Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Harapan dan Republik
17 Agustus 2024 22:13 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Miftah Rinaldi Harahap tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Roison d’etre politik adalah kebebasan, dan bidang pengalamannya adalah tindakan
ADVERTISEMENT
_Hannah Arendt,1960
Harapan adalah daya hidup. Ia bisa membuat dirimu terus menerus bertahan dari pelbagai macam kejadian yang membuat hati dan perasaanmu terluka. Apalagi akhir – akhir ini ketika keadaan sosial , politik , dan ekonomi hancur, hanya ada satu yang bisa membuat dirimu terus menerus menganggap bahwa keadaan ini akan segera membaik yaitu harapan.
Tetapi yang menjadi persoalan adalah apakah penjelasan yang membuka tulisan ini adalah sudah tepat untuk menggambarkan harapan? Apakah penjelasan yang membuka tulisan ini sudah cukup menjelaskan kepada kita tentang bagaimana cara untuk berharap di dalam sebuah negara yang berbentuk republik? Saya merasa penjelasan sebelumnya belum cukup untuk menjelaskan tentang harapan dan bagaimana cara warga berharap di negara republik. Oleh sebab itu tulisan ini akan berusaha untuk menjelaskan tentang apa itu harapan dan bagaimana cara warga berharap di dalam sebuah negara republik.
ADVERTISEMENT
Apa itu Harapan
Seperti yang sudah disampaikan diawal tulisan ini bahwa harapan adalah daya hidup. Daya hidup yang menuntun manusia untuk melakukan perubahan sosial guna mencapai kesadaran dan akal budi yang lebih tinggi. Harapan selalu bersifat dinamis, ia bukan sesuatu hal yang membuat dirimu terlena lalu kemudian tersedot ke dalam lamunan yang tidak berkesudahan.
Harapan bukan sesuatu hal yang statis atau hal yang bersifat jangka pendek. Memang saat ini ada banyak kesalahpahaman tentang harapan itu sendiri. Misalnya, harapan selalu dimanifestasikan dengan hasrat- hasrat jangka pendek seperti punya uang banyak , rumah mewah, dan mobil mewah. Padahal itu bukan harapan melainkan cerminan dari manusia yang hidup di dalam suatu kultur warga yang menjadi budak konsumsi.Inilah yang disebut sebagai sikap yang bertolak-belakang dengan hakikat harapan yang merupakan daya hidup.
ADVERTISEMENT
Manifestasi harapan bukanlah hal - hal yang berwujud benda melainkan sebuah kemampuan untuk menghargai dan menghayati kehidupan secara lebih paripurna. Hal ini yang kemudian menuntun manusia untuk mencapai sesuatu hal berorientasi kepada pembebasan diri dari segala hal yang membelenggu kehidupan atau dengan kata yang lebih tegas sering disebut sebagai revolusi. Perlu dicatat bahwa harapan bukan sesuatu hal yang berada di masa depan. Ia bukan sesuatu hal yang harus ditunggu agar bisa mencapainya.
Harapan adalah sesuatu hal yang ada pada saat “sekarang.” Dimana setiap dari kita bergulat dengan realitas dan melakukan berbagai macam tindakan untuk bisa mencapainya. Dari sini jelas terlihat bahwa harapan menolak segala bentuk tindakan yang pasif dan sikap pasrah yang fatalis seperti berhalaisme terhadap waktu, masa depan, tokoh atau di dunia lain nanti (pengadilan akhirat).
ADVERTISEMENT
Penolakan harapan terhadap segala tindakan yang pasif, sikap pasrah dan berhalaisme membuatnya juga menolak sikap yang tidak realistis. Maksud dari sikap ini adalah ketidaksadaran dalam membaca realitas. Ketidaksadaran dalam membaca realitas ini membuat setiap individu terkadang mencoba untuk memaksakan apa yang sebenarnya tidak bisa dipaksakan. Jika masih bingung dengan penjelasan ini, lihat saja fenomena pembangunan IKN ( Ibu Kota Negara ).IKN adalah sesuatu hal yang dipaksakan untuk ada tanpa pernah ada semacam kesadaran untuk membaca realitas sosial ,ekonomi, politik bahkan budaya.
