Konten dari Pengguna

Limbah Fast Fashion di Indonesia: Ancaman Tersembunyi Bagi Lingkungan

Riqzah Hanin Salsabila 23G
mahasiswa aktif angkatan 23 ilmu admministrasi negara universitas negeri surabaya
17 November 2024 12:02 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riqzah Hanin Salsabila 23G tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber https://www.pexels.com/id-id/foto/kotor-dekil-kumuh-cemar-8800289/
zoom-in-whitePerbesar
sumber https://www.pexels.com/id-id/foto/kotor-dekil-kumuh-cemar-8800289/
ADVERTISEMENT
Di era digital sekarang dengan perkembangan ekonomi dan gaya hidup modern Indonesia, sebuah ancaman lingkungan yang sering luput dari perhatian publik kian mengemukakan yakni limbah fast fashion. Fenomena fast fashion, dengan karakteristik produksi pakaian yang murah dan pergantian tren yang begitu cepat, telah mengubah bagaimana cara kita sebagai masyarakat Indonesia berpakaian. Namun sayangnya, di balik kemudahan dan keterjangkauan yang telah ditawarkan, memiliki dampak lingkungan tersembunyi yang sangat mengkhawatirkan.
ADVERTISEMENT
Setiap tahun, jutaan ton limbah tekstil dihasilkan di Indonesia, dimana sebagian besar merupakan produk fast fashion yang dibuang dengan begitu saja setelah digunakan hanya beberapa kali atau dalam hitungan jari. Jumlah ini terus meningkat dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat. Industri fast fashion di tanah air telah berkembang pesat sehingga dalam beberapa tahun terakhi ini, dapat didorong oleh tingginya permintaan konsumen dan masuknya merek internasional. Sayangnya, perkembangan ini tidak dapat diimbangi dengan kesadaran yang akan dampak lingkungan yang ditimbulkan.
Banyak konsumen yang tidak menyadari bahwa pilihan fashion mereka lah yang berkonstribusi pada krisis lingkungan yang semakin parah. Industri ini bukan berdampak di pembuangaan sampah saja, tetapi juga mencemari tanah, air, begitu juga udara dengan zat- zat berbahaya yang dapat digunakan dalam proses produksinya. Masalah ini kian buruk akibat kurangnya infrastruktur, pengelolaan limbah yang memadai, dan regulasi yang tegas. Akibatnya, limbah fast fashion seringkali berakhir di tempat pembuangan atau bahkan dibakar, melepaskan zat- zat berbahaya ke udara dan tanah. Fast fashion ini tidak hanya menghasilkan produk yang berkualitas rendah, tetapi juga limbah yang signifikan.
ADVERTISEMENT
Misalnya, Sungai Citarum yang sudah terkenal tercemar. Kemudian ditambahkan lagi dengan limbah zat pewarna dari pabrik tekstil fast fashion ke dalamnya. Sungai ini akan berubah warna setiap minggunya—dari biru, ke merah, lalu hijau, ungu, dan seterusnya—mencerminkan pergantian cepat tren warna dalam industri fast fashion dan dampak buruknya terhadap ekosistem air. Dampak ini tidak hanya tertuju pada ekosistem air saja, tetapi juga terkait dengan penggunaan bahan kimia dan polutan yang di keluarkan ke udara oleh pabrik- pabrik tersebut.
Menurut kementrian perindustrian, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia menghasilkan sekitar 1,8 juta ton limbah tekstil per tahun. Dari jumlah tersebut, diperkirakan sekitar 60–70% atau sekitar 1,08–1,26 juta ton merupakan volume limbah dari sektor fast fashion. Hal ini menunjukan besarnya dampak industri fast fashion terhadap produksi limbah tekstil di Indonesia. Disamping itu, faktor pendorong lainnya ialah kurangnya kesadaran akan dampak lingkungan dari fast fashion berkontribusi atas penyebab masalah ini. Banyak konsumen lebih terfokus berpatokan dengan harga dan tren tanpa memperhatikan aspek berkelanjutan. Sementara dalam prioritas ekonomi, kebutuhan harga pun seringkali mengalahkan pertimbangan lingkungan dalam keputusan pembelian.
