Konten dari Pengguna

Makna Seni Bela Diri Khas Minangkabau

Gufinda Risman
Media Analyst di Indonesia Indicator
23 September 2024 16:09 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gufinda Risman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Minangkabau sering dikenal akan kelezatan makanannya, tapi tahukah kamu kalau pencak silat juga berasal dari nagari minang? Sudah banyak orang tahu kalau pencak silat berasal dari Indonesia, tapi hanya sedikit orang tahu kalau pencak silat berasal dari nagari Minang. Dalam bahasa populer, orang lebih mengenal istilah “pencak silat” daripada “silek Minangkabau”.
ADVERTISEMENT
Padahal menurut sejarah, istilah ‘pencak’ itu diambil dari kata ‘mencak atau bungo silek (bunga silat)’ merupakan sebuah gerakan tarian silat yang dipamerkan dalam acara-acara hukum budaya atau seremonial lainnya. Gerakan-gerakan tersebut dipamerkan seindah dan sebagus mungkin. Sedangkan, kata silek itu berasal dari kata “siliek” atau “si liat” yang artinya berkelit dan licin seperti belut. Silek juga sering dipakai untuk pertahanan diri dari serangan musuh. Gerakannya lebih gesit, tepat dan melumpuhkan lawan.
Secara harfiah, silek Minangkabau adalah seni bela diri yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Masyarakat Minangkabau memiliki tabiat merantau sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Di tanah perantauan mereka harus memiliki bekal dalam menjaga diri dari hal-hal terburuk, seperti perampokan atau diserang orang secara tiba-tiba.
ADVERTISEMENT
Dahulunya persebaran silek Minangkabau dibawa oleh para perantau yang datang ke berbagai daerah. Tujuannya adalah masuk dan melebur dengan masyarakat setempat. Hal ini dilakukan karena masyarakat Minangkabau memiliki prinsip “dima bumi dipijak, disitu langik dijunjuang, dima rantiang dipatah di situ aia disauak” (Di mana bumi di pijak di situ langit dijunjung, di mana ranting dipatah di situ air di sauk). Pepatah ini mengharuskan perantau minang untuk menghargai budaya lokal.
Adapun Gerakan-gerakan silek Minangkabau yang cukup populer ialah langkah ampek, langkah suruik, langkah mahelak, langkah manyapo haluih, dan langkah mahantam tanah.
Langkah Ampek – salah satu gerakan dasar yang cenderung menggunakan gerakan praktis
Langkah Suruik – gerakan untuk menghindari lawan, karena orang minang berprinsip salagi biso suruik jan di sarang (selagi bisa menghindar jangan diserang)
ADVERTISEMENT
Langkah Mahelak – gerakan untuk menangkis seluruh gerakan lawan, tujuannya untuk menghabiskan tenaga lawan dengan cara menangkis serangannya
Langkah manyapo haluih – gerakan dalam membuat lawannya dalam kondisi terdesak
Langkah mahantam tanah – gerakan menangkis dan mengembalikan serangan
Tentu saja ciri khas pakaian silek yang sering kita lihat baju berwarna hitam. Dua pesilek berpakaian hitam masing-masing saling menatap. Dan Deta sebutan untuk ikat kepala yang dibentuk menyerupai tanduk dan dihiasi dengan beragam corak terpasang kokoh di atas kepala mereka. Selain itu, songket untuk menutupi pinggang hingga bagian paha atas.
Para tuo silek juga mengatakan jiko mamancak di galanggang, kalau basilek dimuko musuah (jika melakukan tarian pencak di gelanggang, sedangkan jika bersilat untuk menghadapi musuh). Oleh sebab itu para tuo silek (guru besar) jarang ada yang mau mempertontonkan keahlian mereka di depan umum bagaimana langkah-langkah mereka dalam melumpuhkan musuh. Lain halnya saat acara festival silat tradisi Minangkabau, maka penonton akan kecewa jika mengharapkan dua guru besar (tuo silek) turun ke gelanggang memperlihatkan bagaimana mereka saling serang dan saling mempertahankan diri dengan gerakan yang mematikan.
ADVERTISEMENT
Kedua tuo silek itu hanya melakukan mancak dan berupaya untuk tidak saling menyakiti lawan main mereka. Karena menjatuhkan tuo silek lain di dalam acara akan memiliki dampak kurang bagus bagi tuo silek yang "kalah". Dalam praktik sehari-hari, jika seorang guru silat ditanya apakah mereka bisa bersilat? mereka biasanya menjawab dengan halus dan mengatakan bahwa mereka hanya bisa mancak (pencak), padahal sebenarnya mereka itu mengajarkan silek (silat). Inilah sifat rendah hati ala masyarakat Nusantara, mereka berkata tidak meninggikan diri sendiri, biarlah kenyataan saja yang bicara.
Sumber : iStockphoto
Jadi kata pencak dan silat akhirnya susah dibedakan. Saat ini setelah silek Minangkabau itu dipelajari oleh orang asing, mereka memperlihatkan kepada kita bagaimana serangan-serangan mematikan itu mereka lakukan. Keengganan tuo silek ini dapat dipahami karena Indonesia telah dijajah oleh bangsa Belanda selama ratusan tahun, dan memperlihatkan kemampuan bertempur tentu saja tidak akan bisa diterima oleh bangsa penjajah pada masa dahulu, jelas ini membahayakan buat posisi mereka.
ADVERTISEMENT
Orang yang mahir bermain silat dinamakan pandeka (pendekar). Gelar Pandeka ini pada zaman dahulunya dilewakan (dikukuhkan) secara adat oleh ninik mamak dari nagari yang bersangkutan. Namun pada zaman penjajahan gelar dibekukan oleh pemerintah Belanda. Setelah lebih dari seratus tahun dibekukan, masyarakat adat Koto Tangah, Kota Padang akhirnya mengukuhkan kembali gelar Pandeka pada tahun 2000-an. Pandeka ini memiliki peranan sebagai parik paga dalam nagari (penjaga keamanan negeri), sehingga mereka dibutuhkan dalam menciptakan negeri yang aman dan tenteram.
Silek juga sering dimaknai sebagai pegangan hidup orang minang dalam bersosialisasi di masyarakat. Budaya orang minang yang suka merantau dituntut untuk bisa hidup dalam kehidupan yang multikultural, baik di kampung halaman sendiri atau di perantauan. Orang minang harus memiliki rasa percaya diri dan jati diri yang kuat. Hal ini bisa diperoleh dari silek duduak (kemampuan berdiplomasi) yaitu kemampuan seorang minang yang mampu berkata arif bijaksana, mampu memutuskan hal-hal penting tanpa merugikan orang lain. Adapula silek tagak (kemampuan membela harkat diri) yaitu kemampuan membela diri, keluarga, sanak saudara serta kampung halamannya.
ADVERTISEMENT
Seiring berkembangnya zaman, silek Minangkabau sedikit memudar di ranah perantauan karena pengaruh budaya luar dan ninik mamak yang paham budaya orang minang sudah berkurang. Namun ilmu silek Minangkabau tidak memudar di dalam diri masyarakat minang sebagai bentuk pertahanan diri di tanah perantauannya. Sehingga Dibutuhkan revitalisasi konsep dan prinsip dari silek Minangkabau dalam menunjukkan eksistensinya.