Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Persamaan Kim Seon Ho dan Anak-anak TKI di Sarawak, Malaysia
27 November 2020 14:34 WIB
Tulisan dari ringgi perdini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kepopuleran drama Korea Start-Up membawa nama aktor Kim Seon Ho, pemeran Han Jipyeong ikut berkibar terutama di Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari peningkatan followers Instagram aktor kelahiran 1986 itu yang meningkat drastis dari 1 juta followers menjadi 2,5 juta followers selama beberapa minggu belakangan ini.
ADVERTISEMENT
Salah satu dampak kepopuleran tersebut, membawa fans untuk mencari penampilan Kim Seon Ho pada program lainnya. Salah satu acara yang menarik perhatian adalah 2 Days 1 Night Season 4, di mana Kim Seon Ho menjadi salah satu dari 6 anggota tetap acara tersebut. Dalam acara tersebut para fans dapat melihat kepribadian Kim Seon ho yang ceria dan ceroboh dalam menyelesaikan berbagai tantangan yang diberikan oleh tim 2 Days 1 Night.
2 Days 1 Night merupakan salah satu variety show Korea yang sangat popular di Korea bahkan di dunia. Games yang unik dan seru ditambah dengan spontanitas para anggota menyebabkan acara ini berhasil bertahan sejak tahun 2007 meskipun telah terjadi berbagai pergantian baik dari segi tim produksi maupun anggota.
ADVERTISEMENT
Sebagai sebuah acara hiburan, 2 Days 1 Night tidak hanya memberikan hiburan yang menarik dari tingkah para anggotanya namun acara ini juga memberikan berbagai informasi bahkan promosi mengenai Korea. Acara 2 Days 1 Night terkenal dengan eksplorasi tempat wisata baru dan makanan khas dari wilayah-wilayah di seluruh penjuru Korea. Bahkan tidak jarang program 2 days 1 Night juga membawa pesan politik. Salah satunya adalah terkait dengan sengketa wilayah dengan Jepang pada pulau Dokdo (sebutan pemerintah Korea)/pulau Takeshima(sebutan pemerintah Jepang).
Pada episode 33, Kim Seon Ho bersama dengan anggota 2 Days 1 Night lainnya melakukan perjalanan menuju Pulau Dokdo/Takeshima yang telah lama menjadi wilayah sengketa dengan pemerintah Jepang. Dalam episode tersebut anggota 2 Days 1 Night menggunakan kaus bertuliskan I Love Dokdo dan menyatakan bahwa Dokdo adalah bagian dari wilayah Korea. Program 2 Days 1 Night tersebut disiarkan oleh stasiun TV KBS World ke 117 negara. Secara tidak langsung pihak Korea telah membangun public awareness kepada penonton 2 days 1 night di 117 negara bahwa Dokdo/Takeshima adalah bagian integral dari wilayah mereka.
ADVERTISEMENT
Pemanfaatan budaya populer baik itu melalui program acara TV, drama, pentas budaya dan lain sebagainya memang merupakan salah satu strategi yang efektif dan sering dimanfaatkan negara dalam menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat luas. Joseph Nye menyebut Soft Power sebagai kemampuan menarik orang lain yang melibatkan pembentukan preferensi melalui daya tarik. Salah satu daya tarik tersebut adalah melalui budaya populer.
Selain dilakukan pemerintah Korea, pemerintah Indonesia juga menggunakan soft power dengan menggunakan budaya dalam mempengaruhi kebijakan negara lain. Salah satu contoh adalah pemanfaatan siswa Community Learning Centre (CLC) Sarawak untuk tampil dalam berbagai acara yang dihadiri oleh pemerintah Sarawak. Tujuan utama penampilan anak-anak ini selain untuk mengajarkan mereka tentang budaya Indonesia, tetapi juga untuk menarik simpati pemerintah Sarawak agar memberikan kemudahan akses pendidikan bagi anak-anak siswa CLC tersebut.
CLC adalah institusi yang memberikan akses pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang orang tuanya bekerja di ladang kelapa sawit di Sarawak. Peraturan Malaysia menyatakan bahwa TKI tidak boleh membawa keluarga mereka ke Malaysia. Namun pada kenyataannya pada tahun 2013 terdapat sekitar 3.600 anak – anak Indonesia yang berada di Sarawak. Salah satu dampak dari peraturan Malaysia tersebut adalah hilangnya hak anak – anak Indonesia tersebut untuk memperoleh pendidikan.
Pemerintah Indonesia terus berdiplomasi agar dapat memberikan akses pendidikan bagi anak-anak tersebut. Akhirnya pada tahun 2016 pemerintah Malaysia mengizinkan pendirian CLC di wilayah Sarawak. Meskipun telah diizinkan untuk bersekolah pada CLC, namun ada beberapa hal yang masih perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah Malaysia seperti pemberian akses pendidikan untuk anak-anak Indonesia yang orang tuanya tidak bekerja di ladang kelapa sawit.
Melatih anak-anak tersebut untuk tampil membawakan budaya Indonesia bukan hanya mengajarkan mereka untuk tetap ingat dan dekat dengan Indonesia, tetapi juga menjadikan mereka sebagai soft power untuk memperjuangkan nasib pendidikan mereka sendiri. Menarik simpati pemerintah Malaysia bahwa dengan memberikan hak dasar berupa pendidikan kepada anak-anak Indonesia tersebut, mereka dapat mengembangkan diri mereka dan menjadi apa pun yang mereka inginkan.
ADVERTISEMENT