Cek Fakta, Isu BPA dalam Kemasan Plastik

Rina Susanti
Mom blogger
Konten dari Pengguna
9 Desember 2023 13:21 WIB
Tulisan dari Rina Susanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Isu mengenai kandungan BPA atau Bisphenol A dalam kemasan plastik menjadi perbincangan hangat di berbagai media sosial baru-baru ini. Informasi yang diunggah pun bermacam-macam dan ada kecenderungan berbeda satu sama lain sehingga menimbulkan kebingungan di masyarakat.
ADVERTISEMENT

Kemasan Plastik dan Kandungan BPA

Apa sih sebenarnya BPA atau Bisphenol A? BPA adalah bahan utama pembuatan plastik polikarbonat yang diisukan jika masuk ke dalam tubuh secara tak sengaja (terkonsumsi) karena terdapat dalam wajah plastik yang kita gunakan, dapat menyebabkan gangguan hormonal, obesitas dan kardiovaskular,kanker, gangguan perkembangan dan syaraf anak, infertilitas serta kelahiran prematur. Namun setelah ditelusuri secara literatur dan fakta studi, belum ada bukti jika BPA menyebabkan berbagai gangguan kesehatan yang disebut di atas.
Menanggapi isu BPA dan hubungannya dnegan gangguan kesehatan Institute for Health Education bersama Lembaga Riset Ikatan dokter Indonesia (LR-IDI) mengadakan diskusi BPA session dengan tema “How to Understand BPA Information Correctly" pada hari Rabu tanggal 6 Novemvember 2023 bertempat di Pandawa Room, Ra Suites Simatupang Cilandak Barat, Jakarta.
Menurut panelis Pakar Polimer ITB, Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc, PhD, reaksi dari bahan beracun seperti BPA dan Phosgene setelah diproses menjadi polikarbonat adalah senyawa yang aman karena merupakan polimer, sifat kimianya sudah berubah menjadi aman dan tidak reaktif , tidak seperti komponen penyusunnya.
ADVERTISEMENT

BPA dalam Kemasan Plastik dan Kesehatan Tubuh

Memang secara teroritis BPA dari wadah makanan atau minuman dapat bermigrasi atau berpindah (larut sebagian bercampur dengan makanan atau minuman di dalamnya) tapi itu terjadi hanya pada kondisi tertentu seperti kemasan rusak, makanan mengandung lemak yang tinggi, wajah kemasan yang tipis, waktu kontak dan jika mengalami peningkatan suhu (kepanasan atau dipanaskan).
Dr. Karin Wiradarma, M.Gizi, Sp.GK menyampaikan bahwa metabolisme BPA dalam tubuh manusia setelah diserap oleh saluran cerna, BPA akan ditranspor ke hati 90% dalam bentuk tidak aktif dan akan dikeluarkan dalam bentuk urin dan feces, sedangkan 10% merupakan bentuk aktif yang memberikan pengaruh negatif pada tubuh. Tetapi karena jumlahnya kecil dibandingkan batas aman yang ditetapkan berbagai lembaga pengawasan makanan dan minuman dunia atau BPOM di Indonesia. Jadi seberapa BPA ini berpengaruh pada kesehatan perlu kajian ilmiah yang lebih mendalam.
ADVERTISEMENT
Dalam diskusi ini juga ditekankan perlunya masyarakat mendapat informasi dan edukasi yang tepat mengenai BPA sehingga masyarakat tidak bingung, seperti diungkapkan Dr. Nurhidayat Pua Upa, MARS, Ketua Anguis Institute for Health education.
Diskusi ini juga sekaligus peluncuran buku dengan judul review BPA “How To Understand BPA Information Correcty , buku yang merupakan hasil kerjasama antara Anguis Institute dengan Primkop IDI yang diperuntukkan bagi masyarakat dengan tujuan memberikan informasi dan edukasi yang tepat mengenai BPA.
Kesimpulannya, diperlukan penelitian lebih lanjut terkait BPA untuk memastikan keamanannya bagi kesehatan tubuh, ungkap Dr. Aditiawarman Lubis, MPH.
Dan hindari migrasi BPA dari wadah makanan/minuman dengan cara; tidak memanaskan kemasan berisi makanan/minuman, tidak menggunakan kemasan rusak dan tipis, tidak mengisi dengan makanan/minuman mengandung lemak tinggi.
ADVERTISEMENT
Semoga informasi ini bermanfaat untuk teman-teman.
Anguis Institute for Health Education adalah forum yang dipelopori para aktivis Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang bersifat terbuka dan independen dengan kepersertaan dari lintas pelaku dan sektor yang memiliki perhatian pada pembangunan kesehatan di Indonesia.