Konten dari Pengguna

RKUHP dan Pasal 'Bubble Gum'-nya yang Pahit

Riska Carolina
UI Transnational Law Master. ELSAM HR Researcher. Arus Pelangi Law Consultant. SGRC Deputy of Internal Affairs. Selangkangan Law Expert.
15 Februari 2018 18:25 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riska Carolina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi palu hakim dan kitab undang-undang (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi palu hakim dan kitab undang-undang (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Disclaimer: Karena beberapa hari lalu UU enggak boleh kritis disahkan maka dari itu aku menyatakan atas dasar kebebasan berekspresi/berpendapat melalui konstitusi UUD 1945 menyuarakan aspirasi lewat tulisan, bukan sebagai penghinaan, maupun kritik negatif namun curhatan pribadi (yang semoga positif) selaku akademisi dan peneliti, tanpa mencela pihak manapun atau menyebut spesifik pihak tertentu. Tapi jika pihak tersebut tersinggung, ayolah jangan terlalu baperan begitu, kita sama-sama cari makan.
ADVERTISEMENT
***
Hai semua aku balik lagi nih bawa update tentang Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) yang belum sembuh ngawurnya. Kali ini tentang pasal-pasal "bubble gum" tapi rasanya pahit enggak tutti frutti. Pasal-pasal yang kalau diomongin makin sedep tapi makin kenyal kaya karet yang bisa melar dan jorok kalo ditempel sembarangan.
Kenapa disebut Pasal Karet? Karena pasalnya bisa kena ke siapa saja. Kenapa jorok? karena pikiran yang bikin aturan (entah siapa ya) suka ngebayangin yang jorok-jorok kalau ada yang berduaan di dalem kamar bobok.
Ada hal-hal yang agak rancu (buat yang ga ngerti apa itu rancu, coba tanya ambigu soalnya temenan), dari penggunaan kata dan frasa per-pasal jorok ini agak ga jelas mengincar siapa pelaku dan siapa korban, pokoknya main jeblosin penjara aja.
ADVERTISEMENT
Without any further do, Mari kita bahas pasal-pasal bubble gum yang pait ini, kuy!
RKUHP dan Pasal 'Bubble Gum'-nya yang Pahit (1)
zoom-in-whitePerbesar
Sudah dibaca? Ada yang aneh? Bingung? Yup sama aku pun....
Pasal pertama bakal disebut sebagai pasal tebak-tebak buah manggis. Di beberapa pasal tuh sering banget duga-duga umur orang, terutama di pasal cabul-cabulan. Orang waras sehat akal juga tau kali kalau anak gak boleh disentuh-sentuh secara seksual. Anak itu umurnya di bawah 18 tahun dan udah jelas dibahas di UU Perlindungan Anak. Tapi gimana kalau frasenya "patut diduga 18 tahun"? Maka masalahlah untuk kalian yang imut-imut baby face kaya akuuuh. Duga duga aja lah, gerebek, panggil polisi moga bener anak-anak, tangkap dulu verifikasi umur nanti-nanti ajalah. Kalo ternyata udah gede?
ADVERTISEMENT
Errrrr jangan salah... tenang, tenang semua kebagian penjara kok jangan kawatir.
Buat kalian-kalian yang dewasa jangan khawatir negara bukan cuma ngatur privat tapi juga ngatur cara pergumulan ranjang dengan baik dan benar. Luar biayaaaah.
Pasal selanjutnya yang gak kalah jorok dan pait bakal disebut dengan Pasal BDSM. Langsung bayangan fifty shades of grey otomatis ke-play di otak mesum kalian, ye ga? udah ngaku aja, gapapa, selama tau cara mainnya, berasaskan safe, sane, consent, yang secara harfiah artinya asal aman, waras, dan jelas ada persetujuan setelah keterbukaan informasi (Rubel & Fairfield, 2013), kenapa gak boleh?
Joroknya di mana? yak tepat, nda boleh sama negara. Tapi.... tapi... tapi...
Pasal BDSM ini nyebutin kalau orang yang maksa minta dirinya atau membiarkan dirinya dicabuli akan dipenjara.
ADVERTISEMENT
Wait what?
Adek bingung ya Lord.... maksa gak bole sih, tapi membiarkan dilakukan perbuatan cabul pada dirinya? Apaaaaaa siiiiiiiiiiiih.
Karetnya ni pasal nyebut-nyebut cabul tapi gak jelasin apa itu cabul, apa beda cabul ama perkosaan, apa batasan dari kedua kata tersebut. Apakah cabul itu pelecehan? bagaimana kalau yang membiarkan dirinya dicabuli itu konsensual? Bagaimana cara hitung beban pidananya? Bagaimana kalau kekerasan atau ancamannya sudah didiskusikan di antara mereka? Oh wow jadi kalau sama-sama dewasa pun gak bole minta digagahi? (ea bahasanya digagahi 90-an bet yak).
Wallahualam.
Pergumulan ranjang mungkin nanti akan ada panduannya pula. Macam kamasutra versi terhormat khas RUU HP.
Dan terakhir, pasal terkaret yang bisa melar ngalahin kapten lompat tali anak kelas 3 SD, pasal yang disebut.... Pasal PDA.. hahaha (ikut ketawa donk). Pasal PDA atau kalau dijabarkan panjangannya Public Display of Affection, alias pasal mesra-mesraan di depan umum atau juga dikenal sebagai pasal anti-jomblo. Pasal ini intinya tentang "melanggar kesusilaan di depan umum", apa itu kesusilaan? Nah, di sanalah misterinya...
ADVERTISEMENT
RUU HP yang kalau dibaca anak hukum yang penuh dosyah, calon penghuni sel dan neraka ini lama-lama makin pait karena pegangan tangan pake tatap-tatapan manja juga bisa jadi adalah pelanggaran kesusilaan. Jangan deh ngira ini bakal kena ke pasangan sesama jenis aja (baca: hubungan terlarang antara jin dan manusia misalnya). Pasal PDA ini bisa menggagalkan usaha pedekate dan uang saku kalian buat bayar tiket bioskop untuk duduk di pojokan. Lucunya lagi pasal PDA ini ditekankan gaj boleh dilakukan di depan barisan perih para jomblo yang tidak kuat hati menyaksikan unyu-unyuan kalian ala Dilan dan Milea.
Jadi harapan besarnya (harapan ya bukan mandi besar), semoga ada penjelasan lebih lanjut mengenai pasal-pasal bubble gum ini. Semoga lagi nih, ada sosialisasi ke masyarakat tentang isu-isu sensitif tanpa dipolitisasi supaya tepat sasaran dan gak ngincar selakangan terus. Akhir curhatan, sekedar mengingatkan nih, tolong dicek lagi pasal-pasal yang seharusnya berdiri sendiri agar tidak multitafsir dan menimbulkan kesan pembuat aturan sedang ngantuk, butuh asupan kopi dan kasih sayang.
ADVERTISEMENT
Informasi seputar RKUHP / RUU HP bisa langsung mengakses website “Aliansi Reformasi KUHP di http://reformasikuhp.org/r-kuhp/,
***
Penulis: Riska Carolina, sumpah sudah master. Suka pakai suspender biarpun ga matching sama baju dan celana.