Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Menyoal Ridwan Kamil 'OTW Jakarta' dari Kacamata Linguistik
8 Maret 2024 11:05 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Rima Kurniati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Mochamad Ridwan Kamil atau Ridwan Kamil kembali menjadi sorotan beberapa minggu belakangan ini. Masyarakat dibuat terheran-heran dan bertanya-tanya dengan billboard besarnya di DKI Djakarta. Foto billboard tersebut juga dipasang di akun instagramnya @ridwankamil.
ADVERTISEMENT
Billboard ini membuat sontak dipertanyakan masyarakat karena disinyalir Ridwan Kamil akan mencalonkan diri sebagai calon gubernur (Cagub) DKI Jakarta di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak November 2024 mendatang.
Bagaimana tidak, dalam billboard yang terpampang besar tersebut terdapat kalimat tanya dan jawabannya layakan chatingan media sosial whatsapp “Lagi jalan ke mana, Kang? OTW Jakarta, nihh”. Selain kalimat tersebut, terpampang foto besar Ridwan Kamil. Ia tampak mengenakan baju kemeja kotak-kotak dan menggunakan ransel, layaknya seseorang yang siap berangkat ke suatu lokasi.
Billboard tersebut menjadi sorotan dan jadi perbincangan dinamika perpolitik di tengah masyarakat. Ada yang beranggapan bahwa billboard tersebut mengandung makna tersirat menjelang Pilkada serentak 2024 pada November 2024. Gubernur Jawa Barat periode 2018-2023 diasumsikan bersiap maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2024.
ADVERTISEMENT
Setelah terbitnya billboard politis partai Golongan Bekarya (Golkar) itu, Sahroni, Politisi Partai Nasional Demokrat (Nasdem) ikut meradang. Pasalnya Anggota DPR RI ini digadang-gadang maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Sahroni juga mengunggah foto dengan tulisan “Dari Tanjung Priok untuk Jakarta”. Foto tersebut diunggahnya melalui akun instagramnya @ahmadsahroni88.
Tak berlama-lama, Ridwan Kamil melakukan klarifikasi terkait billboard OTW Jakarta. Lulusan ITB akrab disapa Kang Emil mengaku bahwa billboard tersebut bukan seperti yang diasumsikan masyarakat. Melalui akun Instagram, Kang Emil menyebut, billboard itu adalah strategi marketing. Dirinya menjadi brand ambassador dari sebuah produk perawatan kulit atau skincare.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari klarifikasi tersebut, ada hal yang menarik dan perlu dikaji lebih mendalam dari tuturan Ridwan Kamil tersebut secara ilmu bahasa atau linguisti dalam hal ini pragmatik. Pragmatik ialah ilmu bahasa yang mengakaji hubungan maksud atau makna suatu tuturan yang berhubungan dengan konteks luar bahasa, melalui penafsiran terhadap situasi penuturannya.
Menurut Levinson dalam (Tarigan, 1986:33) pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa. Dengan kata lain pengertian pragmatik adalah pembelajaran mengenai kemampuan pemakaian bahasa yang menghubungkan serta menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat.
Selain itu, pragmatik dapat juga dikatakan sebagai telaah umum mengenai bagaimana caranya konteks mempengaruhi peserta tuturan. Percakapan yang dapat terjadi secara efektif dan jelas apabila sesuai dengan konteks percakapan yang berlangsung pada sebuah tuturan, sehingga dengan konteks situasi pembicaraan, pembaca pun dapat memahami apakah percakapan tersebut efektif, hidup, dan wajar.
ADVERTISEMENT
Pragmatik sangat erat dengan tindak tutur. Tindak tutur merupakan entitas yang bersifat sentral di dalam pragmatik dan merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain seperti praanggapan, perikutan, implikatur percakapan, pronsip kerja sama, dan prinsip kesantunan (Wijana, 1996:46).
