Konten dari Pengguna

Mengupas Efektivitas Program PMT: Solusi Atasi Gizi Buruk atau Hanya Sementara?

Riska putriadi
Mahasiswa program studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Konsentrasi peminatan Sosiologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18 Desember 2024 18:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riska putriadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gizi buruk pada balita masih menjadi masalah besar di Indonesia, dengan dampak jangka panjang yang tidak hanya terkait kesehatan, tetapi juga sosial-ekonomi. Meskipun ada berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini, seperti program Pemberian Makanan Tambahan (PMT), masih banyak tantangan yang perlu diperhatikan. Data dari SSGI 2021 menunjukkan adanya penurunan prevalensi stunting dari 30,8% pada 2018 menjadi 24,4% pada 2021, namun angka ini masih jauh dari target nasional yang seharusnya berada di bawah 20%. Selain itu, angka wasting, yang menunjukkan gizi buruk akut, justru mengalami kenaikan. Inilah yang menjadi sorotan utama, karena perbaikan yang terjadi belum cukup signifikan dan ada indikasi bahwa pelaksanaan program PMT belum optimal.
ADVERTISEMENT
Permasalahan yang menjadi fokus dalam tulisan ini adalah efektivitas dari program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam mengatasi gizi buruk dan stunting pada balita. Meskipun program ini diharapkan dapat membantu memperbaiki status gizi anak-anak melalui pemberian makanan tambahan yang kaya nutrisi, pelaksanaannya masih menghadapi beberapa kendala yang mempengaruhi hasil yang diinginkan.
Mengapa isu ini penting untuk dibahas? Karena masalah gizi buruk pada balita tidak hanya mempengaruhi kondisi fisik mereka, tetapi juga dapat mengganggu perkembangan mental dan sosial mereka,
Jika tidak ditangani dengan baik, kekurangan gizi ini dapat menyebabkan gangguan dalam kemampuan berpikir dan belajar anak, yang akhirnya dapat membatasi potensi generasi muda Indonesia di masa depan. Selain itu, stunting juga membawa dampak sosial-ekonomi jangka panjang yang merugikan bangsa, seperti meningkatnya beban pembiayaan kesehatan dan penurunan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, penanganan masalah gizi buruk dan stunting ini sangat penting bagi kesejahteraan masa depan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data yang ada dan kondisi yang tengah dihadapi, Penulis berpendapat bahwa program PMT memegang peran krusial dalam memperbaiki status gizi anak, tetapi ada sejumlah masalah yang harus dibenahi agar program ini bisa lebih efektif. Dalam jangka pendek, program PMT terbukti mampu meningkatkan status gizi balita, seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian yang mencatat peningkatan berat dan tinggi badan balita penerima PMT. Namun, setelah program berakhir, ada kecenderungan bahwa kondisi gizi balita tidak bertahan lama. Hal ini disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu ketidakadanya keberlanjutan pola makan sehat setelah program selesai dan kendala dalam distribusi yang tidak selalu tepat sasaran. Distribusi makanan yang kurang tepat sasaran membuat banyak keluarga yang tidak benar-benar membutuhkan bantuan malah menerima makanan tambahan tersebut. Selain itu, pentingnya edukasi kepada orang tua agar mereka bisa menjaga pola makan sehat bagi anak mereka setelah program berakhir seringkali diabaikan. Tanpa pemahaman yang baik mengenai gizi yang seimbang, kebiasaan makan buruk akan kembali diterapkan oleh keluarga setelah bantuan makanan tersebut dihentikan. Dengan demikian, Penulis berpendapat bahwa PMT perlu dirancang lebih holistik dan berkelanjutan agar hasilnya dapat dirasakan dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Dokumentasi foto tersebut dari salah satu orang tua yang menerima program makanan bergizi
Ada beberapa alasan mengapa penulis berpendapat demikian. Pertama, distribusi makanan tambahan yang tepat sasaran sangat penting untuk memaksimalkan dampak program. Pengumpulan data penerima manfaat harus dilakukan secara lebih teliti, karena hanya keluarga dengan risiko gizi buruk yang harusnya mendapatkan bantuan tersebut.
Kedua, jenis makanan tambahan yang diberikan harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi balita. Misalnya, makanan yang mengandung protein dan zat besi sangat dibutuhkan untuk mendukung perkembangan otak dan fisik balita.
Ketiga, program ini perlu diiringi dengan edukasi kepada orang tua. Setelah program selesai, orang tua harus mengetahui cara untuk mempertahankan pola makan bergizi bagi anak mereka agar perubahan dalam status gizi anak dapat bertahan. Tanpa adanya pemahaman yang baik di kalangan orang tua, program PMT cenderung hanya memberikan perbaikan sementara tanpa memperhatikan keberlanjutan di masa depan. Selain itu, dukungan dari petugas kesehatan dan fasilitator lokal di posyandu juga sangat penting agar implementasi di lapangan bisa berjalan lancar dan hasilnya maksimal.
ADVERTISEMENT
Evaluasi mendalam terhadap prosedur efektif dan tidak efektif dari program PMT juga perlu dilakukan. Dalam aspek yang efektif, pengawasan yang ketat dan pendampingan keluarga selama dan setelah pemberian makanan tambahan sangatlah penting. Pelaksanaan program PMT yang melibatkan petugas kesehatan di posyandu akan memperkuat implementasi di lapangan, karena mereka lebih mengenal kondisi tiap keluarga dan dapat memberikan arahan yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu, program harus dilengkapi dengan prosedur yang memastikan makanan yang diberikan memang sesuai dengan kekurangan gizi yang dialami oleh balita. Hal ini bisa dicapai dengan melibatkan ahli gizi untuk merancang menu yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan dasar gizi anak. Namun, dalam hal ketidakefektifan, masalah utama yang harus diperbaiki adalah distribusi yang tidak tepat sasaran dan kurangnya edukasi gizi kepada orang tua. Tanpa keterlibatan orang tua dalam menjaga pola makan sehat setelah program berakhir, peningkatan status gizi hanya akan berlangsung sementara. Selain itu, akses yang tidak merata di daerah terpencil dan keterbatasan logistik juga menjadi kendala yang memperburuk ketimpangan dalam pencapaian tujuan program. Agar program PMT benar-benar efektif, perlu ada perubahan menyeluruh dalam pendekatan, mulai dari perbaikan akurasi data penerima manfaat hingga penguatan edukasi kepada keluarga dan distribusi yang lebih tepat sasaran.
ADVERTISEMENT