Melepas Rindu, Semarak Pulang Kampung dengan Menempuh Memori Nostalgia

Riska Fatma Meinarty
Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
19 Mei 2022 19:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riska Fatma Meinarty tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perjalanan Mudik. Heri dan keluarga sedang dalam perjalanan menuju kampung halaman di Tasikmalaya. Kemacetan terjadi di gerbang Tol Cilenyi sejauh 1 KM,Selasa (3/5). (Foto: Tiwi Heryanti)
zoom-in-whitePerbesar
Perjalanan Mudik. Heri dan keluarga sedang dalam perjalanan menuju kampung halaman di Tasikmalaya. Kemacetan terjadi di gerbang Tol Cilenyi sejauh 1 KM,Selasa (3/5). (Foto: Tiwi Heryanti)
ADVERTISEMENT
Ratusan ribu kendaraan roda empat berjalan merayap, memadati Jalur Selatan Jawa, Kawasan Limbangan. Suara samar mesin mobil serta pedagang asongan yang menjajakan makanan atau minuman turut meramaikan kemacetan di sepanjang jalur mudik.
ADVERTISEMENT
Lantunan musik nostalgia berjudul Guru Oemar Bakrie milik Iwan Fals menemani keluarga Heri (53) dalam perjalanan menuju kampung halaman di Tasikmalaya. Fenomena macet saat pulang kampung menjadi sebuah memori nostalgia bagi Heri, apalagi sejak dua tahun terakhir terdapat larangan mudik. Baginya, cukup banyak hal menarik selama perjalanan pulang kampungnya pada Selasa (3/5) lalu.

Sensasi Tradisi Mudik kembali setelah Dua Tahun

ADVERTISEMENT
Heri menceritakan, ia dan keluarga memilih hari kedua untuk mudik karena ingin merasakan lebaran di dua kota. Hari pertama ia utamakan di kota tempatnya tinggal, Bandung. Kemudian, di hari kedua, merayakan lebaran di kampung halaman istrinya. Hal ini karena suasana salat Idul Fitri di kotanya lebih khidmat serta bisa berhalal bihalal dengan para tetangga di Bandung.
Istri Heri, Yanti (48) menuturkan, hari kedua lebaran dihabiskan di kampung halamannya karena di hari pertama, biasanya ada saudara-saudara dari suaminya yang berkunjung ke rumah. Jadi, tahun ini keluarganya berkesempatan menyambut mereka.
Menurut Heri, fenomena pulang kampung di tahun 2022 mendapatkan antusiasme yang tinggi karena pemerintah memberikan kebebasan untuk pulang kampung dengan memenuhi syarat protokol kesehatan. Tingginya antusiasme warga ini menyebabkan perjalanan mudik selama minggu lebaran akan terhambat kemacetan. Heri menuturkan, waktu yang dihabiskan selama perjalanan mudik pun bisa mencapai dua kali lipat dari perjalanan di waktu-waktu biasa.
ADVERTISEMENT

Memori Sensasi Macet di Perjalanan Mudik

Yanti menceritakan hal unik di perjalanan saat terjadi kemacetan di Kawasan Rancaekek, terdapat dua remaja laki-laki yang berlari di trotoar sebelah kanan. Setelah diperhatikan, mereka mengejar mobil rombongannya sambil membawa bungkusan berisi camilan dari minimarket. Yanti bertutur, meskipun, kondisi saat itu sedang macet, mereka berlari cukup jauh.
ADVERTISEMENT
Putri sulung Heri dan Yanti, Tiwi Heryanti (26) menceritakan saat macet ia mencoba beberapa makanan yang dijual pedagang asongan di daerah Malangbong – Limbangan – Gentong. Menurutnya, beberapa makanan ada yang rasanya enak, tetapi ada juga yang sudah berbau mendekati basi. Harganya cukup seragam mulai dari Rp5.000 – Rp10.000 per porsi.
Tiwi juga menceritakan hal unik saat di daerah Limbangan. Saat mereka memutuskan mematikan AC dan membuka jendela mobil, terdapat seekor lebah yang masuk dan membuat kegaduhan di dalam mobil. Lebah sempat terbang ke arah Heri yang sedang mengemudi sebelum berputar ke arah barang-barang di belakang. Tiwi yang takut dengan lebah, memaksa Yanti turun tangan mengusir lebah tersebut keluar dari mobil.
ADVERTISEMENT
Kejadian unik yang terjadi sekitar pukul 13.30 WIB ini menjadi yang pertama bagi Tiwi. Biasanya ia melihat wartawan televisi yang sedang siaran langsung di trotoar jalan, tetapi kejadian ini lain, karena wartawan yang meliput, turut ikut dalam kemacetan di Kawasan Gentong.
Menurut Heri, tradisi macet saat mudik di tahun 2022 memang seru karena dapat merasakan sensasi yang terjadi setahun sekali, tetapi kemacetan yang mengular di Cicalengka membuatnya memilih jalur alternatif. Kepadatan yang luar biasa serta panas matahari yang mulai naik ke atas kepala semakin mendukung Heri membanting setir melalui jalur Cicalengka lama. Jalan yang tidak begitu lebar itu, banyak dilalui kendaraan roda dua. Heri mengatakan, masih jarang kendaraan roda empat dengan nomor plat luar kota melalui jalur tersebut, hal ini tentunya menguntungkannya memangkas waktu perjalanan.
ADVERTISEMENT
Memori Spesial Keluarga Heri. Jalan tol bernuansa nostalgia yang mengingatkan keluarga Heri dengan perjalanan mudik, Tol Cileunyi, Selasa (3/5). (Foto: Tiwi Heryanti)
Heri dan keluarga menghabiskan perjalanan Bandung – Tasikmalaya selama 8 jam padahal biasanya hanya menghabiskan waktu 3-4 jam. Meskipun, membutuhkan waktu dua kali lipat dan melelahkan, sensasi memori nostalgia karena macet yang hanya dirasakan saat lebaran ini menjadi pengalaman yang menarik bagi mereka. Ragam pengalaman unik yang tidak terlupakan selama perjalanan menjadi kisah yang terukir di hari raya.
***