ADVERTISEMENT
Dalam menghadapi masalah limbah fast fashion di Indonesia, ada sejumlah tantangan kompleks dalam pengelolaanya. Proses perjalanan satu pasang pakaian dari pabrik hingga akhirnya di tempat pembuangan mengungkap berbagai kesulitan yang perlu diatasi. Sadari bahwa infrastruktur untuk mendaur ulang tekstil di Indonesia masih sangat minim. Di kota- kota besar sekalipun, fasilitas untuk mengelolah pakaian bekas jarang tersedia. Sebagian besar tempat pengelolahan sampah tidak dirancang untuk menangani limbah tekstil dalam jumlah yang besar, sehingga banyak pakaian bekas berakhir di tempat pembuangan dan tercampur dengan sampah rumah tangga lainya. Selain itu, ada masalah besar yang berasal dari sifat pakaian modern itu sendiri. Terbilang banyak produk fast fashion terbuat dari bahan campuran antara serat dan bahan lain sehingga dapat menghasilkan kelenturan bahan. Dengan komposisi yang beragam ini menyulitkan proses daur ulang, karena memisahkan bahan serat tersebut agar dapat di daur ulang memerlukan teknologi khusus yang belum tersedia secara luas di Indonesia. Tantangan-tantangan ini semakin rumit dengan cepatnya perubahan tren di industri fast fashion. Masalahnya, sebelum solusi untuk jenis limbah di temukan, tren baru sudah muncul dengan material atau desain yang mungkin membutuhkan pendekatan daur ulang yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Limbah dari industri fast fashion di Indonesia menjadi masalah serius yang tidak bisa diabaikan lagi. Pakaian bekas yang menumpuk tidak hanya memenuhi tempat pembuangan, tetapi juga merusak tanah, air, dan udara kita.dampaknya sudah sangat parah dan memerlukan tindakan cepat. Dibutuhkan juga kerjasama antara pemerintah, industri dan masyarakat untuk menciptakan teknologi daur ulang tekstil yang lebih baik dan dapat membangun ekosistem fashion yang lebih berkelanjutan. Perlu regulasi yang jelas, inovasi dalam cara produksi, dan perubahan dalam cara kita membeli pakaian. Dengan cara menggabungkan aturan yang baik, inovasi industri, edukasi konsumen, dan kerjasama.. Pemerintah harus membuat atau menerapkan regulasi yang lebih tegas, seperti kebijakan yang mewajibkan produsen untuk bertanggung jawab atas daur ulang produk mereka. Selain itu, memberikan insentif bagi produksi dan konsumsi yang berkelanjutan bisa mendorong peruahan yang baik. Di sisi industri, penting untuk mengembangkan bahan yang ramah lingkungan dan model bisnis yang mendukung, seperti menyewakan atau memperbaiki pakaian. Perlu adanya Edukasi terhadap konsumen juga sangat penting kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak fast fashion dan mempromosikan gaya hidup “slow fashion” dapat mengubah cara orang berbelanja. Indonesia dapat mengatasi masalah limbah fast fashion dan menuju masa depan fashion yang lebih ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Masyarakat harus bisa berubah dengan mulai menghargai pakaian yang tahan lama dan ramah lingkungan, bukan sekedar pakaian yang terlihat trendy. Dengan adanya langkah-langkah nyata dan berkomitmen bersama, Indonesia bisa menjadi contoh dalam menciptakan industri fashion yang berkelanjutan. Masa depan fashion sendiri harus mencerminkan kreativitas yang tidak hanya menarik, tetapi juga peduli akan terhadap lingkkungan. Maka saat ini adalah waktu yang tepat untuk bertindak demi masa depan fashion yang lebih baik untuk generasi mendatang.