Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Pemanasan Global, Ancaman Nyata untuk Ekonomi yang Tidak Bisa Lagi Diabaikan
15 Januari 2025 9:19 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Riski Yanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemanasan global bukan lagi sekadar isu lingkungan yang jauh dari keseharian kita. Peringatan Menteri Keuangan baru-baru ini menggarisbawahi bahwa dampaknya bisa melumpuhkan perekonomian global, termasuk Indonesia. Sri Mulyani mengungkapkan “Berbagai studi menunjukkan skenario terburuk yang dapat ditimbulkan oleh perubahan iklim adalah penurunan PDB hingga 10% pada tahun 2025," pada Standard Chartered’s Decarbonisation Opportunities in ASEAN pada Jumat (6/9) di Jakarta. Dengan cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi, kerusakan infrastruktur, dan gangguan pada sektor strategis seperti pertanian, dampak pemanasan global kini terasa di setiap lini kehidupan.
ADVERTISEMENT
Namun, mengapa pernyataan ini begitu penting, dan bagaimana kita memahaminya dalam kerangka besar perubahan? Di sinilah teori agenda setting memainkan peran penting. Teori ini menjelaskan bagaimana media, dengan memilih isu tertentu untuk disoroti, dapat memengaruhi persepsi publik tentang apa yang paling mendesak untuk diperhatikan.
Ketika Pemanasan Global Masuk Agenda Utama
Selama ini, isu lingkungan sering dianggap berada di luar radar prioritas masyarakat dan pemerintah. Namun, ketika Menteri Keuangan berbicara, pesan tersebut membawa bobot yang berbeda. Dengan menyoroti hubungan antara pemanasan global dan stabilitas ekonomi, ia menggeser pemahaman publik: ini bukan lagi soal es kutub yang mencair, tetapi ancaman nyata terhadap kesejahteraan sehari-hari.
Misalnya, gangguan pada sektor pertanian akibat cuaca ekstrem dapat menyebabkan lonjakan harga pangan, yang pada gilirannya memengaruhi daya beli masyarakat. Kerugian akibat bencana alam yang lebih sering juga menambah beban fiskal negara, memaksa pemerintah untuk mengeluarkan dana lebih besar untuk mitigasi dan pemulihan.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Menteri Keuangan ini membuka jalan bagi media untuk menjadikan pemanasan global sebagai isu prioritas, menarik perhatian publik, dan akhirnya mendorong perubahan kebijakan.
Mengapa Ekonomi dan Iklim Tak Terpisahkan?
Bayangkan ini: sebuah banjir besar melumpuhkan kota-kota besar di Indonesia. Tidak hanya rumah yang terendam, tetapi juga pusat bisnis, transportasi, dan distribusi. Kerugian ekonomi langsung mencapai triliunan rupiah. Sementara itu, industri seperti pertanian, perikanan, dan pariwisata—yang sangat bergantung pada stabilitas iklim—perlahan runtuh.
Pemanasan global memperburuk ketidakpastian ini. Jika kita tidak bertindak, ancaman terhadap ketahanan pangan, energi, dan infrastruktur akan semakin nyata. Sayangnya, kerugian ini sering kali tidak diperhitungkan dalam rencana ekonomi jangka panjang.
Namun, Menteri Keuangan mengingatkan bahwa investasi dalam mitigasi iklim bukanlah pengeluaran semata, melainkan bentuk perlindungan aset nasional. Dari pembangunan infrastruktur yang tahan bencana hingga transisi ke energi terbarukan, semua itu adalah langkah untuk memastikan stabilitas ekonomi di masa depan.
ADVERTISEMENT
Mendorong Kebijakan melalui Agenda Setting
Teori agenda setting menunjukkan bahwa isu yang konsisten disoroti media akan menjadi perhatian utama masyarakat. Ketika media menyoroti pernyataan Menteri Keuangan secara mendalam, pesan tersebut dapat mengubah cara kita memandang prioritas pembangunan.
Tidak hanya itu, tekanan dari publik yang terinformasi akan memaksa pemerintah untuk menjadikan pemanasan global sebagai agenda kebijakan utama. Alokasi anggaran untuk riset, edukasi, dan inovasi di bidang mitigasi iklim dapat meningkat, sekaligus membuka peluang ekonomi baru di sektor hijau.
Dari Wacana ke Aksi
Pernyataan Menteri Keuangan harus menjadi titik awal untuk membangun kesadaran kolektif. Namun, ini tidak cukup jika hanya berhenti pada tataran wacana. Dibutuhkan sinergi antara media, masyarakat, dan pembuat kebijakan untuk mengubah narasi menjadi aksi nyata.
ADVERTISEMENT
Dengan menempatkan pemanasan global dalam agenda utama, kita bukan hanya menyelamatkan lingkungan, tetapi juga melindungi perekonomian dari kehancuran. Jika tidak sekarang, kapan lagi? Waktunya bertindak adalah sekarang—sebelum pemanasan global mengambil lebih banyak dari yang mampu kita bayar.