Konten dari Pengguna

Urgensi Literasi Sampah di Indonesia

Rinaldi Syahputra Rambe
Pustakawan Perpustakaan Bank Indonesia Sibolga. Anak desa yang suka membaca, menulis, dan berkebun.
6 April 2023 9:36 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rinaldi Syahputra Rambe tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pengolahan sampah. Foto: MAGNIFIER/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengolahan sampah. Foto: MAGNIFIER/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sampah masih menjadi persoalan lingkungan di Indonesia. Produksi sampah terus meningkat dari waktu ke waktu. Jumlah sampah nasional selama tahun 2022 berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup sebesar 68,5 juta ton.
ADVERTISEMENT
Komposisi sampah masih didominasi oleh sampah sisa makanan sebesar 41,56%, diikuti oleh sampah plastik sebesar 18,52%, ranting/kayu sebesar 13,19%, kertas/karton 11,06%, logam 2,91%, kain 2,55%, karet/kulit 1,69%, kaca 1,96%, dan sisanya sebesar 6,56%.
Berdasarkan sumbernya, sampah rumah tangga menjadi penyumbang terbesar mencapai 39,62 %. Setelah rumah tangga, penyumbang terbesar kedua adalah sampah perniagaan, mencapai 21,07%. Sementara pasar menyumbang sebesar 16,8%, kawasan sebesar 7,14 %, perkantoran sebesar 5,97 %, dan yang lainnya sebesar 3,32 %.
Dari jumlah total sampah di atas, Kementerian Lingkungan Hidup merilis sebesar 64,52 % sampah sudah terkelola dengan baik selama tahun 2022. Sisanya sekitar 35,48 % yang belum dikelola dengan baik. Sampah yang tidak terkelola dengan baik akan menjadi masalah lingkungan yang serius. Apalagi terjadi secara terus-menerus.
Ilustrasi tumpukan sampah. Foto: unsplash.
Mengatasi persoalan sampah tidak bisa dilakukan sendirian oleh pemerintah. Beberapa hasil riset menyebutkan perlu sinergitas yang berkelanjutan antar pemerintah, swasta dan masyarakat. Salah satu riset yang dilakukan oleh Hamid, Skinder & Bhat (2020) dalam penelitian mereka “Zero Waste: A Sustainable Approach for Waste Management” menemukan fakta bahwa pemerintah, perusahaan swasta, dan masyarakat harus sama-sama dalam hal penanganan sampah.
ADVERTISEMENT
Pelibatan masyarakat kian penting mengingat masyarakat merupakan salah satu pelaku aktif penyumbang sampah. Dengan melibatkan masyarakat akan menumbuhkan kesadaran dan keterlibatan secara langsung. Dengan demikian penanganan sampah akan semakin efektif dan efesien (Cox, et al., 2010).
Kesadaran akan pentingnya pengentasan masalah sampah di benak masyarakat tidak akan muncul begitu saja. Diperlukan pendekatan terukur berupa pemberian pemahaman atau pengetahuan akan sampah itu sendiri. Karena pada dasarnya, munculnya kesadaran dipengaruhi oleh pengetahuan yang menjadi keyakinan. Lalu kemudian memunculkan kesadaran dan kepedulian.
Oleh karena itu, perlu penekanan akan pentingnya literasi sampah di masyarakat. Sampai saat ini, kita belum melihat penekanan literatur yang spesifik terhadap pengolahan sampah. Baik di dunia pendidikan maupun kepada masyarakat umum secara langsung. Belum ada gerakan literasi khusus yang dilakukan dengan serius.
Ilustrasi sampah dibakar. Foto: shutterstock.
Penguatan literasi sampah sangat mungkin dimulai dengan literatur yang paling sederhana. Dimulai dari penguatan slogan atau tagline seputar sampah. Misalnya, mengubah tagline yang selama ini kita kenal “buanglah sampah pada tempatnya” diubah menjadi “sampahmu tanggung jawabmu”, atau “sampahmu cerminan dirimu”.
ADVERTISEMENT
Saya berpandangan tagline/slogan yang selama ini kita gunakan “buanglah sampah pada tempatnya” tidak mengandung nilai literasi yang final. Sebab, slogan ini secara sederhana menggambarkan bahwa membuang sampah pada tempatnya saja sudah cukup. Padahal dengan membuang sampah pada tempatnya saja sebenarnya hanya mengalihkan tanggung jawab persoalan sampah pada orang lain (pengelola sampah), baik itu pemerintah ataupun swasta. Tidak menyentuh persoalan sampah yang sebenarnya.
