Konten dari Pengguna

Menyatukan Umat Islam untuk Mewujudkan Palestina Merdeka

Rinnay Nitrabening Wahyunnisa
Mahasiswa Program Magister Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam, Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia.
28 Oktober 2024 9:20 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rinnay Nitrabening Wahyunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tak habis pikir saya melihat kenyataan menyedihkan hari ini.
Mengapa seperti tidak ada yang menolong rakyat Palestina?
ADVERTISEMENT
Apakah tidak ada yang mau dan mampu untuk menolong mereka?
Bukankah kita semua menyaksikan penindasan dan kekejaman yang mereka alami?
Saya yakin ini jeritan hati banyak masyarakat di belahan bumi manapun yang masih punya hati nurani. Puluhan ribu warga Palestina telah meninggal dunia. Tak terhitung yang terluka, kehilangan anggota badan dan bahkan anggota keluarganya. Jangan tanya tentang tempat tinggal atau apapun yang pernah mereka punya. Rakyat Palestina dihujani bom, ditembaki, dibunuh, diculik, dilucuti hak-hak hidupnya, dan disiksa dengan berbagai macam cara oleh penjajah zionis “Israel” yang jahatnya di luar nalar manusia. Namun, mengapa seakan tidak ada yang menghentikan kekejaman itu?
Aksi Akbar Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina, Jakarta, 5 November 2023 (sumber: Diana Rosdiyana)
Kita sebagai manusia diciptakan oleh Allah (Subhanahu Wa Ta’ala/S.W.T.) sebagai khalifah di muka bumi. Kita ditugaskan untuk memelihara kehidupan di bumi ini dengan baik sesuai dengan petunjuk dari Allah S.W.T. dalam rangka beribadah kepada-Nya. Kita juga wajib untuk aktif menyerukan kebajikan dan mencegah kemungkaran, sebagaimana firman Allah S.W.T. dalam Al-Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 104 yang artinya, “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
ADVERTISEMENT
Dari perintah tersebut, tentu kita sebagai manusia dan terlebih sebagai umat Islam tidak boleh berdiam diri terhadap penjajahan zionis di bumi Palestina. Lantas mengapa sekitar hampir 2 miliar Muslim di dunia saat ini seakan tidak dapat melakukan sesuatu yang riil dan konkret untuk menghentikan dan mengakhiri penjajahan tersebut? Jawabannya adalah karena lemahnya persatuan umat Islam serta kurangnya kesadaran dan tekad bersama untuk sungguh-sungguh membantu rakyat Palestina melawan penjajahan dan mewujudkan kemerdekaan dan kedaulatan mereka. Lalu apa yang harus dilakukan umat Islam sekarang ini? Apa yang bisa dilakukan Bangsa Indonesia dengan penduduk Muslim terbesar di dunia untuk berkontribusi menyatukan umat?
Salah satu jalan yang bisa ditempuh untuk persatuan umat Islam saat ini adalah melalui Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). OKI adalah organisasi internasional terbesar kedua di dunia setelah PBB. OKI memiliki 57 negara anggota yang terdiri atas negara-negara Islam atau berpenduduk Muslim yang tersebar di lebih dari 4 benua. OKI didirikan berdasarkan keputusan hasil pertemuan tingkat tinggi di Rabat, Maroko, pada 25 September 1969, setelah peristiwa pembakaran Masjidil Aqsha di Yerusalem, Palestina, oleh zionis.
ADVERTISEMENT
Selama ini OKI kerap menyerukan pengakuan terhadap negara Palestina yang berdaulat, menyuarakan implementasi resolusi-resolusi PBB untuk mengakhiri penjajahan atas Palestina, dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina. Namun demikian, OKI seperti tidak bisa berbuat apa-apa khususnya saat genosida oleh zionis semakin intens dilakukan dalam setahun terakhir ini.
