Konten dari Pengguna

Menjelajahi Museum Unik di Indonesia, Museum Etnografi Kematian Unair

Rimaya Akhadiyah
kumparan Buddies - Universitas Airlangga
20 Desember 2022 14:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rimaya Akhadiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Koleksi kerangka manusia Museum Etnografi Kematian milik Antropologi Unair. Foto: Dokumentasi Pribadi/Rizky Sugianto Putri
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi kerangka manusia Museum Etnografi Kematian milik Antropologi Unair. Foto: Dokumentasi Pribadi/Rizky Sugianto Putri
ADVERTISEMENT
Apakah bulu roma kalian akan merinding jika mendengar kata ‘kematian’? Meski fenomena ini sudah melekat dengan kehidupan manusia, tidak jarang kata ‘kematian’ membuat orang ketakutan hanya dengan memikirkannya saja. Uniknya, kematian justru menjadi tema besar dari salah satu museum milik Universitas Airlangga, yaitu Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian. Berkat tema itulah, museum ini dipredikati sebagai satu-satunya museum di Indonesia yang mengangkat tema ‘kematian’.
ADVERTISEMENT
Suasana kelam akan menyambut langkah pertama kita ketika memasuki museum yang terletak di Gedung B FISIP, Kampus B Unair ini. Tetapi, tidak perlu mengkhawatirkan hal-hal seram seperti di rumah hantu, sebab museum ini murni didirikan sebagai tempat rekreasi sekaligus belajar. Berbagai koleksi yang telah dikumpulkan oleh Departemen Antropologi Unair akan membuat setiap pengunjung terbuka dengan sudut pandang baru dari kematian.
Replika makam dan infografis tentang tradisi pemakaman di Nusantara. Foto: Dokumentasi Pribadi/Rizky Sugianto Putri
Mengutip dari laman resminya, Museum Etnografi Kematian telah didirikan sejak 25 September 2005. Hari tersebut bertepatan dengan peringatan ulang tahun Departemen Antropologi Unair. Berbagai koleksi pun ditampilkan, mulai dari koleksi kerangka, buku, replika makam, hingga infografis. Kematian dalam museum ini tidak hanya sekadar ditampilkan dengan cara biasa, melainkan dengan bagaimana potret budaya yang ada di Indonesia. Itu kenapa tempat ini juga menjadi pusat kajian kematian yang berlandaskan ilmu etnografi. Oleh karena bersinergi dengan universitas, Departemen Antropologi tidak melupakan fungsi museum yang satu itu.
ADVERTISEMENT
Sebagai Kepala Museum, Dr. Phil Toetik Koesbardiati pernah mengatakan dalam siaran langsungnya bersama Mercury FM pada Juni 2022 lalu, bahwa kematian adalah hal yang melekat di bidang keilmuan Antropologi, khususnya di peminatan Antropologi Ragawi. Meski kerap dianggap tabu oleh masyarakat Indonesia, rupanya ada banyak hal yang bisa dibicarakan dari kematian itu sendiri.
Untuk bisa melihat lebih banyak fakta baru tentang kematian, kita akan digiring masuk menuju lorong dengan cahaya remang-remang yang menampilkan berbagai koleksi museum terkait tradisi kematian di Nusantara. Salah satu koleksi infografis berbentuk sebuah spanduk terbentang memperlihatkan bagaimana The Travels of Marcopolo mencatat adanya praktik kanibalisme dalam ritual kematian di Indonesia. Ekspedisi penjelajah asal Italia tersebut menyatakan bahwa praktik itu diterapkan untuk mengusir dosa besar dan kesengsaraan yang ditimbulkan dari sisa tubuh kerabat yang meninggal akibat penyakit yang tidak bisa disembuhkan.
Kerangka manusia hasil potret forensik yang ada dalam Museum Etnografi Kematian. Foto: Dokumentasi Pribadi/Rizky Sugianto Putri
Selepas itu, lorong-lorong temaram juga akan membawa kita melihat koleksi kerangka manusia dari sudut pandang forensik yang digunakan untuk menggali penyebab kematian tidak wajar seseorang. Bekerja sama dengan pihak kepolisian, kerangka yang ditampilkan di dalam museum ini merupakan kerangka manusia asli yang dipinjamkan. “Kita sering dimintai tolong sama polisi kalau misalnya ada kejadian-kejadian khusus,” terang Toetik. Ia pun menambahkan bahwa beberapa dosen dari Antropologi memang menjadi bagian dari anggota tim Disaster Victim Identification (DVI) Jawa Timur yang bertugas untuk mengidentifikasi identitas seseorang. Diakui olehnya bahwa kerangka yang dipinjamkan oleh pihak kepolisian menjadi material pembelajaran bernilai tinggi yang sangat berharga untuk menunjang fungsi pendidikan dari Museum Etnografi.
ADVERTISEMENT
Salah satu program kerja yang menunjang fungsi tersebut dan terbuka untuk siswa-siswi sekolah adalah Bone Class. Program ini menjadi ajang pendidikan bagi para pelajar untuk dapat melihat kerangka manusia dengan cara yang baru. Berbekal dari kajian Antropologi Forensik, para siswa yang tertarik dengan program ini akan dibekali dengan pengetahuan tentang bagaimana cara mengidentifikasi identitas kerangka manusia yang sudah tidak dapat dikenali.
Untuk kalian yang tertarik mengunjungi salah satu museum terunik di Indonesia ini, kalian bisa berkunjung di hari Senin-Jumat pukul 10.00-16.00 WIB. Tidak hanya terbuka untuk mahasiswa Unair saja, masyarakat umum juga bisa berkunjung untuk menikmati museum ini sebagai sarana rekreasi dan pembelajaran.