Berharap di sebuah Negara Republik
Di dalam republik harapan ditumbuhkan, dirawat, dan diperjuangkan melalui politik. Politik menjadi satu- satunya cara di dalam sebuah negara republik untuk memastikan harapan itu tiba pada ujungnya. Itulah sebabnya setiap warga di dalam sebuah negara republik harus mengenal politik. Tetapi memang yang menjadi persoalan, politik sudah bergeser dan digeser makna aslinya oleh para politisi yang buta terhadap politik. Tingkah laku mereka membuat warga tidak mau mengenal politik bahkan pada tahap tertentu benci terhadap politik. Padahal benci terhadap politik sama saja dengan memupuskan harapan mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Roison d’etre politik adalah kebebasan, dan bidang pengalamannya adalah tindakan- Hannah Arendt (1960). Begitulah yang diucapkan oleh Hannah Arendt untuk menegaskan bahwa politik adalah kebebasan yang termanifestasi melalui tindakan. Sebab politik adalah kebebasan maka politik adalah sesuatu yang sudah built-in di dalam diri setiap warga.Kebebasan disini dipahami upaya dari setiap warga untuk memaksimalkan berbagai macam tindakan guna menghasilkan nilai keutamaan seperti keadilan, kesetaraan, kesejateraan,revolusi dan lain sebagainya guna mencapai kebahagiaan bersama.
Dari sini bisa dilihat bahwa kebebasan hanya disebut kebebasan jika ada partisipasi langsung (tindakan) dari setiap warga untuk menghasilkan “eudamonia” atau kehidupan yang baik. Keterkaitan kebebasan dan tindakan juga bisa diartikan sebagai keberanian mengambil tindakan untuk menjawab segala pertanyaan yang terhampar di realitas yang tak pasti. Atau secara tegas bisa dikatakan bahwa ia merupakan suatu kesatuan gerak yang bertemu dengan momentum.
Melalui uraian sebelumnya bisa terlihat bahwa Politik merupakan hak asasi setiap warga. Oleh sebab itu ia tidak dibatalkan oleh siapapun dan dirampas oleh negara. Politik juga merupakan manifestasi dari harapan.Harapan di dalam republik adalah sesuatu hal yang diperjuangkan secara terus. Perjuangan untuk mencapai harapan di dalam republik bukan perjuangan untuk mendapatkan sesuatu hal yang bersifat bendawi dan hanya berguna dalam jangka waktu tertentu.Tetapi perjuangan untuk sesuatu hal yang bersifat sublim dan berguna untuk menjaga kelangsungan sekaligus memuliakan kehidupan setiap warga.
ADVERTISEMENT
Kemudian , harapan di dalam republik dicapai dengan pondasi solidaritas sesama warga. Ia tidak bisa dicapai dengan sikap - sikap individualistik. Di sisi lain republik menolak segala bentuk penghambaan terhadap nanti, tahun depan, masa depan, dan pembangunan. Bagi republik harapan adalah sesuatu hal yang sedang kita hadapi “sekarang.” Keadaan “sekarang” itulah yang kemudian memungkinkan setiap warga untuk bersikap “realistis.” Realistis disini artinya tidak memaksakan suatu keadaan yang jelas - jelas tidak mungkin terjangkau.
Namun, perlu diingat bahwa kata “ realistis “ disini jangan dimaknai secara pasif tetapi harus dimaknai secara dinamis. Maksudnya, setiap warga harus siap menerima jika sesuatu hal yang diharapkan belum tercapai dan tidak menjadi kecewa ketika sesuatu hal diharapkan itu tidak tercapai pada saat kita masih hidup. Artinya, setiap warga terus menerus terlibat di dalam realitas guna menumbuhkan dan memastikan harapan bisa tercapai.
ADVERTISEMENT
Republik juga menolak penghambaan terhadap tokoh sehingga harapan tidak boleh dititipkan kepada tokoh. Sebab, harapan adalah politik warga yang berbasis solidaritas bukan individualistik.Bahkan, jika pada suatu waktu sang tokoh mengambil tindakan yang bertentangan dengan harapan setiap warga yang menginginkan agar nilai - nilai keutamaan terselenggara di realitas karena suatu keadaan politik tertentu. Maka, warga juga harus mengambil tindakan yang berlawanan agar harapan yang dihalangi oleh sang tokoh tetap bisa dicapai.Terakhir, sebagai sesama warga mari kita kembali menumbuhkan harapan. Sekaligus mengambil tindakan - tindakan yang bisa memastikan harapan tersebut bisa tercapai. Res publica - Res Populi !