Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Kembalikan Laut Dari Tempat Sampah
10 Januari 2024 5:31 WIB
Tulisan dari Risky Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sampah di lautan sudah menjadi masalah besar yang sedang ditangani oleh seluruh negara di dunia saat ini. Pada tahun 2021, Indonesia menyumbang sebesar 56,33 ton sampah plastik ke laut, menjadikan Indonesia sebagai peringkat kelima negara penyumbang sampah plastik ke laut terbanyak di dunia (databoks, 2021). Tentunya hal yang terkena dampak terbesar dari masalah tersebut adalah ekosistem laut. Seekor paus terdampar di pantai Pulau Kapota, Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada tahun 2018 yang kematiannya disebabkan oleh 5,9 kg plastik yang ditemukan di dalam perutnya. Jika permasalahan sampah ini tidak segera dihentikan dari akarnya, tidak hanya laut Indonesia, lama kelamaan samudra dunia bisa dipenuhi oleh sampah, memperparah kerusakan ekosistem laut.
Akar penyebab permasalahan ini tentu saja dari aktivitas manusia itu sendiri. Tidak peduli seberapa banyak kampanye yang dilakukan ataupun peraturan-peraturan yang ditetapkan, tetap saja masih akan ada orang yang membuang sampah ke laut. Hal tersebut dikarenakan ketidakpedulian dan budaya membuang sampah sembarangan yang sulit diubah. Tidak hanya langsung ke laut, tetapi asal sampah-sampah itu sendiri datang dari berbagai macam sumber. Seperti sampah yang dibuang ke selokan maupun sungai. Jika tidak tersumbat, sampah-sampah tersebut akan bermuara ke laut.
ADVERTISEMENT
Mengubah perilaku manusia yang membuang sampah sembarangan tentu tidaklah mudah. Pendidikan yang benar dari dini hari merupakan kunci untuk mengubah budaya tersebut. Seiring dengan berjalannya solusi tersebut, dengan kemajuan teknologi saat ini, negara-negara di dunia sedang berupaya untuk membersihkan sampah-sampah dari lautan. The Ocean Cleanup merupakan organisasi asal Belanda yang menerapkan salah satu strategi ampuh untuk menangani masalah ini, yaitu strategi “Interceptor”. 80% sampah berasal dari aliran sungai yang bermuara di laut. Dengan strategi ini, daripada membersihkan sampah di lautan luas yang tentunya akan memakan banyak uang dan tenaga, akan lebih efektif untuk menghentikan aliran sampah tersebut melalui sungai. Jaring-jaring khusus dipasang di sungai-sungai besar untuk menyaring sampah-sampah mengapung, mencegahnya memasuki lautan. Sampah-sampah tersebut kemudian akan dikumpulkan dan di daur ulang. Strategi ini sudah terbukti ampuh dengan data di tahun 2021 The Ocean Cleanup sudah membersihkan sekitar 464,920 kg sampah dari sungai dan lautan.
Penyelesaian masalah sampah di lautan ini tentunya akan memakan waktu yang sangat lama. Selain itu, dibutuhkan juga tenaga dan uang yang sangat banyak untuk menerapkan teknologi pembersih sampah tersebut di seluruh sungai dan lautan di dunia. Kita juga bisa ikut berpartisipasi untuk membantu menyelesaikan masalah ini dengan melakukan hal yang paling sederhana, yaitu hanya dengan membuang sampah pada tempatnya. Hal tersebut sudah merupakan bantuan yang besar untuk menyelesaikan permasalahan ini. Sisanya bisa kita lakukan dengan mengurangi pemakaian plastik dan juga lebih sering melakukan daur ulang. Maka dari itu, marilah bersama-sama kita menjaga lautan, karena lautan adalah sumber kehidupan.
ADVERTISEMENT