Konten dari Pengguna

Pendidikan Sex

Riki Wirahmawan
Sekolah Guru Indonesia
29 September 2017 8:46 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riki Wirahmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Eunice Kennedy Shriver dalam bukunya Thomas Lickona yang berjudul Educating for Character menyebutkan bahwa: “baru-baru ini, saya pergi ke pusat remaja perempuan dimana seorang guru menanyakan hal apa yang sangat ingin mereka bicarakan. Biologi manusia? Perawatan pada bayi mereka? Fisiologi kelahiran anak? Perencanaan keluarga? Para remaja putri yang ada di kelas tersebut tidak berminat sama sekali. Kemudian, guru itu bertanya kembali, “Apakah kalian ingin membahas bagaimana caranya mengatakan tidak pada pacar kalian tanpa kehilangan cintanya?” dan semuanya angkat tangan.
ADVERTISEMENT
Berikut data-data yang terjadi di Amerika mengenai isu moral yang terlibat di dalam seks:
1. Ketika berusia 15 tahun, lebih dari satu dari empat perempuan dan satu dari tiga laki-laki telah melakukan hubungan seksual. Ketika berusia 17 tahun lebih dari setengah perempuan dan dua pertiga laki-laki telah aktif secara seksual.
2. Proporsi seluruh perempuan yang berusia 15 sampai dengan 19 tahun yang telah melakukan hubungan seksual meningkat dari 30% pada tahun 1971 menjadi 47% pada tahun 1982, dan 53% pada tahun 1988. Antara tahun 1982 dan tahun 1988 peningkatan aktivitas seksual yang terbesar didapati pada orang kulit putih dan keluarga dengan penghasilan yang lebih besar. Diantara perempuan usia 15 sampai dengan 19 tahun yang aktif secara seksual, hampir 9 dan 10 diantara mereka melaporkan kalau mereka sudah melakukan hubungan seksual dengan dua orang rekan atau lebih.
ADVERTISEMENT
3. Menurut Pusat Pengendalian penyakit (Centers for Disease Conrtrol), penyakit menular seksual sekarang ini merupakan penyakit yang paling tinggi jumlahnya diantara para remaja. Setiap tahun, 2,5 juta remaja akan menderita penyakit menular seksual. Di tingkat nasional, sekitar 1 juta wanita menjadi steril atau mandul dikarenakan oleh penyakit menular seksual. Menurut Dr. Vicki Alexander, seorang ahli penyakit menular seksual seksual remaja: “Kita dapat membesarkan generasi wanita yang tidak subur.”
4. Meskipun demikian, menurut Alan Guttmacher Institute, lebih banyak remaja (47%) yang “menggunakan kontrasepsi secara teratrur” pada tahun 1988 daripada tahun 1982 (22%), tingkat kehamilan remaja secara keseluruhan masih sama- salah satu alasannya adalah lebih banyak remaja perempuan yang melakakukan hubungan seks. Setiap tahun, satu dari sepuluh remaja perempuan di Amerika Serikat mengalami kehamilan.
ADVERTISEMENT
5. Hampir sepertiga dari seluruh aborsi di negara ini dilakukan oleh para remaja – lebih dari 400.000 kali per tahun.
6. Setiap tahun, kurang lebih 500.000 remaja perempuan melahirkan; sekitar 60% dari antara mereka tidak menikah. Antara tahun 1986 dan tahun 1988 jumlah bayi yang dilahirkan oleh remaja perempuan berusia 15-17 tahun menunjukkan pengkatan tajam – 10% hanya dalam waktu tiga tahun. Satu dari setiap empat bayi di Amerika Serikat sekarang ini dilahirkan di luar nikah (dibandingkan dengan satu dari 20 pada tahun 1960).
7. Sebagian besar ibu muda (remaja perempuan) akan menghabiskan paling tidak sebagian besar dari hidup mereka sebagai orang tua tunggal, seringkali dengan bantuan masyarakat. Para remaja yang melahirkan sekarang diakui sebagai akar permasalahan kemiskinan.
ADVERTISEMENT
8. Bayi dari ibu muda, dibandingkan dengan bayi dari wanita berusia 20-an tahun, lebih mudah mengalami penganiayaan; ditahan di sekolah; menunjukkan gangguan perilaku; memiliki masalah emosional; menjadi kecanduan obat; dan, belakangan dalam hidupnya, menjadi orang tua muda itu sendiri.
Dari data yang terjadi di Amerika ini, kemudian terdapat langkah-langkah penyembuhan yang dilakukan pemerintah yang bekerjasama dengan sekolah. Dari sekian banyak pilihan penyelesain yang dapat dilakukan, berikut akan dipaparkan bagaimana cara membantu orang muda mengembangkan nilai moral seksual. Intinya, sekolah dapat membantu para siswa mengembangkan rasa hormat dan tanggung jawab dalam sikap dan perilaku seksula mereka apabila mereka:
1. Mengimplementasikan suatu program pendidikan seks yang mendorong nilai pantangan remaja, idealisme seks dalam pernikahan, dan perkembangan total siswa sebagai pribadi yang mampu mengevaluasi, memiliki kepercayaan diri, dan memiliki kecapakan.
ADVERTISEMENT
2. Mengajarkan mengapa kontrasepsi tidak menghasilkan hubungan seks yang “aman” atau bertanggung jawab.
3. Mengajarkan bahwa cinta berarti menginginkan yang terbaik bagi orang lain.
4. Membantu para siswa memahami risiko fisik dan emosional hubungan seks di luar nikah
5. Mendorong para siswa membawa nilai dan pengajaran untuk memegang teguh keyakinan religious mereka pada pertanyaan seksual
6. Memberikan program bagi anak laki-laki yang berhubungan dengan tantangan khusus yang dikemukakan mereka (misalnya: sikap bahwa seks merupakan bagian yang diperlukan ketika berkencan).
7. Menangani pertanyaan tentang homoseksual dalam suatu cara yang mengakui pandangan berbeda; menekankan kewajiban untuk melakukan kaum homoseksual dengan hormat tanpa memeperhatikan pandangan pribadi cara terbaik untuk menghindari AIDS dan penyakit menular seksual lainnya adalah menahan diri untuk tidak berhubungan seks di luar hubungan dewasa dan monogamy yang dilandasi keyakinan dari kedua belah pihak.
ADVERTISEMENT
8. Mencari bantuan orang tua di dalam mengajarkan perilaku seks yang sehat dengan mengirimkan salianan pelajaran pendidikan seks di sekolah ke rumah, melakukan workshop bagi orang tua yang membahas seks pada anak-anak, dan membuat para orang tua sadar akan dampak berbahaya menunjukkan materi seksual yang tidak kepada anak-anak.
9. Meyakinkan bahwa para guru di kelas pendidikan seks merupakan model peran yang tepat, dengan keyakinan personal yang kuat mengenai pentingnya pantang berhubungan seks pada diri remaja
10. Memberikan program khusus bagi remaja beresiko tinggi yang mengembangkan keyakinan diri dan mengembangkan opsi kehidupan mereka.
Dari sekelumit hal dan cara penyelesaiannya yang terjadi, semoga Indonesia bisa lebih pandai dalam mensikapi isu seks di kalangan muda ini, mengingat adat, nilai agama, dan corak budaya di Indonesia yang lebih mendukung untuk melakukan preventif dan healing permasalahan yang terjadi.
ADVERTISEMENT