Lemahnya Umat Islam dan Penjajahan Pemikiran
Akar masalah dari belum optimalnya peran OKI dalam menyelesaikan isu Palestina adalah karena kurangnya tekad, kesadaran, dan persatuan umat Islam yang diwakili negara-negara anggota OKI untuk bersungguh-sungguh memberikan upaya terbaik mereka secara kolektif dalam membantu Palestina melawan penjajahan. Negara-negara anggota OKI masih terjebak untuk melihat isu Palestina ini dari kacamata masing-masing yang sarat akan kepentingan pragmatis sempit yang merupakan hasil dari penjajahan pemikiran melalui propaganda zionis.
ADVERTISEMENT
Perdana Menteri Israel keempat, Golda Meir, pernah berkata, “Ketika kami membakar Masjid Al-Aqsha, sepanjang malam aku tidak bisa tidur. Aku takut Bangsa Arab akan berbondong-bondong memasuki Israel dari segala penjuru. Tapi ketika esok hari tiba, aku baru tahu bahwa kami bisa berbuat apapun yang kami inginkan karena sebenarnya kami sedang berhadapan dengan umat Islam yang tidur.” Tragedi ini menunjukkan bahwa Baitul Maqdis (Palestina) tidak lagi hadir di hati kaum Muslimin.
Pendidikan untuk Menyatukan Umat
Cara untuk membebaskan diri dari kungkungan penjajahan pemikiran yang menyebabkan umat Islam tersekat-sekat, tidak bersatu, merasa lemah, serta menganggap penjajah kuat adalah melalui pendidikan. Pendidikan yang mengedukasi masyarakat tentang isu Palestina secara benar dan betapa pentingnya persatuan umat Islam untuk bisa membantu menyelesaikan masalah tersebut perlu dilakukan secara baik, matang, komprehensif, sistematis, terstruktur, dan terlembaga dimulai dari OKI. OKI secara formal dapat membuat suatu kurikulum pendidikan tentang isu Palestina untuk kemudian diadopsi dan diterapkan secara resmi dan seragam di negara-negara anggotanya.
ADVERTISEMENT
Adanya kurikulum pendidikan secara formal tentang isu Palestina dapat membentuk pemahaman dan sikap masyarakat di negara-negara anggota OKI dan membebaskan mereka dari penjajahan pemikiran. Pemahaman yang tepat dan diajarkan secara terstruktur dan baik akan mengkonstruksi pemikiran masyarakat di negara anggota OKI yang kemudian akan mempengaruhi proses perumusan dan pengambilan kebijakan luar negeri di negara tersebut.
Kurikulum pendidikan tentang isu Palestina juga penting untuk menguatkan identitas kolektif di antara umat Islam dan memperkuat solidaritas, khususnya antarnegara anggota OKI. Apabila negara-negara anggota OKI menyadari pentingnya dan kuatnya mereka sebagai satu umat Muslim yang saling membantu, maka mereka tidak lagi akan egois namun akan lebih mementingkan kepentingan bersama yaitu menciptakan perdamaian melalui upaya mengakhiri penjajahan zionis “Israel” atas Palestina.
ADVERTISEMENT
Bendera Berbagai Negara Peserta Expo 2020 (termasuk Palestina) di Dubai, Persatuan Emirat Arab, 1 Oktober 2021.
Indonesia sebagai negara anggota OKI yang juga memiliki jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia dapat memprakarsai dan memimpin inisiatif pembuatan dan penerapan kurikulum pendidikan mengenai isu Palestina secara formal oleh OKI ini. Pemerintahan baru di bawah kepempimpinan Presiden Prabowo Subianto yang didukung oleh Menteri Luar Negeri, Menteri Pendidikan, dan Menteri Agama serta jajaran menteri lainnya di dalam Kabinet Merah Putih memiliki kesempatan besar untuk dapat mewujudkan terobosan ini dan menyatukan umat dalam upaya mewujudkan cita-cita luhur untuk menghapuskan penjajahan di atas dunia serta menciptakan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
*****
Penulis: Rinnay Nitrabening Wahyunnisa
(Mahasiswa Program Magister, Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia)
ADVERTISEMENT