Austin (1956) dan Searle (1969) membagi tuturan menjadi tiga jenis, yaitu (1) tidak lokusi (locutionary act), yaitu tindak tutur untuk menyatakan suatu maksud, (2) ilokusi (illocutionary act) , yaitu tindak tutur yang dikaitan dengan maksud penutur dibalik kata-kata yang menyusunnya, dan (3) perlokusi (perlocutionary act), yaitu tindak tutur dengan tujuan mempengaruh/memberi efek lawan tutur seperti memalukan, mengintimidasi, membujuk, dan lain-lain
Kalimat “Lagi jalan ke mana, Kang? OTW Jakarta, nihh”, secara pragmatik termasuk dalam tindak tutur ilokusi (illocutionary act), tindak tutur yang dikaitkan dengan maksud penutur dibalik kata-kata yang menyusunnya. Bahwa Ridwan Kamil memilik maksud dari tuturannya di dalam billboard OTW Jakarta.
ADVERTISEMENT
John Searle merupakan salah seorang ahli yang mengembangkan klasifikasi tindak tutur ilokusi atas dasar pemikiran J.L. Austin. Kategori tindak tutur ilokusi yang dibuat oleh Searle didasarkan pada fungsi komunikatifnya, artinya Searle mencoba melihat dari sudut pandang pendengar dalam merespons sebuah tuturan (Wardaugh, 2006: 287). Ada lima kategori tindak tutur yang dibuat oleh Searle yaitu, 1) Assertives; 2) Directives; 3) Commisives; 4) Expressives; 5) Declaration (Searle, 1969: 357).
Melanjutkan pemikiran Searle, Tarigan menyampaikan bahwa tindak tutur ilokusi terbagi dalam beberapa jenis, yaitu (1) tindak tutur asertif atau representatif, adalah tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur khusus atau bukan. Tindak tutur asertif melibatkan pembicara pada kebenaran. (2) Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu.
ADVERTISEMENT
(3) Tindak tutur komisif adalah jenis tindak tutur yang digunakan oleh penutur untuk membuat dirinya berkomitmen untuk melakukan tindakan tertentu di masa yang akan datang. (4) Tindak tutur ekspresif adalah jenis-jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang dirasakan oleh penutur (perasaan atau sikap). (5) Tindak tutur deklarasi adalah ilokusi yang bila performansinya berhasil akan menyebabkan korespondensi yang baik antara isi proposisional dengan realitas.
Lebih jauh kalimat “Lagi jalan ke mana, Kang? OTW Jakarta, nihh”, termasuk dalam tindak tutur asertif atau representatif. Terdapat kalimat tanya, yang kemudian dijawab dengan kalimat deklarasi. Tindak tutur tersebut mengikat penutur kepada kebenaran atas hal yang dikatakannya, yakni OTW Jakarta, atau sedang perjalanan menuju Jakarta. Fungsi kalimat tersebut dalam tindak tutur ilokusi berkategori asertif untuk menyatakan (stating).
ADVERTISEMENT
Selain asertif, tindak tutur tersebut juga tindak tutur ekspresif. Tindak tutur yang berfungsi untuk mengutarakan sikap perasaan penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi. Tindak tutur ekspresif menekankan sebuah sikap penutur kepada lawan tutur, namun tidak melibatkan unsur kepuasan, semata-mata hanya mengekspresikan perasaan penutur terhadap sebuah keadaan.
Tuturan “OTW Jakarta” yang disampaikan Ridwan Kamil dalam billboard tersebut menunjukkan kondisinya yang tengah perjalanan ke Jakarta. Dalam hal realitas perpolitikan sekarang, tuturan Ridwan Kamil tersebut bermakna bahwa ia tengah mempersiapkan diri untuk maju pada Pilkada DKI Jakarta. Ridwan Kamil dengan sadar menyatakan persiapannya sebagai calon orang nomor satu di DKI Jakarta.
