Konten dari Pengguna

Sering Dianggap 'Keramat', Inilah Fakta Bulan Muharram

Risty Aprilia
Mahasiswa Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1 Juli 2024 12:20 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Risty Aprilia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi orang jawa menganggap malam 1 suro sebagai malam yang sakral, sumber: https://www.pexels.com/id-id/foto/fotografi-skala-abu-abu-orang-berjalan-di-antara-pepohonan-3304855/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang jawa menganggap malam 1 suro sebagai malam yang sakral, sumber: https://www.pexels.com/id-id/foto/fotografi-skala-abu-abu-orang-berjalan-di-antara-pepohonan-3304855/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di Indonesia, terutama bagi masyarakat Jawa, bulan Muharram atau biasa disebut dengan bulan Suro dianggap sebagai bulan yang memiliki nuansa sakral dan mistis. Tetapi lain halnya dalam islam, bulan Muharram memiliki makna dan keutamaan yang berbeda dari kepercayaan masyarakat Jawa. Lantas mengapa dalam kepercayaan masyarakat Jawa bulan ini dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistis? Lalu bagaimana fakta sejarah yang menjadikannya bulan yang istimewa dalam islam?
ADVERTISEMENT

Asal Usul Tradisi Mistis di Bulan Muharram

Secara historis, masyarakat Jawa telah mengamalkan ritual malam satu Suro sejak masa pemerintahan Sultan Agung, Raja Mataram Islam yang menggabungkan kalender Saka dan Hijriah. Mayoritas penduduk Jawa meyakini bahwa menggelar hajatan atau acara penting lainnya pada bulan Suro sebaiknya dihindari karena diyakini dapat membawa kesialan.
Dalam pandangan Islam, konsep bulan sial seperti Suro tidak berlaku. Semua hari dianggap baik-baik saja tanpa adanya waktu atau tanggal tertentu yang dapat membawa kesialan kepada manusia. Kepercayaan terhadap bulan Suro sebagai bulan sial lebih bersumber pada latar belakang sejarah zaman kerajaan dahulu.
Pada masa lampau, di bulan Suro beberapa keraton di Jawa mengadakan ritual memandikan pusaka keraton. Ritual ini menjadi bagian dari tradisi yang dinikmati oleh masyarakat yang senang berlibur. Karisma keraton membentuk stigma tentang keangkeran bulan Suro.
ADVERTISEMENT
Karena itu, saat rakyat menggelar hajatan, khususnya pesta pernikahan, pada bulan Suro, ini dapat mengganggu ritual keraton yang pada saat itu dianggap sebagai sumber segala aturan. Tradisi memandikan keris dan pusaka juga berperan dalam memperkuat kesetiaan rakyat kepada keraton.
Mitos tentang keangkeran bulan Suro diperkuat untuk memastikan bahwa rakyat tidak mengganggu acara keraton. Meskipun kepercayaan ini masih dipegang teguh oleh sebagian orang, bulan Suro dan ritual malam satu Suro tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Jawa. Ritual ini dianggap sebagai warisan budaya yang kaya dan berharga bagi masyarakat Jawa.

Keyakinan Mistis yang Populer

1. Larangan Mengadakan Hajatan: Dalam masyarakat Jawa, terdapat kepercayaan bahwa mengadakan hajatan besar seperti pernikahan atau sunatan pada bulan Suro akan membawa kesialan. Hal ini karena bulan Suro dianggap sebagai bulan yang "panas" atau penuh dengan energi mistis yang tidak stabil.
ADVERTISEMENT
2. Penghindaran Konflik dan Perjalanan Jauh: Beberapa orang Jawa juga menghindari perjalanan jauh atau memulai usaha baru pada bulan Suro. Mereka meyakini bahwa bulan ini bukan waktu yang baik untuk melakukan aktivitas penting karena adanya gangguan dari makhluk halus.
3. Penjagaan Tempat Keramat: Pada bulan Muharram, terutama malam 1 Suro, banyak masyarakat yang mendatangi tempat-tempat keramat seperti makam leluhur atau gunung-gunung yang dianggap suci. Mereka melakukan ziarah dan berbagai ritual untuk memohon keselamatan dan keberkahan.

