Konten dari Pengguna

Dinamika Geopolitik di Kutub Utara di Tengah Perubahan Iklim

Riska Ramadana
Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Mulawarman
23 April 2024 17:13 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riska Ramadana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.freepik.com/free-vector/flat-winter-north-pole-background_34640273.htm#fromView=search&page=1&position=4&uuid=866cbfd3-a63a-42f5-bff6-cd5fe7a28a72
zoom-in-whitePerbesar
https://www.freepik.com/free-vector/flat-winter-north-pole-background_34640273.htm#fromView=search&page=1&position=4&uuid=866cbfd3-a63a-42f5-bff6-cd5fe7a28a72
ADVERTISEMENT
Kutub Utara atau Arktik telah lama menjadi titik pertikaian antara negara-negara paling kuat di dunia. Dari Amerika Serikat hingga Rusia dan Tiongkok, tiga negara paling kuat di dunia berlomba-lomba untuk menguasai Kutub Utara atau Daratan Arktik. Meningkatnya persaingan internasional akan Meningkatkan jumlah pengeluaran militer dan penempatan pasukan khusus di wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Hal ini bertujuan untuk mendapatkan dan mempertahankan klaim atas Kutub Utara dan juga kepentingan individu masing-masing negara. Negara- negara adidaya ini menginginkan klaim atas Kutub Utara akibat sumber daya melimpah yang dimilikinya.
Meskipun wilayah Kutub Utara mungkin terlihat keras dan berlapis es, sebenarnya mereka menyimpan beragam sumber daya alam yang belum banyak di eksplorasi, seperti:
1. Bahan Bakar Fosil
Bahan Bakar Fosil seperti Minyak dan Gas alam, merupakan sumber daya alam yang paling potensial di wilayah Kutub Utara. Para ahli geologi memperkirakan bahwa Kutub Utara memiliki sekitar 13 persen dari cadangan minyak bumi yang belum ditemukan di dunia, ditambah sekitar 30 persen dari cadangan gas alam yang belum ditemukan. Namun pada kuartal terakhir abad ke-20, perusahaan mulai mengekspor minyak dari North Slope yang terkenal di Alaska.
ADVERTISEMENT
2. Sumber Daya Mineral
Mineral adalah sumber daya alam lain yang sangat berharga di daerah kutub utara. Uranium, tungsten, nikel, tembaga, emas, dan berlian adalah di antaranya. Sumber daya mineral ini sebagian besar belum tersentuh, karena alasan yang sama dengan sumber daya bahan bakar fosil Kutub Utara. Namun beberapa operasi pertambangan juga sudah mulai dilakukan untuk mencapai sumber daya mineral ini.
3. Sumber Daya Biologis
Meskipun dingin dan terpencil, Kutub Utara adalah rumah bagi beragam sumber daya biologis alami. Sebagai wilayah yang luas, kutub utara memiliki pasokan air tawar yang banyak, meskipun sebagian besar terkunci dalam es. Mamalia laut besar, seperti paus dan anjing laut, menghuni lautan di sekitar, begitu pula spesies ikan seperti salmon dan kod, yang mendukung perikanan komersial yang menguntungkan. Burung-burung dari seluruh dunia berdatangan ke wilayah kutub utara pada musim panas untuk berkembang biak, dan hewan besar seperti rusa, caribou, dan beruang kutub bermigrasi melintasi lanskap, menyediakan sumber daya makanan penting bagi masyarakat asli.