Perlu disadari bahwa, sampah yang dibuang ke TPA tidak sepenuhnya dapat dikelola dengan baik. Pasalnya, di TPA banyak kendala yang ditemukan. Misalnya TPA belum layak, lokasi sempit sehingga terjadi over kapasitas dan masih banyak persoalan lain. Ditambah lagi SOP pengolahan sampah yang dilakukan di TPA belum sepenuhnya baik. Terdapat beberapa TPA justru membakar sampah untuk mengurangi tumpukan.
ADVERTISEMENT
Padahal sampah yang dibakar akan menghasilkan zat-zat beracun yang dapat mencemari lingkungan. Selain itu sampah yang dibakar juga akan berpotensi menjadi penyebab terjadinya pemanasan global.
com-Ilustrasi Tempat Pembuangan Sampah Foto: Shutterstock
Sampai saat ini literasi sampah masyarakat kita masih sangat rendah. Kesadaran akan pentingnya mengatasi persoalan sampah juga masih rendah. Badan Riset dan Inovasi Nasional (28/5/2022) menyebutkan masih sedikit masyarakat Indonesia yang mempunyai kesadaran untuk memilah sampah mulai dari rumahnya masing-masing. Sebesar 80% masyarakat Indonesia tidak memilah sampah mereka. Hal ini salah satu yang membuat sulit pengelolaan sampah di Indonesia.
Ke depan perlu penguatan literasi yang lebih komprehensif terkait pengolahan sampah. Mulai dari pengetahuan dasar, manajemen tata kelola mandiri dan pemanfaatan ulang. Bila perlu, literatur pengolahan sampah dijadikan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah formal.
ADVERTISEMENT
Gerakan literasi sampah juga harus digeliatkan secara masif melalui kampanye di sosial media, media cetak, penerbitan buku tentang sampah, atau program-program pemerintah pusat sampai daerah yang mempromosikan pengurangan sampah.
Bila literasi masyarakat tentang sampah telah baik, akan tercipta kesadaran akan pentingnya pengolahan sampah dengan baik pula. Kemudian akan mendorong masyarakat untuk mengurangi, menggunakan ulang dan mendaur ulang ( 3R, reduce, reuse dan recycle) secara sukarela.
Disaat bersamaan, pemerintah juga perlu menyiapkan tempat penampungan sampah yang lebih baik. Selama ini, tempat penampungan sampah juga terkesan asal ada. Tidak ditata dengan baik. Sering ditemukan tempat pembuangan sampah yang difungsikan untuk semua jenis sampah. Tidak ada pembeda berdasarkan jenisnya, sampah organik, non organik, sampah bahan berbahaya dan beracun (B3), sampah kertas, dan sampah residu digabung dalam wadah yang sama.
Ilustrasi segala jenis sampah digabung dalam satu wadah. Foto: unsplash
Meningkatkan literasi sampah juga dapat membantu masyarakat memahami lebih jauh mengenai jenis sampah yang ada dan cara-cara pengelolaannya yang tepat. Dalam hal ini, pemerintah dapat memainkan peran penting dalam menyediakan informasi yang diperlukan kepada masyarakat, misalnya melalui penyediaan literatur atau seminar yang terkait dengan pengelolaan sampah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, literasi sampah juga dapat membantu masyarakat memahami konsep zero waste atau pengelolaan sampah dengan pendekatan yang berkelanjutan. Dalam hal ini, masyarakat dapat belajar tentang prinsip-prinsip pengelolaan sampah yang efektif dan efisien, seperti pengurangan sampah di sumbernya, pemisahan sampah, daur ulang, dan pengkomposan.
Kesimpulannya, literasi sampah sangat urgent untuk disampaikan dalam membantu mengatasi masalah sampah yang semakin meningkat di Indonesia. Dengan meningkatkan literasi sampah, masyarakat dapat memahami pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan melakukan tindakan yang bertanggung jawab dalam penanganan sampah.
Sekali lagi, pemerintah, perusahaan swasta, dan masyarakat harus bersinergi untuk mengatasi masalah sampah yang semakin kompleks ini dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.