UNAIR Adakan Sosialisasi, Bahas Tuntas Beasiswa VDMI

Pada Sabtu (20/01/2023), UNAIR mengadakan sosialisasi beasiswa bersama tim VDMI di hadapan mahasiswa. Foto: Dokumentasi Pribadi/Rimaya Akhadiyah

Pendidikan menjadi kunci seseorang dapat terhubung dengan dunia luar. Pendidikan juga menjadi kunci seseorang dapat meraih cita-citanya. Sayangnya, tidak semua orang dapat memiliki akses untuk bisa menikmati pendidikan yang layak. Kendala ekonomi menjadi salah satu bukti nyata yang merepresentasikan problematika mahasiswa di kehidupan kuliah.

Berkaca dari fenomena tersebut, dukungan biaya kuliah akan menjadi kebutuhan bagi mahasiswa yang memiliki kendala finansial. Maka, sudah sewajarnya apabila memburu beasiswa menjadi salah satu cara yang ditempuh oleh mahasiswa agar tetap bisa melanjutkan kuliah tanpa membebani perekonomian keluarga.

Pada Sabtu (21/01/2023), Direktorat Kemahasiswaan Universitas Airlangga mengadakan sebuah sosialisasi secara daring yang ditujukan kepada mahasiswa-mahasiswanya. Sosialisasi tersebut secara khusus membahas tuntas salah satu beasiswa paling bergengsi yang setiap tahunnya selalu dinanti oleh mahasiswa, yaitu Beasiswa Van Deventer Maas Indonesia (VDMI). Dengan antusiasme yang tinggi, beasiswa ini bahkan menjadi satu-satunya beasiswa yang dibuka di UNAIR dengan menghadirkan seorang PIC.

“Jadi, mulai dari awal (mendaftar) nanti sampai kalian proses seleksi dan mendapatkan beasiswa, itu akan banyak berinteraksi dengan saya dan pihak Direktorat Kemahasiswaan Universitas Airlangga,” terang Herdina Irijanti selaku Dosen Psikologi sekaligus PIC beasiswa VDMI di UNAIR.

Sosialisasi yang dihadiri oleh lebih dari 200 partisipan tersebut, menghadirkan langsung tim dari VDMI. Mereka menyampaikan secara tuntas mengenai sejarah hingga persiapan yang perlu mahasiswa lakukan agar dapat mengikuti pendaftaran beasiswa. Beasiswa VDMI sendiri memiliki sejarah panjang sejak 1881 ketika Conrad T. ('Coen') van Deventer dan istrinya Elisabeth M. (Betsy) Maas berkunjung ke rumah Bupati Jepara dan bertemu dengan R.A. Kartini. Coen adalah tokoh yang lantang menyuarakan ‘politik etis’ atau politik balas budi Belanda terhadap masyarakat Indonesia. Dimana salah satu poin kebijakan yang diusulkannya adalah menyinggung edukasi atau pendidikan.

Berakar dari yayasan Van Deventer-Maas Stichting yang diresmikan pada tahun 1947, VDMI baru menjadi yayasan berbadan hukum di tahun 2017 dengan lambaga eksekutif dan dewan penasehat yang diurus oleh orang Indonesia. Setiap tahun ada sekitar seribu beasiswa yang diberikan kepada anak muda berbakat Indonesia dari latar bekalang ekonomi bawah. Sampai saat ini ada 34 perguruan tinggi di Indonesia yang menjadi partner yayasan VDMI.

Terdapat dua hal yang didukung dan menjadi benefit untuk para penerima beasiswa ini, yaitu financial support dan capacity building programs. Financial support yang diberikan meliputi uang bulanan sebesar 750 ribu rupiah, exam bonus atau dukungan finansial setelah mahasiswa lulus, dan toefl bonus atau dukungan finansial apabila mahasiswa memiliki sertifikat toefl dengan nilai mencapai minimal 500. Sementara di capacity building programs, mahasiswa yang berhasil menerima beasiswa VDMI dapat menikmati sejumlah program pengembangan diri yang disediakan oleh yayasan, diantaranya regional meeting, citizen workshop, excellent writing club, dan workshop online.

“Selain dari finansial, VDMI juga berusaha membekali teman-teman penerima beasiswa dengan berbagai ilmu maupun knowledge yang bersifat soft skill,” terang Alip Susanto selaku tim yayasan VDMI. Dengan begitu, harapannya ketika mahasiswa sudah lulus dari universitas, mereka memiliki bekal yang cukup untuk bisa mengarungi dunia setelah lulus dan juga dunia kerja tentunya.

Beasiswa ini rencananya akan dibuka selama sebulan sejak 10 Februari 2023 mendatang. Berikut kriteria mahasiswa yang dapat mengikuti seleksi pendaftaran beasiswa ini, diantaranya: