Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Sejarah Pelabuhan Internasional Panarukan di Situbondo, Jawa Timur
9 November 2023 12:05 WIB
Tulisan dari Rio Fernandes tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mendengar kata “panarukan” pastinya tidak asing bagi masyarakat Indonesia.
Kosa kata panarukan tersebut diambil dari sejarah pembangunan jalan raya Anyer-Panarukan yang dilakukan pada masa Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811).
ADVERTISEMENT
Panarukan merupakan salah satu Pelabuhan di Jawa Timur yang memiliki peranan besar dalam hal perdagangan.
Pelabuhan Panarukan menjadi salah satu pelabuhan penting di wilayah utara bagian timur Pulau Jawa dan juga memiliki julukan sebagai.
Dengan perannya yang begitu penting tersebut, Pelabuhan Panarukan diberi julukan sebagai pelabuhan internasional pada zaman dahulu.
Dalam berita klasik masa Kerajaan Majapahit, Pelabuhan Panarukan telah menjadi tempat bersandarnya kapal-kapal yang memiliki peranan dalam hal ekonomi, sosial, dan politik.
Letak strategis yang berada di “bibir” pantai utara Pulau Jawa menjadikan Pelabuhan Panarukan dilalui oleh jalur perdagangan yang ramai.
Hal tersebut mengakibatkan pada abad ke-14, Pelabuhan Panarukan menjadi salah satu pangkalan penting bagi Kerajaan Majapahit.
Keramaian jalur perdagangan di Pelabuhan Panarukan salah satunya disebabkan oleh dinamika masyarakat pesisir.
ADVERTISEMENT
Menurut catatan Masyhuri dalam Menyisir Pantai Utara, aktivitas sosial budaya bukan hanya dilakukan oleh masyarakat Jawa dan Madura saja.
“Di pesisir tersebut hadir juga nelayan dari Makasar dan Bugis untuk ikut “mengais” ikan di wilayah ini,” tulisnya.
Hadirnya kaum nelayan dari daerah lain tersebut, membentuk proses dialektika budaya kaum pesisir.
Maka, di Pelabuhan Panarukan terbentuk komunikasi dalam bahasa Jawa, akan tetapi dalam pelantunannya menggunakan logat Madura.
Di masa silam, telah terjadi istilah proses pengintegrasian ekonomi antara Jawa dan Luar Jawa di Pelabuhan Panarukan.
Menurut Howard Dick, Jawa Timur dan Jawa Tengah berperan sebagai lumbung padi bagi nusantara.
Jaringan antara Pulau Jawa bagian timur dengan wilayah nusantara bagian timur, mengindikasikan hasil suplai kebutuhan beras datangnnya dari wilayah Panarukan.
ADVERTISEMENT
Pada abad ke-19, Pelabuhan Panarukan mulai berperan sebagai tempat transit kapal-kapal pengangkut sumber daya alam milik kolonial Belanda.
Hal tersebutlah yang menjadi cikal bakal sebutan Pelabuhan Internasional bagi Pelabuhan Panarukan.
Pelabuhan Panarukan dijadikan sebagai tempat pengumpulan komoditas ekspor berupa hasil alam seperti kakao, kopi, dan gula yang nantinya akan dikirim ke luar Indonesia.
Komoditas ekspor tersebut, berasal dari daerah sekitar Panarukan seperti Bondowoso dan Jember.
Pada masa kolonial Belanda, Pelabuhan Panarukan mengalami berbagai pembangunan.
Salah satu pembangunan yang paling terkenal adalah pembangunan galangan kapal dan mercusuar pada tahun 1883.
Peran penting Pelabuhan Panarukan sebagai “Pelabuhan Internasional” rupaya tidak bertahan selamanya.
Pada masa penjajahan Jepang, Pelabuhan Panarukan mulai beralih fungsi akibat fasisme Jepang yang lebih mengedepankan untuk kebutuhan perang.
ADVERTISEMENT
Kemerosotan peranan Pelabuhan Panarukan pada puncaknya terjadi pada tahun 1960-an ketika terjadi proses nasionalisasi perusahaan asing oleh pemerintah.
Proses nasionalisasi tersebut, menjadikan kapal-kapal pengangkut sumber daya alam tidak dapat lagi bersandar di Pelabuhan Panarukan.
Pada akhirnya “eksistensi” Pelabuhan Panarukan berakhir dan hanya meninggalkan kisah bagi masyarakat daerah Panarukan dan sekitarnya.