Konten dari Pengguna

Mahasiswa, Roti Aoka, dan Penghujung Bulan

Risky Ristiandy
Betiong Thinktank Center. Aktivis Lingkungan Kader Hijau Muhammadiyah Belitung.
24 Juli 2024 10:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Risky Ristiandy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sorang perempan yang sedang memilih roti di toko roti. Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Sorang perempan yang sedang memilih roti di toko roti. Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sudah beberapa hari ini Duta, seorang mahasiswa kedokteran di salah satu universitas swasta di Yogyakarta, tidak berkunjung ke toko Mas Valen. Padahal biasanya setiap pagi dia selalu berbelanja. Barang yang dia beli pun template: sebungkus roti Aoka rasa vanila dan sebotol kopi. Ini sudah dia lakukan sejak jadi mahasiswa baru tahun 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Sudah lebih dari empat tahun Duta jadi pelanggan setia toko Mas Valen yang ada di Bumijo itu. Sebagai mahasiswa rantau yang uang belanjanya terbatas, roti Aoka yang harganya hanya Rp 2.500 dijadikan pilihan sarapannya. Setiap hari pun roti dan rasanya tidak berubah: Aoka vanila.
Ilustras seorang pria yang memegang handphone. Sumber: freepik.com
Namun sejak muncul pemberitaan roti tersebut mengandung bahan kimia berbahaya, tampaknya Duta mulai ragu dan mengurungkan niat membeli roti kesukaannya. Saat ditanya, kenapa ia tak beli roti Aoka lagi. Jawabannya sederhana: menurut berita roti ini mengandung bahan berbahaya.
Ternyata sekelas anak kedokteran pun tetap terpengaruh berita yang masih simpang siur. Ya memang begitulah, di era sekarang ini, pemberitaan yang muncul entah di media digital atau televisi bisa dengan cepat mempengaruhi persepsi publik.
ADVERTISEMENT
Kehebohan roti Aoka yang disinyalir oleh beberapa orang dari KADIN Kalimantan Selatan mengandung bahan berbahaya sampai dengan kosmetik. Hal itu kemudian viral dan bikin gaduh publik.
Sejatinya sebagai generasi masa kini yang punya daya kritik yang tinggi, viralnya mnasalah ini yang bermula dari orang-orang KADIN saja sudah patut dicurigai. Setiap yang berhubungan dengan KADIN, baunya sudah pasti adalah bisnis.
Ya, persaingan makanan murah namun berkualitas menjadi trend hari ini. Banyak juga pemberitaan menyatakan bahwa industri roti lokal tersaingi. Mereka menjual roti dengan harga lebih mahal dan bahkan ukuran serta rasanya juga tidak seenak Aoka.
Tentu, dalam melihat hal ini kita tidak boleh tergesa-gesa. Keuntungan roti Aoka, adalah segmentasi pasar mereka yang luas, karena tidak hanya satu kawasan melainkan hampir seluruh wilayah Indonesia. Sehingga penjualan mereka juga tinggi dan mampu mendapatkan keuntungan yang setimpal.
ADVERTISEMENT
Pemberitaan yang simpang siur serta terkesan menjatuhkan pihak kompetitor adalah jalan bagi banyak warga Indonesia era ini. Sama halnya dengan kasus roti Aoka. BPOM Riau di beberapa media memberitakan bahwa roti Aoka aman. Lantas, kenapa tiba-tiba beredar kabar tidak jelas tentang bahan berbahaya di roti Aoka. Mengapa?
Jawabannya sederhana. Karena mereka tidak mampu bersaing dan berinovasi, sehingga jalan pintas yang paling cepat adalah dengan membuat opini dan membuat berita dan atau stigma jelek terhadap kompetitor.
Perlakuan yang sama juga dialami mi instan asal Indonesia di beberapa negara seperti Hongkong. Karena trend dan pamor dari brand lokal yang jatuh, akhirnya diembuskan isu dan berita bahwa mi asal Indonesia mengandung bahan berbahaya.
ADVERTISEMENT
Sama halnya dengan apa yang dialami Aoka hari ini. Persaingan jahat dalam dunia bisnis benar adanya dan bahkan mampu untuk menghancurkan bisnis lawan. Penyebaran tuduhan tanpa afanya validasi argumentasi merupakan bentuk rendahnya etika bisnis yang dipakai.
Gambar seorang anak laki-laki yang sedang memaan roti. Sumber: freepik.
Bayangkan, roti Aoka yang harganya murah, diminati banyak masyarakat, dan terkhusus kalangan mahasiswa seperti Duta. Jikalau sampai nanti roti Aoka tutup karena fitnah, mereka harus membeli roti yang ukurannya kecil dengan harga mahal.
Malangnya nasib mahasiswa, terutama yang merantau. Namun, begitulah persaingan bisnis. Tidak memikirkan apakah orang bisa dan mampu membeli roti mereka yang kecil dan mahal, apalagi di penghujung bulan. Dengan mematok harga tinggi dan menjatuhkan lawan, itu adalah cara termurah dan efektif untuk bisa melawan kompetitor dan meraup keuntungan.
ADVERTISEMENT
Mari kita tunggu tentang kebenaran seputar bahan berbahaya dalam roti Aoka. Jika tidak ada, maka negara harus turun tangan dalam menindak bentuk persaingan usaha yang tidak sehat seperti penyebaran fitnah dan pencemaran nama baik perusahaan.
Ataupun jika benar mengandung bahan berbahaya dan ternyata ada kelalaian dari pengawas makanan, maka harus ditindak tegas bagi mereka yang menyalahi aturan dan berperilaku korup. Agar nantinya tidak merugikan konsumen.