Konten dari Pengguna

Buruh Dalam Pantauan Media Sosial

Gufinda Risman
Media Analyst di Indonesia Indicator
18 September 2024 11:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gufinda Risman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : istockphoto
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : istockphoto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seringkali ekspos media tentang buruh mencakup berbagai isu dan kondisi yang dihadapi oleh para pekerja. Media juga berperan penting dalam mempengaruhi persepsi publik dan kebijakan pemerintah mengenai hak-hak buruh, kondisi kerja, dan kesejahteraan. Dalam hal ini, media sering melaporkan tentang kondisi kerja yang tidak aman dan berbahaya, terutama di sektor-sektor seperti konstruksi, manufaktur, dan pertambangan. Selain itu, laporan tentang buruh yang terpaksa bekerja lembur tanpa kompensasi yang sesuai, atau mendapatkan upah di bawah standar hidup yang layak, sering kali menjadi berita utama.
ADVERTISEMENT
Media sosial sering memposting aksi-aksi buruh seperti protes, mogok kerja, dan unjuk rasa yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Ekspos media bisa mencakup latar belakang penyebab aksi tersebut, dampaknya, dan respons dari pihak perusahaan atau pemerintah. Sehinga, peran serikat pekerja dalam memperjuangkan hak-hak buruh sering kali menjadi tranding topik di media sosial.
Pola tren pemberitaan media masih tetap konsisten dengan dua tahun sebelumnya. Siklus pemberitaan meningkat di bulan Mei bertepatan dengan peringatan Hari Buruh. Memasuki akhir tahun terutama Oktober dan November intensitas kembali meningkat didorong oleh penandatanganan peraturan pengupahan di tingkat daerah (UMP dan UMK). Sedangkan memasuki Maret dan April euforia peringatan Hari Buruh kembali intens dituliskan media. Sementara itu, untuk tahun ini peningkatan pada Bulan Maret dan April juga didorong oleh isu Tenaga Kerja Asing (TKA).
ADVERTISEMENT
Aksi buruh merupakan bentuk tindakan yang diambil oleh para pekerja untuk memperjuangkan hak-hak mereka, memperbaiki kondisi kerja, dan mempengaruhi kebijakan ketenagakerjaan. Aksi buruh juga sebagai alat bagi para pekerja untuk memperjuangkan hak dan kesejahteraan mereka. Setiap bentuk aksi memiliki tujuan dan metode yang berbeda, namun semuanya bertujuan untuk meningkatkan kondisi kerja dan menuntut keadilan. Berdasarkan pantauan media, aksi buruh terbagi menjadi beberapa kegiatan seperti: Demonstrasi, Aksi Lunak, Mogok Kerja, Aksi Provokatif, dan Aksi Dzikir.
Media menjadi corong utama dalam meliput perubahan kebijakan atau undang-undang yang berdampak pada buruh, baik itu perubahan yang menguntungkan atau merugikan. Hal ini termasuk reformasi ketenagakerjaan dan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan buruh. Selain itu, berita mengenai respons pemerintah dan perusahaan terhadap keluhan dan tuntutan buruh, serta langkah-langkah perbaikan yang diambil, sering kali menjadi sorotan dan bahkan harus menunggu viral baru pemerintah bergerak.
ADVERTISEMENT
Kasus buruh yang viral di media sosial seringkali mendapatkan perhatian luas. Dalam hal ini bisa mencakup video atau cerita tentang perlakuan tidak adil terhadap buruh, yang kemudian menjadi bahan berita di media mainstream. Selanjutnya, media sosial juga berperan dalam kampanye kesadaran mengenai isu-isu buruh, termasuk pendidikan tentang hak-hak buruh dan upaya untuk mengubah opini publik.
Ekspos di media sosial tentang buruh di Indonesia memainkan peran penting dalam mengungkapkan tantangan yang dihadapi oleh pekerja dan mempromosikan perubahan positif. Dengan adanya pelaporan yang akurat dan mendalam, media sosial dapat membantu meningkatkan kesadaran tentang masalah-masalah ketenagakerjaan, mendorong reformasi kebijakan, dan mempengaruhi opini publik serta tindakan dari pihak berwenang dan perusahaan.
Media sosial juga bisa menjadi sarana penyebaran informasi yang tidak akurat atau menyesatkan. Kasus disinformasi mengenai kondisi kerja atau upah dapat menambah kebingungan dan ketidakpastian bagi buruh dan masyarakat umum. Disisi lainnya, diskusi di media sosial bisa menjadi sangat polaritas, dengan berbagai kelompok memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang isu-isu ketenagakerjaan. Hal ini dapat mengakibatkan konflik antara buruh, perusahaan, dan pemerintah, dan kadang-kadang menghambat solusi konstruktif.
ADVERTISEMENT
Beberapa perusahaan mungkin memanfaatkan media sosial untuk memperbaiki citra mereka dengan mengklaim telah melakukan perbaikan atau mendukung buruh, meskipun perubahan nyata mungkin belum terjadi. Dalam hal ini, bisa membuat buruh merasa bahwa perhatian yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang diambil. Bahkan, banyak konten di media sosial berbentuk testimoni dan kisah pribadi dari buruh yang mengalami kondisi kerja buruk. Sehingga, sering kali menjadi bahan untuk menaruh rasa empati dan perhatian publik.
Media sosial juga sering menggunakan infografis dan data untuk menjelaskan kondisi buruh dan kebijakan ketenagakerjaan secara lebih jelas dan menarik. Infografis ini juga membantu dalam menyebarkan informasi yang kompleks dalam format yang mudah dipahami. Dengan adanya kampanye menggunakan hashtag tertentu seperti #UpahLayak atau #HakBuruh sering digunakan untuk mengorganisir dan mempromosikan isu-isu buruh. Hashtag ini memudahkan pencarian dan penggabungan konten terkait, serta membangun komunitas dukungan.
ADVERTISEMENT