Pengalaman Mengantri yang (Semoga) Menyenangkan

Rina Anita Indiana
Universitas Bhayangkara Surabaya. Brevet ABC Perpajakan. Bersertifikat Konsultan Pajak B. Kuasa Pengadilan Pajak.
Konten dari Pengguna
18 September 2021 20:43 WIB
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rina Anita Indiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
sumber : Unsplash
ADVERTISEMENT
Saya didapuk membantu pelaksanaa vaksinasi covid. Tugas saya cukup ringan. Tensimeter dan mewawancarai kesehatan yang akan divaksin, juga apakah ada KIPI(Kejadian Ikutan Pasca Iminisasi) setelah vaksin pertama.
ADVERTISEMENT
Awalnya saya pikir ini ringan. Tapi ternyata saat melihat yang datang begitu banyaknya, bahkan sebelum loket dibuka, saya auto kena mental. Ternyata memang pesertanya 1500 orang.
Saya ingat pernah mendapat pelayanan buruk saat pengantri di rumah sakit. Ini mungkin seperti karma atas kesewotan saya. Seperti hendak berkata, "Belum tentu bila kamu di posisi ibu petugas jaga loket itu kamu bisa sesabar yang kamu bayangkan. Bila bisa, sekarang buktikan."
Di depan saya ratusan orang mengantri. Ada yang mengambil sikap mengipas badannya dengan tidak sabar. Ada yang terang-terangan mengeluhkan petugas pendaftaran yang seolah mempersulit karena meminta syarat tertentu.
Ternyata ini tidak mudah.
Kali pertama saya melakukan tensimeter, saya putuskan membuat dialog santai dengan mereka. Sembari tensimeter bekerja saya bisa menggali data apa yang saya butuhkan, dengan santai, dengan cepat, dengan tersenyum. Tanpa terlibat personal, tanpa memandang karena itu akan menghambat saya dalam menulis hasil observasi. Tujuh menit saya hitung waktu per orang. Rasanya cukup dengan ketahanan saya sampai tugas tunai semua.
ADVERTISEMENT
Baiklah, saya siap.
***
"Setelah vaksin pertama keluhannya apa, Mbak?"
"Laper, Dok." Aduh, saya dipanggil dokter. Apakah memang mirip ya.
"Oh, nggak papa. Sembilan dari sepuluh orang Indonesia yang divaksin Sinovac mengalami hal yang sama."
***
"Kok tinggi tensinya, Mas?"
"Iya, Mbak. Habis begadang kemarin."
"Jangan begadang kalau tidak ada artinya ya, Mas."
***
"Hari ini sehat ya, Mas? Atau ada keluhan."
"Sehat, Mbak."
"Oh, tidak biasa mengeluh ya, Mas. Keren lo."
***
"Hari ini sehat ya, Mbak. Atau ada keluhan."
"Sehat, Bu. Dompet yang kurang sehat. Belum gajian."
"Waaaah, kok sama mbak. Apa dompet kita janjian yaa."
***
Saya berhenti pada peserta ke seribu. Dan saya heran sudah menanyakan hal yang sama pada seribu orang. Dengan jawaban yang beragam. Sangat seru.
ADVERTISEMENT
Sudah cukup malam saya minta diganti personil yang lain. Yeah, saya bisa buktikan saya melakukan dengan efisien, dengan komunikasi yang menurut saya baik.
Semoga membantu memperbaiki kesan kurang baik karena mengantri vaksin memang selalu lama. Semoga tidur nyenyak mimpi indah untuk semua.
Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular.