi dengan membandingkan capaian siswa dengan kelompok teman sekelas (merujuk norma), sedangkan Nilai berbasis kriteria adalah nilai dengan menentukan kriteria tertentu, seperti kriteria yang ditetapkan oleh standar nasional pendidikan. Dan perlu difahami bahwa nilai yang dirujuk merupakan kriteria untuk mengenali suatu tingkatan prestasi. Sebagai cotoh untuk membandingkan nilai berbasis norma dan kriteria “dalam penilaian berbasis norma, nilai yang diperoleh Aminah dalam mata pelajaran PKn misalnya 78, nilai ini lebih tinggi dari rata-rata nilai kelas yaitu 68. Ini berarti prestasinya di atas rata-rata. Dalam penilain berbasis kriteria, ditetapkan sebagai patokan angka 55, dan siswa yang melampaui angka 55 dianggap berhasil”
ADVERTISEMENT
Selanjutnya dikenal istilah Penilaian Formatif dan sumatif, penilaian formatif dalam arti menyediakan umpan-balik setiap saat mengajar guna membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran sednagkan Penilaian sumatif dirancang untuk menentukan apa yang dicapai siswa dalam kurun waktu tertentu misalnya evaluasi di akhir semester.
Dalam memberikan penilian tentu guru harus objektif bukan berdasarkan “feeling” dan subjetifitas. Berikut Upaya memelihara objektivitas guru:
1. Libatkan siswa dalam proses penilaian
2. Mintalah agar siswa memberi nilai pada kinerja siswa
3. Sebanyak mungkin izinkanlah siswa untuk mempertukarkan hasil kerja dan memberikan nilai hasil kerja temannya.
4. Biarkan siswa mengecek PR siswa atau bekerja secara kelompok
5. Mintalah siswa menyimpan atau mencatat nilai setiap tes ketika mereka menerimanya
ADVERTISEMENT
6. Kembangkan formulir daftar pengecekan untuk mengevaluasi produk-produk siswa, perilaku yang berbobot, prestasi yang diakui
7. Ajaklah siswa untuk merevisi kertas kerja mereka.
Tiga pelengkap pembelajaran di atas akan selalu dilakukan dengan sungguh-sungguh oleh guru yang mengerti tentang makna perkembangan siswa. oleh sebab itu, mari guru, kita berbenah perhatikan dan lakukan hal-hal yang mencakup pembelajaran secara keseluruhan, bahkan samapai pelengkap pembelajaran.