Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Tertahan Selangkah Lagi ke Tanah Suci
23 September 2023 17:27 WIB
Tulisan dari Rinnay Nitrabening Wahyunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Wajah-wajah itu terlihat kuyu, lelah, dan bingung.
“Jadi, kami tidak jadi bisa umroh ya, bu?”
ADVERTISEMENT
Aku terdiam sejenak. Tak tega mematahkan hati orang-orang tua yang rindu pergi ke tanah suci. Melihat mereka mengingatkanku pada orang tua dan kakek-nenekku sendiri.
“Iya, pak, bu. Baru saja pemerintah Arab Saudi menutup perbatasan wilayah mereka supaya COVID-19 tidak menyebar masuk ke sana. Semua penerbangan dari luar Saudi tidak bisa masuk, termasuk penerbangan bapak dan ibu yang transit dari Abu Dhabi ini.”
================================================
Hari itu pagi-pagi sekali KBRI Abu Dhabi menerima laporan WNI yang stranded (terdampar) di Bandar Udara (Bandara) Abu Dhabi. Penerbangan mereka yang sedianya hanya transit di Abu Dhabi dan akan melanjutkan ke tujuan akhir yaitu Jeddah, tidak juga diberangkatkan meski sudah lewat berjam-jam dari waktu keberangkatan yang seharusnya. Para penumpang kebingungan, tak jua mendapatkan kepastian nasib mereka selanjutnya. Pun mereka tak bisa keluar dari wilayah bandara. Sampai akhirnya salah seorang penumpang WNI menghubungi kami di KBRI Abu Dhabi.
ADVERTISEMENT
Rupanya hari itu pemerintah Arab Saudi menutup seluruh wilayah perbatasan mereka dari semua arus orang yang akan masuk dari luar negeri. Apa gerangan penyebabnya? COVID-19.
Berita menyebarnya COVID-19 sangat menakutkan. Berjatuhannya korban akibat virus yang sebelumnya tak dikenal itu membuat ciut hati orang yang mendengarnya.
Tanpa peringatan apa-apa banyak negara memutuskan untuk menutup perbatasan wilayah mereka, termasuk Arab Saudi. Keputusan tersebut diambil secara cepat dan langsung diberlakukan saat itu juga. Tidak ada masa transisi, tidak ada toleransi.
Mulai pukul 00.01 hari itu, 27 Februari 2020, tidak boleh ada orang yang masuk dari luar wilayah Arab Saudi. Kebijakan yang mendadak tersebut sontak membuat kacau arus penerbangan internasional, tak terkecuali penerbangan 124 WNI dari Jakarta ke Jeddah yang transit di Abu Dhabi.
ADVERTISEMENT
Pihak maskapai juga terkejut dengan kebijakan tersebut. Tidak ada pilihan lain bagi mereka selain memulangkan kembali para penumpangnya. Pertanyaannya adalah bagaimana dan kapan.
Saat tiba di Bandara Internasional Abu Dhabi, aku dan 2 orang anggota Tim Protokol KBRI Abu Dhabi, Pak Imam dan Pak Ahmad, langsung bergegas menuju Terminal 3, tempat para WNI yang terdampar itu berada. Tak terlihat ada petugas dari maskapai maupun bandara di situ. Aku kemudian meminta Pak Ahmad untuk menghubungi pihak maskapai dan bandara untuk berkoordinasi dengan mereka dalam upaya mendapatkan kejelasan informasi selanjutnya. Sementara itu, aku dan Pak Imam menemani para WNI yang terdampar, berusaha menenangkan dan membesarkan hati mereka, sembari mengumpulkan data identitas mereka.
ADVERTISEMENT
“Bapak dan Ibu, semoga kita bisa bersabar ya. Semua ini terjadi atas izin dan kehendak Allah, dan jika demikian, kita tahu itu pasti yang terbaik menurut Allah untuk kita. Insya Allah niat bapak dan ibu untuk melaksanakan umroh sudah dihitung. Mungkin ini adalah bentuk penjagaan Allah kepada bapak dan ibu agar terhindar dari COVID-19. Siapa yang tahu? mungkin saja jika bapak dan ibu jadi umroh maka akan lebih membahayakan kesehatan bapak dan ibu. Mari kita tetap berprasangka baik. Jika memang sudah rezeki bapak dan ibu untuk ber-umroh, maka insya Allah, Allah akan berangkatkan bapak dan ibu pada kesempatan yang lebih baik.”
