Konten dari Pengguna

Bahagia itu Sederhana

Risma Kholiq
Mahasiswa Jurnalistik semester 4 Politeknik Negeri Jakarta.
22 Juli 2023 19:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Risma Kholiq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ketika seseorang merasa bahagia. (sumber: pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ketika seseorang merasa bahagia. (sumber: pexels)
ADVERTISEMENT
5 Juni 1984, Bahagia tak harus mewah.
Selesai bekerja mengangkut barang pindahan, biasanya Husein langsung pulang ke rumah. Namun, siang itu Husein mampir dahulu ke tempat pangkalan truk yang berlokasi di Pasar Minggu, dengan tujuan ingin setoran hasil kerja hari ini kepada bos-nya.
ADVERTISEMENT
Saat itu, cuaca sedang panas-panasnya. Matahari bagaikan berada tepat di atas kepala. Kemudian, Husein melihat orang tua yang duduk di emperan toko menangis kesedihan dari jarak sekitar 5 m. Orang tua itu hanya memakai celana pendek tanpa mengenakan baju dan terlihat compang-camping seperti orang gila.
Melihat keadaan orang tua itu membuat Husein penasaran. Dia memiliki firasat bahwa orang tua tersebut sedang membutuhkan bantuannya. Tanpa berpikir panjang Husein langsung menghampiri orang tua itu dan menyapanya.
Ilustrasi percakapan Husein dengan orang tua itu. (sumber: pexels)
“Permisi pak, saya Husein. Bapak kenapa menangis?” tanya Husein kepada orang tua itu.
“Abdi teh enton tilu dinten ente dahar, jadi abdi teh lapar. Nuhun keun makan sama warung sangu, eh bukannya dikasih makan malahan disiram pakai air dan disuruh pergi jauh-jauh,” jawab orang tua itu.
ADVERTISEMENT
Mendengar jawaban dari orang tua itu Husein tersentuh dan langsung mengajaknya makan. Selesai makan orang tua itu terlihat segar dari sebelumnya. Kemudian, Husein memberikan pakaian simpanannya di pangkalan kepada orang tua itu. Lalu, menyuruhnya untuk bersih-bersih di kamar mandi agar tidak terlihat lusuh seperti sebelumnya.
Selesai orang tua itu bersih-bersih, Husein menanyakan bagaimana orang tua itu bisa tidak makan selama 3 hari. Kemudian, orang tua itu bercerita bahwa orang tuanya di kampung, yaitu di Kuningan meninggal dunia. Lalu, dia berpesan kepada istri dan tetangganya supaya tidak dikuburkan dahulu, karena orang tua itu ingin memberitahukan kakak kandungnya yang tinggal di Tangerang.
Saat itu, belum ada handphone untuk berkomunikasi. Jadi, mau tidak mau harus menemuinya secara langsung. Sesampainya orang tua itu di Tangerang ternyata kakaknya sudah pindah rumah dan ketika bertanya kepada tetangga sekitar tidak ada yang mengetahuinya ke mana kakaknya itu pindah rumah.
ADVERTISEMENT
Tak putus asa, orang tua itu terus mencari rumah kakaknya hingga larut malam namun tidak ketemu juga. Hingga akhirnya orang tua itu memutuskan untuk segera pulang malam itu juga karena jenazah bapaknya yang belum dikuburkan.
Namun, ketika di jalan pulang orang tua itu mengalami musibah, yaitu dibegal oleh 4 orang dan semua yang dimiliki orang tua itu baik tas dan dompetnya dirampas hingga sepatu dan bajunya pun diambil juga oleh pembegal itu dan hanya tersisa celana pendek yang dia kenakan sekarang.
Akibat musibah itu, dia tidak bisa pulang ke kampung halamannya di Kuningan. Lalu, dia terpikirkan untuk menumpang dengan mobil truk, tetapi dia malah diturunkan di Pancoran. Saat itu, dia sedih dan bingung harus berbuat apa. Sebab yang dipikirannya sekarang adalah jenazah bapaknya yang belum dikuburkan, karena orang tua itu sudah berpesan kepada istri dan tetangganya untuk tidak dikuburkan dahulu sebelum dia pulang.
ADVERTISEMENT
Mendengar cerita orang tua itu membuat Husein ingin membantunya. Walaupun Husein tidak memiliki banyak uang, tetapi dengan hati yang tulus dan ikhlas Husein memberikan sebagian uang dari hasil kerjanya tadi kepada orang tua itu.
Ilustrasi seseorang sedang menebar senyum atas rasa bahagianya. (sumber: pexels)
Orang tua itu termenung saat Husein memberikan uang kepadanya. Ia tak menyangka ada orang asing yang membantunya. Kemudian, orang tua itu bersyukur kepada Allah SWT hingga sujud syukur dan mengucapkan terima kasih kepada Husein atas bantuan dan pertolongannya. Melihat ekspresi senang orang tua itu, Husein pun juga merasa senang dan Bahagia. Husein tersenyum selama perjalanan pulangnya dan rasa panas sorot terik matahari tak dirasakannya sama sekali!