Fakta Bulan Muharram dalam Islam

Bulan Muharram memiliki keistimewaan dalam Islam berdasarkan berbagai peristiwa sejarah dan ajaran Rasulullah SAW. Berikut adalah beberapa fakta sejarah yang menjadikan bulan Muharram istimewa:
1. Bulan Pertama dalam Kalender Hijriyah
Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriyah, yang menandai permulaan tahun baru bagi umat Islam. Kalender Hijriyah sendiri didasarkan pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah, yang merupakan titik balik penting dalam sejarah Islam.
ADVERTISEMENT
2. Bulan yang Diberkahi (Syahrullah)
Muharram disebut sebagai "Syahrullah" atau bulan Allah. Rasulullah SAW mengistimewakan bulan ini dengan menyebutnya sebagai salah satu bulan yang penuh berkah dan kemuliaan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
"Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yakni bulan Muharram, dan sebaik-baik salat setelah salat fardhu adalah salat malam." (HR. Muslim)
3. Puasa Asyura
Salah satu amalan yang sangat dianjurkan pada bulan Muharram adalah berpuasa pada hari Asyura, yaitu tanggal 10 Muharram. Puasa Asyura memiliki keutamaan besar dan dapat menghapus dosa-dosa kecil selama satu tahun sebelumnya. Rasulullah SAW bersabda:
"Puasa pada hari Asyura, saya berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim)
ADVERTISEMENT
4. Penyelamatan Nabi Musa AS
Menurut tradisi Islam, pada hari Asyura, Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa AS dan Bani Israil dari kejaran Firaun dengan membelah Laut Merah. Peristiwa ini merupakan salah satu mukjizat besar yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT. Rasulullah SAW memerintahkan umat Islam untuk berpuasa pada hari Asyura sebagai bentuk syukur atas penyelamatan ini.
5. Peristiwa Karbala
Peristiwa tragis yang terjadi pada tanggal 10 Muharram 61 H (680 M) adalah peristiwa Karbala, di mana cucu Rasulullah SAW, Imam Husain bin Ali, dan para pengikutnya dibunuh secara kejam oleh pasukan Yazid bin Muawiyah. Peristiwa ini sangat dikenang oleh umat Islam, terutama oleh komunitas Syiah, yang memperingatinya dengan penuh kesedihan dan penghormatan.
ADVERTISEMENT
6. Bulan Haram
Muharram termasuk salah satu dari empat bulan haram (bulan suci) dalam Islam, selain Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Rajab. Pada bulan-bulan haram ini, umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan amal ibadah dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:
"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan yang empat itu..." (QS. At-Taubah: 36)
7. Hijrah Nabi Muhammad SAW
Meskipun peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah terjadi pada bulan Rabiul Awal, penetapan kalender Hijriyah yang dimulai dari bulan Muharram memiliki makna historis penting bagi umat Islam. Hijrah menjadi momentum penting dalam penyebaran Islam dan pembentukan masyarakat Islam di Madinah.
ADVERTISEMENT
Bulan Muharram, dengan segala keistimewaannya, dihormati baik dalam tradisi Jawa maupun dalam ajaran Islam. Di Jawa, bulan ini dipenuhi dengan ritus dan kepercayaan yang mencerminkan penghormatan terhadap kekuatan supranatural dan keramat. Dalam Islam, Muharram merupakan salah satu bulan haram yang dipenuhi dengan nilai-nilai spiritual dan sejarah yang mendalam.
Melalui pemahaman yang mendalam tentang bulan Muharram, kita dapat menghormati dan memanfaatkan bulan ini untuk meningkatkan kualitas ibadah dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan demikian, baik dalam konteks budaya Jawa maupun ajaran Islam, Muharram menjadi bulan yang penuh makna dan berkah.