Konten dari Pengguna

Dampak Bullying yang Menyebabkan Depresi dan Cara Mengatasinya Pada Anak Remaja

Riska Dewi Andriyani
Saya seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
30 Desember 2022 19:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riska Dewi Andriyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ilustrasi depresi (sumber : Pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi depresi (sumber : Pixabay.com)
Depresi itu maksudnya apa sih?
Depresi adalah suatu gangguan kesehatan mental yang muncul secara tiba-tiba. Remaja masa kini sangat rentan mengalami depresi karena permasalahan yang dihadapinya. Seseorang yang mengalami depresi selalu merasa rendah diri dan memiliki rasa percaya diri yang rendah.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah jurnal yang saya baca, menyatakan bahwa depresi adalah salah satu masalah kesehatan mental terbesar saat ini yang mendapat perhatian serius. Di negara berkembang, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa depresi akan menjadi salah satu gangguan kesehatan mental yang paling umum, dan depresi berat menjadi penyebab kematian kedua setelah serangan jantung pada tahun 2020. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 1980, hampir 20-30% pasien rumah sakit di negara berkembang menderita gangguan mental, seperti depresi (Dirgayunita, 2016:3).
Ciri-ciri seseorang yang mengalami depresi adalah memiliki konsentrasi yang menurun, hilangnya nafsu makan, selalu berpikir untuk mengakhiri hidup dan selalu merasa bersalah dalam keadaan apa pun. Seseorang yang depresi biasanya juga mempunyai pemikiran yang jelek atau pesimis terhadap dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
ilustrasi bullying (sumber : pixabay.com)
Apa sih, penyebab dari depresi?
Salah satu kasus yang menjadi penyebab depresi pada remaja adalah bullying. Seperti pada jurnal psikologi yang menyatakan di berbagai penelitian tentang topik bullying mengonfirmasi temuan bahwa korban bullying mengalami gangguan depresi lebih sering daripada remaja yang belum pernah mengalami bullying.
Sebuah studi oleh Fekkes, Pijpers dan Verloove-Vanhorick (2004) menunjukkan bahwa korban bullying mengalami tiga kali lebih banyak depresi sedang dan tujuh kali lebih parah daripada individu yang tidak mengalami bullying (Ramadhani & Retnowati, 2013:75).
Banyak di sekitar kita korban dari bullying yang takut untuk bercerita tentang pengalaman dirinya saat kejadian. Korban bullying akan merasa terus ketakutan untuk menjalani hari-hari yang dihadapinya. Pelaku pun tidak merasa bersalah atas perilakunya terhadap korban. Oleh karena itu, bullying bukan hal yang harus dinormalisasikan di kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi bullying yang sampai menyebabkan korban menjadi depresi.
ADVERTISEMENT
Seperti pada Berita Kedokteran Masyarakat menyatakan bahwa, angka kasus bullying di kalangan remaja SMA sangat tinggi, dengan mayoritas remaja yang mengalami bullying adalah sebesar 49%. Remaja yang mengalami perundungan verbal mencapai 47%. Contoh perundungan verbal, misalnya dipanggil dengan nama yang tidak mereka sukai dan sering ditertawakan teman (Marela, dkk, 2017:46).
Kita semua pasti tahu, seseorang yang memiliki pengalaman bullying akan mempunyai tekanan yg sangat berat, menurunnya konsentrasi belajar, turunnya prestasi di sekolah dan memiliki rasa takut untuk menghadapi kehidupan di lingkungan yang baru.
Kasus bullying memang harus ditangani lebih lanjut oleh pihak-pihak yang berwenang. Misal, kasus bullying yang terjadi di sekolah, maka pihak sekolah harus mengusut tuntas kejadian itu dan memberikan sanksi kepada pelaku bullying secara adil. Karena jika tidak ditangani, kasus bullying akan terus ada di mana-mana dan pelaku tidak merasa bersalah atas perbuatannya.
ADVERTISEMENT
Seseorang yang menderita depresi karena bullying tidak mempunyai penanganan yang baik untuk dirinya sendiri. Ada beberapa tips untuk mengatasi depresi pada remaja yang disebabkan oleh bullying, yaitu:
ADVERTISEMENT
Karena sudah banyak di sekitar kita kejadian bullying yang sampai menyebabkan depresi pada kalangan remaja. Jadi, dapat disimpulkan kita harus lebih responsif terhadap gangguan depresi yang ada di sekitar. Kita bisa berteman baik dengan orang yang menderita depresi dalam hal mengurangi rasa kesepiannya. Oleh karena itu, mencegah lebih baik dan mengurangi tingkat risiko seseorang menjadi depresi.
Daftar Pustaka
Dirgayunita, A. 2016. Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya. Jurnal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi, 1(1), 3.
Marela, G., Wahab, A., da Marchira, C. R. 2017. Bullying verbal menyebabkan depresi remaja SMA Kota Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat, 33(1), 46.
Ramadhani, A., dan Retnowati, S. 2013. Depresi Pada Remaja Korban Bullying. Jurnal Psikologi, 9(2), 75.
ADVERTISEMENT