ADVERTISEMENT
Perubahan Iklim di Kutub Utara
https://www.freepik.com/free-photo/cloudy-nature-landscape-by-lake_26324442.htm#fromView=search&page=1&position=17&uuid=866cbfd3-a63a-42f5-bff6-cd5fe7a28a72
Perubahan iklim yang terjadi secara mendasar mengubah lanskap keamanan dan ekonomi di Kutub Utara. Kecepatan es kutub utara mencair telah jauh melampaui prediksi yang dibuat pada tahun 2006. Es laut kini terus menurun sebesar 12,85 persen setiap dekade, dan menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim/Intergovernmental Panel on Climate Change, suhu meningkat dua kali lebih cepat di Kutub Utara dibandingkan rata-rata global. Sebagian pantai Alaska telah tererosi sejauh 2.500 kaki selama 60 tahun terakhir karena Permafrost (Tanah Beku Abadi) yang mencair melemahkan tanah, air dari es laut menciptakan gelombang yang lebih kuat, dan suhu yang meningkat menyebabkan badai yang lebih kuat. Studi terbaru menemukan bahwa 69 persen dari semua infrastruktur Kutub Utara saat ini terletak di daerah di mana Permafrost diperkirakan akan mencair pada tahun 2050. Departemen Pertahanan Amerika Serikat telah memperingatkan bahwa, jika erosi pantai dan Permafrost semakin mencair maka akan semakin menimbulkan tantangan struktural bagi situs radar peringatan dini dan infrastruktur komunikasi di pangkalan Angkatan Udara Amerika Serikat di Alaska dan Thule, Greenland. Bahkan, setidaknya tiga stasiun radar peringatan rudal jarak jauh di Alaska—bagian dari Sistem Radar Alaska yang dioperasikan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat—sudah menghadapi ancaman iklim terhadap infrastruktur akibat erosi pantai dan Permafrost yang mencair. Sebagai hasilnya, militer Amerika Serikat harus mengandalkan pelabuhan air dalam lepas pantai dan arsitektur adaptif untuk memastikan instalasi militer dan komersial tidak semakin terdegradasi.
ADVERTISEMENT
Kondisi Iklim ini akan membentuk kembali peluang ekonomi, energi, dan perdagangan di wilayah Kutub Utara. Saat gas alam, minyak, dan unsur-unsur tanah yang sebelumnya tidak mudah untuk ditemui menjadi lebih mudah diakses, kemitraan ilmiah dan ekonomi yang mengejutkan terbentuk antara negara-negara Nordik dengan Rusia dan China. Rute Laut Utara (Northern Sea Route/NSR), yang dikuasai oleh Rusia, mempersingkat waktu pengiriman dari pasar Eropa ke China hingga 40 persen dibandingkan dengan rute lainnya. Saat ini, NSR dapat dilayari hanya selama tiga hingga empat bulan setiap tahunnya, tetapi dengan kemungkinan meningkatnya pencairan tutup es dan perkembangan lainnya mungkin dapat membuat rute pengiriman ini tersedia sepanjang tahun pada tahun 2030. Kondisi yang berubah menciptakan peluang bagi kemitraan antara China dan Rusia untuk mengembangkan NSR dan mengekstrak sumber daya alam di sepanjang perbatasan utara Rusia. Menurut beberapa perkiraan, pada tahun 2040 jalur transit ketiga (dikenal sebagai Jalur Laut Polar) akan dapat dilayari sebagian besar tahun, memfasilitasi pengiriman komersial.
ADVERTISEMENT
Jadi dapat disimpulkan bahwa Dinamika geopolitik di Kutub Utara semakin berkembang dalam era perubahan iklim. Persaingan antarnegara, terutama antara Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok, semakin intens untuk menguasai wilayah ini dan mendapatkan akses ke sumber daya alam yang melimpah. Meskipun Kutub Utara terlihat keras dan terjal, sumber daya seperti bahan bakar fosil, mineral, dan biologis menarik perhatian negara-negara tersebut. Perubahan iklim yang cepat, terutama mencairnya es dan permafrost, mengubah lanskap keamanan dan ekonomi di wilayah ini, memaksa militer untuk menyesuaikan strategi dan infrastruktur mereka. Sementara itu, perubahan iklim juga membuka peluang baru dalam perdagangan dan eksploitasi sumber daya, terutama dengan munculnya rute baru seperti Rute Laut Utara yang mempersingkat waktu pengiriman. Dengan demikian, Kutub Utara menjadi panggung penting bagi dinamika geopolitik global dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
ADVERTISEMENT