Namun kemudian Ridwan Kamil membuat klarifikasi bahwa maksudnya bukanlah mencalonkan diri sebagai Gubernur, malah mempromosikan skincare. Klarifikasi seperti menjadikan tutur dalam billboard tersebut terdapat ambiguitas. Ambiguitas atau kegandaan makna, yaitu suatu kondisi linguistik di mana suatu kata, frasa hingga kalimat dapat diinterpretasikan maknanya dengan bermacam cara atau dapat dikatakan memiliki lebih dari satu penafsiran makna.
ADVERTISEMENT
Selain, kebenaran yang dimaksud dalam kalimat “OTW Jakarta,” adalah menyatakan kesiapan maju Pilgub DKI Jakarta. Ridwan Kamil menyampaikan ke seluruh warga Jakarta bahwa ia bersiap maju sebagai calon pemimpin atau orang nomor satu di Jakarta.
Cara ini juga bermaksud mengecek gelombang dinamika politik di Ibu Kota Indonesia itu, apakah didukung atau restu partai Golkar? Apakah warga DKI Jakarta akan menyukai dan memilih dia saat maju nanti?
Sementara dengan ada klarifikasi Ridwan Kamil. Hal ini menunjukkan kebimbangan seorang Ridwan Kamil. Menuju Pilgub DKI Jakarta bukanlah pertarungan yang mudah. Hal ini bisa saja karena lawan politik yang berat, ataupun peluangnya lebih besar terpilih kembali sebagai pemimpin di Jawa Barat (Jabar). Pernyataan klarifikasi Ridwan Kamil menegaskan bahwa masih banyak pertimbangan dirinya sebelum mantap maju pada Pilgub DKI Jakarta nantinya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, tindak tutur klarifikasi Ridwan Kamil juga bermakna tidak perlokusi (locutionary act), yaitu tindak tutur untuk menyatakan suatu maksud. Ridwan Kamil menyampaikan OTW bermakna segera akan launching produk skincare tertentu. Tindak tutur lokusi sering disebut sebagai the act of saying something. Tindak tutur lokusi merupakan merupakan tindak tutur yang reatif paling mudah diidentifikasi karena dapat dilakuan tanpa menyertakan konteks tuturan (Wijana, 1996: 17—18).
ADVERTISEMENT
Dalam tuturan Ridwan Kamil, ia juga menyinggung Ahmad Sahroni.
Tuturan ini merupakan tindak tutur Ilokusi direktif, yakni tindak tutur yang di pakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Ridwan Kamil menyatakan bahwa Ahmad Sahroni tidak perlu panas dengan billboardnya tersebut.
ADVERTISEMENT
Hal ini mengingat Pilkada DKI Jakarta masih lama dan saat ini Pilpres masih berlangsung. Ridwan Kamil menyarankan calon rival politiknya untuk kembali tenang, karena ia masih bimbang maju pada Pilgub DKI Jakarta pada November 2024 mendatang.
Dari pembahasan di atas terdapat makna di luar tuturan yang disampaikan Ridwan Kamil. Dengan begitu, penting memahami ilmu bahasa dalam hal ini pragmatik, untuk menafsirkan maksud kalimat atau tuturan. Baik tuturan pada billboard-billboard yang ada di pinggir jalan, maupun tuturan lainnya.
Hal ini memungkinkan karena Pragmatik tidak hanya memaknai tuturan sebagaimana adanya tuturan tersebut, tetapi juga berkaitan dengan hal diluar tuturan itu atau konteks kalimat. Yang dimaksud dengan konteks pragmatik, menurut Wijana (1996), adalah semua latar belakang pengetahuan (all background knowledge) yang dipahami bersama penutur dan lawan tutur.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, mempelajari Pragmatik memberikan informasi penting yang terkandung di dalam tuturan sesorang. Di sisi lain, mengingat pentingnya media informasi berupa billboard tersebut, hendaknya billboard isinya adalah kalimat-kalimat atau tuturan positif, santun, dan jauh dari provokatif. Sehingga tidak membuat keganduhan politik dan tidak lagi salah tangkap dalam menafsirkan kalimat tersebut.