Kutatap wajah mereka sekilas satu per satu dengan senyum tipis dan harapan untuk menguatkan.
ADVERTISEMENT
“Kami, Tim KBRI Abu Dhabi, sedang dan terus berkoordinasi dengan maskapai dan otoritas terkait agar bapak dan ibu bisa segera mendapatkan kejelasan tiket penerbangan pulang. Untuk itu, kami mohon setiap ketua grup masing-masing travel bisa memberikan daftar para anggotanya kepada kami. Bagi yang bepergian di luar grup, silakan menyampaikan datanya kepada Pak Imam di sini”, ujarku sambil mengarahkan tangan ke arah Pak Imam.
“KBRI akan menemani, membantu, dan memberikan perlindungan sebaik mungkin kepada bapak dan ibu sampai dengan nanti dapat kembali ke Indonesia. Bapak dan ibu sudah mendapatkan makanankah dari maskapai?”
“Belum, bu.”
Terhenyak aku mendengar jawaban mereka. Bagaimana mungkin pihak maskapai tidak memberikan makanan atau bahkan sekadar makanan ringan kepada para penumpangnya yang telah mereka buat menunggu lama dalam ketidakpastian?
Aku bergegas menelepon Pak Ahmad yang saat itu berada di Information Desk antara Terminal 3 dan Terminal 1, memintanya mendesak pihak maskapai agar dapat segera memberikan tiket pulang serta makanan dan minuman kepada para penumpang yang telah stranded berjam-jam itu.
ADVERTISEMENT
Kepalaku mulai merangkai rencana alternatif jika maskapai tidak segera memberikan kejelasan kapan penumpang akan diberangkatkan kembali ke Indonesia.
Baru saja aku akan meminta Pak Imam untuk pergi membeli air minum untuk para WNI saat telepon genggamku berdering. Di ujung sana, Pak Ahmad menyampaikan secercah kabar baik bahwa tiket sudah bisa diterbitkan namun para penumpang harus mendaftarkan diri secara langsung satu per satu di Information Desk.
Kami pun segera menggiring para WNI menuju Information Desk. Sesampainya di sana, aku bergegas menghampiri salah satu pegawai maskapai dan bertanya kepadanya,
“Do you have water? You should at least give the passengers water while they are waiting for the tickets to be issued.”
Pegawai tersebut kemudian masuk ke dalam ruangan dan tak berapa lama keluar membawa beberapa paket air minum kemasan. Kami segera mendistribusikan air tersebut kepada para WNI yang sedang mengantre tiket mereka.
ADVERTISEMENT
Dari hasil koordinasi, tiket penerbangan kembali ke Jakarta sudah tersedia. Waktu keberangkatannya tengah malam. Masih lama memang para penumpang yang stranded itu harus menunggu. Namun maskapai akan memberikan mereka akses ke lounge untuk dapat makan, minum, dan beristirahat selama waktu tunggu itu. Alhamdulillah.
Aku melaporkan semua detil kepada Pak Dubes yang tengah dalam perjalanan menuju bandara. Beliau menyampaikan bahwa pihak eksekutif maskapai juga sudah beliau hubungi dan menyatakan akan bekerja sama dengan baik. Aku laporkan juga semua data dan perkembangan kepada Tim Protokol dan Konsuler di KBRI Abu Dhabi yang kemudian melaporkannya ke Pusat dan juga berkoordinasi dengan pemerintah setempat.
Setibanya di bandara, Dubes RI untuk Persatuan Emirat Arab berbincang dan berjalan bersama kami menemani para WNI yang terdampar menuju lounge di Terminal 1. Bahagia rasanya melihat para WNI yang terdampar akhirnya bisa diberikan makan, minum, dan tempat istirahat yang lebih layak setelah gagal terbang ke Arab Saudi. Tim kami bergantian menunggu dan mendampingi mereka hingga waktunya tiba untuk mereka terbang kembali ke Jakarta tengah malam nanti.
Lega, sedih, dan kasihan bercampur baur dalam hati ketika malam itu 124 orang WNI yang terdiri atas 91 jamaah umroh, 26 pekerja migran Indonesia (PMI), dan 7 anak buah kapal (ABK) akhirnya memasuki pesawat satu per satu untuk kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Aku hantarkan mereka dengan senyum sambil berkata dalam hati, “Jangan patah semangat! Teruslah berdoa dan berusaha untuk dapat melanjutkan langkah yang terhenti untuk mencapai mimpi dan tanah suci.”
ADVERTISEMENT