Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Pembelajaran Sejarah Kurang Menarik? Metode Karya Wisata Solusinya
4 Januari 2024 8:49 WIB
Tulisan dari Rio Fernandes tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pembelajaran sejarah pada masa kini, dikenal dikalangan peserta didik sebagai pembelajaran yang membosankan. Tidak bervariasi atau monotonnya metode pembelajaran yang digunakan menjadi salah satu penyebab pembelajaran sejarah kurang menarik.
ADVERTISEMENT
Kondisi demikian menuntut seorang guru untuk mencari metode lain agar peserta didik dapat menikmati pembelajaran sejarah yang menarik tanpa adanya kejenuhan ataupun kebosanan.
Oleh karena itu, metode pengajaran yang dirasa cukup efektif untuk menciptakan pembelajaran sejarah yang menarik adalah dengan menggunakan metode karya wisata ke situs dan bangunan-bangunan bersejarah.
Kunjungan ke berbagai situs dan bangunan bersejarah bertujuan agar peserta didik dapat memanfaatkan sumber sejarah berupa artefak dalam pembelajaran sejarah.
Metode karya wisata memiliki kelebihan yaitu pada cara belajar yang dapat menghadirkan lingkungan sekitar dalam kegiatan belajar mengajar, mengajarkan peserta didik untuk membandingkan kondisi kenyataan yang ada di luar dengan pelajaran yang telah dipelajari, dapat membangkitkan ide/gagasan/daya kreasi peserta didik.
Menurut M. Sobry Sutikno dalam karyanya yang berjudul Metode & Model-Model Pembelajaran, metode karya wisata yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar juga dapat merangsang kreativitas peserta didik serta informasi yang diperoleh peserta didik dapat lebih luas dan actual.
ADVERTISEMENT
Langkah-Langkah Penggunaan Metode Karya Wisata dalam Pembelajaran Sejarah
Adapun beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam penggunaan metode karya wisata diantaranya sebagai berikut :
Tahap I : mempersiapkan karya wisata
Dalam tahap ini guru bertugas menentukan tujuan karya wisata yang akan dikunjungi seperti ke situs atau bangunan bersejarah. Selain itu, guru juga perlu berkoordinasi dengan peserta didik mengenai prosedur karya wisata yang akan dilakukan.
Tahap II : pelaksanaan karya wisata
Selama pelaksanaan, guru bertindak sebagai pengawas sekaligus membimbing peserta didik selama karya wisata. Selain itu, peserta didik melakukan penelitian dan mendengarkan secara cermat arahan dari guru maupun petugas situs/bangunan bersejarah.
Tahap III : mempresentasikan hasil karya wisata
Pada tahap terakhir, peserta didik mengumpulkan lembaran hasil penelitian dan mempresentasikannya di depan guru serta peserta didik lainnya.
ADVERTISEMENT