Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pilkada Belitung Timur 2024: Akankah Kutukan Incumbent itu Nyata?
21 Juli 2024 13:54 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Risky Ristiandy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pilkada serentak 2024 sudah memasuki proses coklit data pemilih. Di saat yang bersamaan, para kontestan terus berjuang atas bawah untuk melobby para petinggi partai politik agar dapat kendaraan. Sedangkan ke bawah, mereka gencar mencuri start kampanye. Hal tersebut terjadi di setiap provinsi dan kabupaten kota se Indonesia, kecuali D.I. Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Salah satu kabupaten yang juga akan mengganti kepala daerahnya yakni, Kabupaten Belitung Timur. Sejak berdiri tahun 2003 silam, bupati dan wakil bupati silih berganti menduduki kursi orang nomor 1 dan 2 di sana. Namun, dari sekian yang telah berlalu, tak ada satupun bupati Belitung Timur yang menjabat untuk 2 periode.
Hal ini dibuktikan dengan gagalnya Khairul Effendi sebagai petahana pada Pilkada Belitung Timur 2010, untuk mencalonkan diri karena didiskualifikasi oleh KPUD Belitung Timur dengan alasan tidak memenuhi persyaratan jasmani.
Gagalnya Khairul Effendi selanjutnya diikuti oleh pesaingnya pada pilkada Beltim 2010, yakni Basuri Tjahaja Purnama pada pilkada 2015. Basuri T.P, yang merupakan adik dari Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, gagal melanggeng sebagai bupati petahana karena dikalahkan oleh pasangan Yuslih Ihza dan Burhanudin yang merupakan adik dari Khairul Effendi.
ADVERTISEMENT
Pada dua pilkada itu, tentunya spekulasi terkait dengan kutukan incumbent belum terlalu begitu mencuat dan menjadi perbincangan sampai dengan Pilkada Beltim 2019.
Pada pilkada 2019 yang lalu, sejarah kembali terulang. Yuslih Ihza yang merupakan bacalon incumbent gagal melanggeng ke kontestasi. Hal itu disebabkan beliau tidak mendapatkan atensi publik yang baik, sehingga tidak ada partai yang berani menjaminkan kendaraan mereka untuk Yuslih. Alhasil, beliau kalah sebelum bertanding.
Ada satu hal yang menarik, bahwa walaupun Yulish Ihza gagal mencalonkan diri sebagai bacalon Bupati Belitung Timur, namun wakilnya Burhanudin berhasil menggeser posisi Yuslih sebagai BN 1 Beltim setelah mengalahkan Yuri Kemal yang merupakan anak dari Yusril Ihza sekaligus keponakan dari Yuslih Ihza sendiri.
ADVERTISEMENT
Hal itu sangat diluar dugaan. Mengingat, bahwa sejak pilkada pertama, tidak ada wakil Bupati yang bisa mengalahkan atau mampu menduduki kursi bupati Beltim kembali, salah satunya Khairul Effendi.
Kini, Pilkada Beltim 2024 sudah di depan mata. Nama-nama yang bermunculan sudah mulai mengepakkan sayap dan memajang muka di mana-mana.
Kamarudin Muten alias Afa yang dikabarkan akan maju bersama Khairil Anwar yang merupakan wakil bupati petahana, Fifi Lefita Tjahaja adiknya mantan bupati Beltim, Ahok dan Basuri yang dikabarkan akan berpasangan dengan Zarkani yang merupakan Wakil bupati era Basuri.
Adapun calon petahana untuk posisi bupati, yakni Burhanudin yang menurut berita warung kopi, akan bersanding dengan Ali Reza yang merupakan anak dari Yusril, sekaligus keponakan Yuslih Ihza mantan bupati Beltim.
ADVERTISEMENT
Menjelang pengumuman bacalon bupati dan wakil bupati Belitung Timur, publik semakin panas dan semakin tidak sabar. Apakah kali ini, pasangan petahana yakni Burhanudin akan bernasib sama dengan Basuri, abangnya Khairul Effendi, dan mantan atasannya Yuslih Ihza, atau kali ini beliau mendapatkan jackpot yang kedua, setelah yang pertama berhasil maju sebagai bupati dari kursi wakil?
Tentu, kutukan itu sejatinya tidak ada. Namun, penilaian masyarakat menjadi suara penentu apakah incumbent sebelumnya berhasil atau tidak dalam bekerja.
Kegagalan Basuri dan Yuslih harusnya menjadi catatan besar bagi Burhanudin jika ingin melaju kembali. Karena, isu sentimen agama pilkada 2015 menjadi salah satu trik yang dipakai oleh pasangan Berlian (Yuslih-Aan) dalam mengalahkan petahana. Sedangkan pada pilkada 2019 yang lalu, pasangan Burhanudin alias Aan dan Khairil Anwar memanfaatkan isu primordialisme dengan objek Yuri Kemal sebagai calon karbitan dan bukan merupakan putra daerah.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2024 ini, jikalau benar nanti ketiga calon yakni Afa-Khairil, Fifi-Zarkani, dan Burhanudin-Reza akan maju, maka peluru untuk mengeliminasi lawan oleh petahana kembali hanya isu agama, karena jika benar reza maju bersama Burhanudin, maka isu primordial tidak bisa dipakai.
Oleh karena itu, mari kita tunggu sampai hari kampanye dan pemilihan nanti, apakah isu agama akan tetap laku dan menjadi jimat jackpot kedua Burhanudin. Atau poros Afa dan Fifi, akan membuat Burhanudin K.O dan terkena kutukan Incumbent tidak akan menang dalam pilkada Beltim.