Konten dari Pengguna

Gejolak Politik di Suriah dan Implikasinya terhadap Perekonomian Indonesia

Rista Verinda
Mahasiswa S-1 Hubungan Internasional Universitas Sebelas Maret
30 Desember 2024 17:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rista Verinda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mengenai gejolak politik di Suriah dan implikasinya terhadap perekonomian Indonesia. Sumber: Gambar dibuat menggunakan teknologi AI melalui OpenAI.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengenai gejolak politik di Suriah dan implikasinya terhadap perekonomian Indonesia. Sumber: Gambar dibuat menggunakan teknologi AI melalui OpenAI.
ADVERTISEMENT
Gejolak Politik yang Tengah Terjadi di Suriah
Jatuhnya rezim Assad dalam waktu yang relatif singkat diduga karena pemerintahan Assad yang cenderung otoriter telah membawa kesengsaraan kepada rakyat Suriah. Perekonomian di Suriah yang kian merosot hingga sebagian besar perekonomiannya ditopang oleh perdagangan gelap obat psikoaktif juga turut menjadi alasan mengapa popularitas Assad kian menurun. Bahkan, tentara Suriah sebagian besar enggan berperang untuk mendukungnya. Hal ini Nampak ketika mereka memilih mundur tanpa perlawanan tatkala oposisi bergerak maju.
ADVERTISEMENT
Kesuksesan kelompok opsisi di Suriah dalam menumbangkan rezim Assad memang membawa angin segar bagi rakyat Suriah. Bahkan, banyak rakyat Suriah yang telah mengungsi selama bertahun-tahun, memutuskan untuk kembali ke Suriah lantaran mereka merasa bahwa Suriah telah aman pasca rezim Assad tidak berkuasa. Kejatuhan kekuasaan Assad juga membawa dampak baik bagi perekonomian Suriah yang mengakibatkan upah pegawai publik di Suriah meningkat hingga 300 persen dan harga komoditas kian menurun. Kejatuhan rezim Assad memang membawa dampak baik bagi perekonomian Suriah. Lantas, bagaimana dengan perekonomian Indonesia?
Bagaimana Dampaknya bagi Indonesia?
Dilihat dari letak geografisnya, Suriah merupakan negara yang tereletak di Timut Tengah yang merupakan kawasan pusat produksi dan distribusi minyak dunia. Kejatuhan rezim Al-Assad menciptakan ketidakpastian baru di Suriah, yang merupakan bagian penting dari jalur strategis perdagangan dan energi di Timur Tengah. Pergolakan pasca-rezim dapat memperburuk gangguan rantai pasokan global dan meningkatkan biaya logistik guna mencari jalur yang aman. Adanya peningkatan biaya logistik dikhawatirkan akan meningkatkan harga bahan bakar domestik dan menyebabkan lonjakan harga bahas pokok.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin), Faisol Riza, mengungkapkan bahwa ketidakstabilan di Suriah ini akan menjadi tantangan besar bagi perdagangan internasional, termasuk untuk Indonesia. Mesikipun demikian, Wamenperin menekankan bahwa Kabinet Merah Putih menyikapi kondisi ini dengan optimis lantaran Presiden Prabowo Subianto telah memberinya arahan khusus terkait problematika ini dan memandang hal ini sebagai sebuah kesempatan.
Sejalan dengan optimisme pemerintah, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, menyebutkan bahwa sejatinya, konflik yang tengah terjadi di Suriah tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap ICP (Indonesian Crude Price). Hal ini karena menurut pengamatan Audi, fluktuasi ICP Indonesia lebih didominasi pada sentimen sanksi Amerika Serikat (AS) Kepada Iran yang memiliki potensi untuk membatasi ekspor ke China. Minimnya dampak akibat konflik di Suriah karena pasar telah menghitung risk premium dari tensi geopolitik yang tengah memanas dalam beberapa bulan terkahir.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, PT Pertamina sebagai perusahaan energi nasional telah memiliki beberapa langkah mitigasi, seperti rencana pengalihan rute kapal tanker untuk menghindari wilayah berisiko tinggi. Selain itu, pemerintah terus memantau perkembangan di kawasan Timur Tengah untuk memastikan pasokan energi domestik tetap terjaga.
Kejatuhan rezim Assad menandai era baru yang penuh ketidakpastian di Timur Tengah. Meskipun Indonesia tidak secara langsung terlibat dalam konflik tersebut, dampak tidak langsung melalui pasar global tetap signifikan. Pemerintah dan sektor swasta harus terus bekerja sama untuk memitigasi risiko ini, menjaga stabilitas ekonomi, dan melindungi kepentingan nasional di tengah situasi global yang terus berubah. Dengan langkah antisipasi yang tepat, Indonesia dapat menghadapi tantangan ini dengan lebih percaya diri.
ADVERTISEMENT